Liputan6.com, Jakarta - India dan ASEAN memiliki hubungan historis dan geografis, di mana sejumlah nilai seperti persatuan kawasan, perdamaian, kemakmuran, dan dunia multipolar menyatukan keduanya. Hal tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri India Narendra Modi.
"ASEAN merupakan tokoh sentral dalam Act East Policy. India mendukung sepenuhnya sentralitas ASEAN dan pandangan ASEAN terhadap Indo-Pasifik (ASEAN Outlook on the Indo-Pacific atau AOIP)," ungkap PM Modi dalam KTT ASEAN-India yang merupakan rangkaian KTT ke-43 ASEAN di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (7/9/2023).
Advertisement
Lebih lanjut, PM Modi menyatakan, "ASEAN juga punya peran penting dalam inisiatif Indo-Pasifik India."
"Tahun lalu, kita merayakan persahabatan ASEAN-India dan juga meningkatkan hubungan timbal balik kita menjadi kemitraan strategis yang komprehensif," ujar PM Modi.
"Bahkan dalam ketidakpastian global saat ini, kita terus membuat kemajuan di setiap sektor kerja sama. Ini membuktikan kekuatan dan ketahanan hubungan kita."
PM Modi menyinggung soal tema keketuaan Indonesia di ASEAN 2023, yaitu "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth".
Dia mengatakan, "ASEAN penting karena di sini suara semua orang didengar. ASEAN adalah pusat pertumbuhan karena kawasan ASEAN memegang peranan penting dalam pembangunan global."
"Abad ke-21 adalah abad Asia, abad kita," tegas PM Modi.
Untuk itu, menurutnya pentingnya membangun peraturan berdasarkan tatanan dunia pasca COVID-19 dan melakukan upaya kolektif demi kesejahteraan umat manusia, kemajuan dalam memastikan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, serta memperkuat suara negara-negara Selatan demi kepentingan bersama.
Jokowi: Lautan Harus Jadi Wadah Kerja Sama Bukan Konfrontasi
Sementara itu, dalam pidato pembukaan KTT ke-20 ASEAN-India, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa kerja sama kedua belah pihak telah memberi manfaat nyata bagi rakyat masing-masing.
"Namun, kolaborasi ini masih perlu terus kita optimalkan. Apalagi melihat potensi besar Samudra Hindia yang menghubungkan 33 negara,dengan 2,9 miliar jiwa, dan seperlima GDP dunia pada 2025," ungkap Presiden Jokowi.
"Potensi kerja sama tersebut bisa kita dorong menuju ekonomi biru, konektivitas maritim, dan sumber daya energi laut yang berkelanjutan. Selain itu, kejahatan maritim juga harus kita tanggulangi, seperti perompakan, penyelundupan manusia, narkotika, dan juga Illegal Unregulated Unreported (IUU) Fishing."
Presiden Jokowi menambahkan, "Kita harus mampu menjadikan lautan sebagai a sea of cooperation, bukan a sea of confrontation."
"Yang harus terus dijaga stabilitasnya, yang harus terus dijaga kedamaiannya, dengan menghormati hukum internasional, mendorong habit of cooperation, dan membangun arsitektur kawasan yang inklusif. Ini adalah kunci untuk mewujudkan kawasan yang mampu menjadi epicentrum of growth," imbuh Presiden Jokowi.
Advertisement