Liputan6.com, Jakarta - Saham-saham sektor energi mulai dipandang prospektif sejalan dengan kenaikan harga minyak. Lantas, bagaimana saham emiten energi hingga akhir 2023?
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menuturkan, sektor energi dipengaruhi oleh peningkatan permintaan global, ekonomi global dan perubahan cuaca.
Advertisement
"Sektor energi itu berkaitan dengan peningkatan demand global, ekonomi global serta perubahan cuaca,” kata Nafan kepada Liputan6.com, Kamis 76/8/2023).
Dengan begitu, ia merekomendasikan saham ANTM, PGAS, ITMG, INCO, ENRG, PTBA untuk dapat dipertimbangkan oleh para pelaku pasar.
Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Desmond Wira menuturkan, emiten sektor energi diyakini masih memiliki prospek positif. Sebab, emiten energi dibayangi sentimen kenaikan harga minyak.
"Arab Saudi diperkirakan akan memperpanjang pemangkasan produksi minyak sukarela sebanyak 1 juta barel per hari hingga Oktober, melanjutkan pembatasan pasokan yang diprakarsai oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya,” kata Desmond.
Bagi para investor, ia merekomendasikan buy on weakness saham minyak, misalnya ELSA, MEDC, dan AKRA.
Sementara itu, Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menjelaskan, sentimen seperti transisi penggunaan energi fosil menuju energi terbarukan yang ramah lingkungan akan kembali berdampak pada laju pergerakan harga saham sektor energi. Prospek emiten energi juga dipengaruhi kehadiran bursa karbon yang masih ada kaitannya dengan upaya transisi energi.
Sektor Energi Dapat Angin Segar
Di sisi lain, sektor energi masih bisa mendapat angin segar dari harga sejumlah komoditas yang mengalami rebound sejak Juli 2023 hingga saat ini, salah satunya harga minyak mentah dunia. Sentimen seperti ini pun turut dirasakan oleh emiten-emiten sektor energi lainnya.
"Pemangkasan pasokan minyak mentah dari Arab Saudi pada awal bulan Juli 2023 yang tak terduga berdampak pada harga komoditas di pasar," ujar Arjun.
Secara jangka pendek, peluang kenaikan harga saham emiten energi cukup terbuka sejalan dengan potensi peningkatan harga komoditas energi. Namun, investor tetap harus sadar bahwa emiten energi sangat sensitif terhadap harga komoditas yang sewaktu-waktu bisa bergerak volatil.
"Secara logika emiten energi akan bergerak berdasarkan underlying komoditasnya," imbuh dia.
Arjun pun tetap merekomendasikan beli saham PTBA dengan target harga Rp 3.010 per saham dan ADRO dengan target harga Rp 3.110 per saham.
Advertisement
Harga Minyak Dunia Makin Mahal, Arab Saudi Lanjutkan Kurangi Pasokan
Sebelumnya, harga minyak naik satu dolar per barel pada hari Selasa ke level tertinggi sejak November, setelah Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pengurangan pasokan sukarela hingga akhir tahun. Ini mengkhawatirkan investor tentang potensi kekurangan minyak selama puncak permintaan musim dingin.
Dikutip dari CNBC, Rabu (6/9/2023), harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 1,04, atau 1,2%, menjadi USD 90,04 per barel, ditutup di atas USD 90 untuk pertama kalinya sejak 16 November 2022.
Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate Oktober naik USD 1,14, atau 1,3%, menjadi USD 86,69 per barel, juga merupakan level tertinggi dalam 10 bulan.
Investor memperkirakan Arab Saudi dan Rusia akan memperpanjang pemotongan sukarela hingga bulan Oktober, namun perpanjangan tiga bulan tersebut tidak terduga.
“Ini merupakan indikasi jelas bahwa harga minyak mengalahkan volume (untuk Arab Saudi),” kata Jorge Leon, wakil presiden senior di Rystad Energy.
“Pergerakan bullish ini secara signifikan memperketat pasar minyak global dan hanya dapat menghasilkan satu hal: harga minyak yang lebih tinggi di seluruh dunia,” tambah Leon.
Komitmen Arab Saudi dan Rusia
Baik Arab Saudi dan Rusia mengatakan mereka akan meninjau pengurangan pasokan setiap bulannya, dan dapat memodifikasinya tergantung pada kondisi pasar.
“Dengan perpanjangan pengurangan produksi, kami mengantisipasi defisit pasar lebih dari 1,5 juta barel per hari pada kuartal keempat 2023,” tulis analis UBS Giovanni Staunovo dalam catatannya kepada klien. UBS sekarang memperkirakan minyak mentah Brent akan naik menjadi $95 per barel pada akhir tahun.
Pengetatan Pasokan
Mencerminkan kekhawatiran mengenai pasokan pasar jangka pendek, kontrak Brent dan WTI bulan depan juga diperdagangkan pada harga tertinggi sejak bulan November hingga harga di kemudian hari. Struktur ini, yang disebut kemunduran, menunjukkan pengetatan pasokan untuk pengiriman yang cepat.
Juga mendukung harga minyak pada hari Selasa, Goldman Sachs mengatakan pihaknya sekarang melihat kemungkinan resesi AS yang dimulai dalam 12 bulan ke depan sebesar 15%, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 20%.
Seiring dengan pengurangan pasokan oleh Arab Saudi, yang dimulai pada Juli, prospek perekonomian AS untuk menghindari resesi yang parah telah membantu meningkatkan permintaan dan harga minyak dalam beberapa bulan terakhir. Baik Brent maupun WTI berjangka telah menguat lebih dari 20% sejak akhir Juni.
Advertisement