Studi: Sedotan Kertas Lebih Berbahaya Bagi Kesehatan Tubuh

Apakah Anda masih suka menggunakan sedotan kertas? Cek faktanya di sini!

oleh Bella Zoditama diperbarui 08 Sep 2023, 14:30 WIB
Studi: Sedotan Kertas Lebih Berbahaya Bagi Kesehatan Tubuh - Credit: pexels.com/Burst

Liputan6.com, Jakarta - Selama ini sedotan kertas selalu dianggap sebuah alternatif pengganti sedotan plastik dan lebih ramah lingkungan. Namun ternyata, sebagian upaya untuk mengatasi dampak lingkungan yang Anda lakukan mungkin saja berakhir sia-sia.

Sebuah studio terbaru, yang diterbitkan jurnal Food Additives and Contaminants, pada Kamis, 24 Agustus 2023, menemukan bukti adanya "forever chemical" dari PFAS (per- and polyfluoroalkyl substances) yang mengindikasikan adanya zat kimia di sebagian besar kertas dan sedotan bambu yang diuji.

Dilansir dari USA Today, Rabu (6/9/2023), para ilmuwan di Belgia menguji 39 merek sedotan yang terbuat dari kertas, bambu, sedotan plastik, dan baja tahan karat yang ditemukan di toko, supermarket, dan restoran di seluruh negeri.

Dari sedotan yang diuji, hampir semuanya mengandung PFAS, yang sering digunakan selama produksi untuk membuat produk tahan air. Dari total 39 yang diuji, 27 bahan kimia terdeteksi, tapi tidak ada satupun yang terbuat dari baja tahan karat.

Sebaliknya, sedotan kertas kemungkinan besar mengandung PFAS, dengan 18 dari 20, atau 90%, merek sedotan kertas dinyatakan positif. Mereka juga ditemukan di empat dari lima sedotan bambu, tiga dari empat sedotan plastik, dan dua dari lima sedotan kaca.

PFAS sendiri adalah kelompok besar yang terdiri dari lebih dari 12.000 bahan kimia perfluorinasi dengan sifat anti air dan tahan api yang unik. Selain itu, ada juga stabilitas termal dan kimianya yang memastikan bahwa senyawa organik ini diproduksi dan digunakan pada skala industri besar untuk berbagai aplikasi.

Namun, sebagian besar PFAS sulit terurai dan bersifat akumulatif serta berpotensi beracun bagi kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.


Kenapa Tidak Ramah Lingkungan?

Sedotan kertas ramah lingkungan (Meghan Rodgers/Unsplash).

Delapan belas PFAS berbeda terdeteksi secara total, meskipun secara keseluruhan dalam konsentrasi rendah. Namun bahan kimia yang paling umum ditemukan adalah perfluorooctanoic acid (PFOA) yang sudah dilarang secara global pada tahun 2020.

“Sedotan nabati yang 'ramah lingkungan' ini belum tentu merupakan alternatif yang lebih berkelanjutan dibandingkan sedotan plastik,” demikian kesimpulan studi tersebut. “Karena dapat dianggap sebagai sumber tambahan paparan PFAS pada manusia dan lingkungan (misalnya setelah degradasi di tempat pembuangan sampah atau melalui pembakaran yang tidak sempurna)."

Studi ini juga menemukan PFAS yang diketahui sangat larut dalam air, artinya PFAS berpotensi luntur dari sedotan ke dalam minuman, namun tidak menyelidiki komponen ini lebih lanjut.

Para peneliti mengusulkan bahwa meskipun produsen sengaja melapisi sedotan nabati mereka dengan bahan kimia agar anti air, keberadaan PFAS juga dapat dikaitkan dengan kontaminasi tanah atau konsekuensi yang tidak diinginkan dari daur ulang bahan.

Penelitian di Belgia ini dilakukan setelah penelitian di AS pada tahun 2021, yang menemukan adanya 21 PFAS pada sedotan kertas dan sedotan nabati lainnya dibandingkan dengan jumlah yang tidak dapat diukur dari sedotan plastik.


Kenali tentang PFAS dan Risiko Kesehatan yang Timbul

Ilustrasi minum kopi (Dok.Pixabay)

PFAS adalah singkatan dari “per- and polyfluoroalkyl substances” dan mengacu pada kumpulan bahan kimia tahan lama yang membutuhkan waktu sangat lama untuk terurai secara perlahan di lingkungan.

Menurut Environmental Protection Agency (EPA) dari Amerika Serikat, PFAS banyak digunakan dan bertahan dalam jangka waktu lama di lingkungan, artinya PFAS ditemukan dalam darah manusia dan hewan di seluruh dunia, serta udara, air, tanah. Selain itu, juga ditemukan dalam jumlah rendah pada makanan, kemasan, dan produk rumah tangga.

Meskipun para ilmuwan masih berupaya untuk menentukan sejauh mana dampak PFAS terhadap manusia, hewan, dan lingkungan, hal tersebut sudah dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan.

Menurut EPA sendiri, PFAS telah dikaitkan dengan:

  • Efek reproduksi seperti penurunan kesuburan atau peningkatan tekanan darah tinggi pada ibu hamil.
  • Efek atau keterlambatan perkembangan pada anak, termasuk berat badan lahir rendah, percepatan pubertas, variasi tulang, atau perubahan perilaku.
  • Peningkatan risiko beberapa jenis kanker, termasuk kanker prostat, ginjal, dan testis.
  • Berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi, termasuk berkurangnya respon vaksin.
  • Gangguan pada hormon alami tubuh.
  • Peningkatan kadar kolesterol.
  • Meningkatkan risiko obesitas.

Apakah Sedotan Kertas Berisiko Bagi Kesehatan?

Ilustrasi resep es permen karet/Copyright pexels/cottonbro studio

Lalu, setelah mengetahui semua fakta ini pasti timbul pertanyaan, apakah sedotan kertas bisa membahayakan dan menjadi ancaman bagi kesehatan?

Dikutip dari Food Navigator, konsentrasi PFAS pada sedotan kertas bisa dibilang masih cukup rendah. Terlebih sebagian konsumen, mungkin juga termasuk Anda cenderung hanya menggunakan sedotan kertas sesekali dan tidak setiap hari. Hal ini membuat risiko terhadap kesehatan juga menjadi terbatas.

Namun, perlu dicatat bahwa "forever chemical" dapat bertahan di dalam tubuh selama beberapa tahun dan konsentrasinya pun diperkirakan akan meningkat seiring berjalannya waktu.

"PFAS dalam jumlah kecil, meski tidak berbahaya, dapat menambah beban kimia yang sudah ada di dalam tubuh, ujar Dr. Groffen, seorang ilmuwan lingkungan dari University of Antwrep.

Infografis bahaya sampah plastik di laut. (dok. TKN PSL)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya