Bisa Sebabkan Serangan Jantung dan Kematian, Simak 5 Dampak Negatif Vape

Terdapat sedikitnya lima dampak negatif saat mengisap uap atau asap yang dihasilkan vape ini.

oleh Arie Nugraha diperbarui 10 Sep 2023, 03:00 WIB
Ilustrasi Rokok Elektrik atau Vape (iStockphoto)

Liputan6.com, Bandung - Sebagian besar masyarakat dipastikan mengenal rokok elektrik atau vape yang kerap dianggap lebih aman dibandingkan rokok konvensional.

Tetapi berdasarkan tinjauan medis, vape tidak kalah berbahaya bagi kesehatan tubuh para pecinta asap ini.

Menurut penjelasan General Practitioner Medicine Sans Frontières (MSF), Mikhael Yosia, vape adalah rokok elektronik berisi liquid atau cairan dengan macam-macam rasa dan tidak memakai tembakau.

"Meskipun begitu, cairan vape tetap mengandung nikotin yang diekstrak dari tembakau tetapi sudah dicampur berbagai macam perasa," jelas Mikhael dicuplik dari laman hellosehat.com, Rabu, 6 September 2023.

Artinya kata Mikhael, bahaya merokok vape dan rokok konvensional mungkin mirip bahkan sama. Terdapat sedikitnya lima dampak negatif saat mengisap uap atau asap yang dihasilkan vape ini.

1. Menyebabkan kecanduan

Nikotin adalah zat adiktif yang membuat seseorang menginginkan rokok lagi dan lagi. Para pengguna vape bahkan lebih berisiko terekspos nikotin.

Pasalnya, perangkat rokok elektrik, terutama tabungnya dengan tegangan yang lebih tinggi dapat mengalirkan nikotin dalam jumlah besar ke dalam tubuh.

Kecanduan nikotin dapat membuat seseorang kesulitan untuk melepaskannya. Alhasil, tubuh menunjukkan gejala fisik tertentu saat seseorang mencoba lepas, misalnya pusing dan mual.

2. Mengganggu perkembangan otak pada remaja

Selain yang telah disebutkan di atas, nikotin dapat membahayakan perkembangan otak remaja yang terus berkembang sampai sekitar usia 25 tahun.

Centers for Disease Control and Prevention menyebutkan bahwa penggunaan nikotin dapat merusak bagian otak yang mengontrol seperti perhatian, pembelajaran, suasana hati, dan kontrol impuls.

Nikotin bisa mengganggu proses pembuatan ingatan atau keterampilan baru yang dibangun di antara sel-sel otak. Padahal, proses ini lebih cepat dilakukan pada otak remaja daripada orang dewasa.

3. Meningkatkan risiko penyakit paru-paru

Efek samping vape lainnya adalah berbagai penyakit paru-paru, sama seperti yang diakibatkan dari rokok konvensional.

American Lung Association menyebutkan bahwa kandungan vape, yaitu acrolein, juga digunakan untuk membunuh gulma.

Senyawa ini dapat menyebabkan cedera paru-paru akut dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan asma.

Tak hanya itu, perasa pada vape juga menyebabkan bahaya pada sel paru-paru. Ketika seseorang mengonsumsinya dengan dosis tinggi, perasa ini dapat membunuh sel-sel normal paru-paru.

Salah satu perasa yang ditemukan dalam vape adalah bahan kimia diacetyl. Bahan ini dapat meningkatkan penyakit paru-paru yang serius.

4. Menimbulkan risiko penyakit kardiovaskular

Uap nikotin dari vape mengandung bahan yang dapat meningkatkan produksi dan kadar hormon adrenalin.

Jika lama dibiarkan begitu saja, kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko adanya serangan jantung dan kematian mendadak.

Nikotin dapat memicu produksi hormon adrenalin yang biasanya hanya akan meningkat bila seseorang sedang terancam atau stres.

Hormon ini kemudian meningkatkan detak jantung supaya darah bisa mengalir lebih deras ke seluruh bagian tubuh.

Ketika jantung dipaksa untuk bekerja terlalu keras, risiko berbahaya seperti serangan jantung pun muncul.

Jika seseorang menggunakan liquid vape secara terus-terusan atau rutin, risiko terkena efek samping pun semakin meningkat.

5. Menyebabkan keracunan nikotin

Tidak hanya berdampak pada paru-paru, pemakaian nikotin dalam jumlah besar berpotensi menyebabkan keracunan. Gejala dari keracunan nikotin umumnya berupa mual dan muntah.

Dalam kasus yang parah, pengguna akan mengalami kejang dan depresi pernapasan. Tentu saja keracunan yang akut juga dapat menyebabkan kematian.

Sekitar 30-60 miligram (mg) nikotin dapat membunuh orang dewasa. Biasanya, satu botol kecil cairan vape mengandung 100 mg nikotin.

"Risiko kematian tetap ada jika anak-anak atau orang dewasa ‘mengonsumsi’ banyak cairan tersebut. Jadi, Anda mesti berhati-hati pada kadar nikotin yang masuk ke dalam tubuh Anda," ungkap Mikhael.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Berhenti Merokok

Setelah melihat bahaya yang dihasilkan dari penggunaan rokok vape, Mikhael menambahkan seseorang bisa mengambil kesimpulan bahwa vape sama berbahayanya dengan rokok.

Oleh karena itu, sebenarnya cara yang paling aman untuk melindungi diri adalah dengan berhenti merokok, baik itu rokok eletrik, rokok tembakau, maupun shisha.

Mikhael menegasakan seseorang bisa menghentikan kebiasaan ini dengan berbagai cara, seperti minum obat berhenti merokok, pakai cara alami berhenti merokok, hingga menjalani terapi berhenti merokok.

"Jenis terapi berhenti merokok bisa meliputi terapi pengganti nikotin dan terapi hipnotis," ungkap Mikhael.

Namun, jika seseorang memang sedang menggunakan rokok elektrik untuk tujuan khusus seperti berhenti merokok, bisa pilih vape yang tidak mengandung nikotin.

Pada umumnya bahaya vape atau vapor kerap dianggap lebih sedikit daripada rokok tembakau, seperti rokok kretek dan rokok filter.

Padahal, cairan vape tetap mengandung nikotin yang diekstrak dari tembakau. Bedanya, cairan vape ini juga dicampur berbagai macam rasa yang menggugah selera.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya