Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) menyusun sejumlah langkah untuk menyediakan bahan bakar minyak (BBM) yang ramah lingkungan. Salah satunya dengan merilis produk Pertamax Green 95 atas campuran Pertamax dan bioetanol.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menegaskan, upaya perusahaan menyediakan BBM yang ramah lingkungan bukan sebatas pada Pertamax Green 95. Tapi, ada sederet upaya lainnya untuk memastikan ketahanan energi ramah lingkungan kedepannya.
Advertisement
"Itu kan hanya salah satu produk saja. Jadi kita bicarakan bagaimana strategi besarnya, produk namanya bisa apa saja. Tapi intinya kita miliki target bagaimana untuk menurunkan target emisi," kata dia usai Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023, di Hotel Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/9/2023).
Menurutnya, ada upaya lain yang sejalan dalam mengejar penurunan emisi lewat produk BBM yang dihasilkan. Misalnya, adanya peningkatan teknologi pada sisi pemrosesan BBM di kilang.
Proyek Kilang Balikpapan
Sebut saja, proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan yang bisa meningkatkan kualitas BBM yang dihasilkan. Dari semula berstandar Euro 2, menjadi BBM berstandar Euro 5.
"Sekarang pun kita melakukan revamping kilang yang kita sebut RDMP itu ada di Balikpapan dan menjadi upaya untuk mengurangi emisi," ungkapnya.
"Karena sebelumnya hasilkan produk Euro 2 ditingkatkan jadi Euro 5 di mana setelah peningkatan kualitas maka Sulphur Oxide atau SOX ini akan berkurang lebih dari 99,6 persen," sambung Dirut Pertamina.
Tak Mau Semata Produk Berlabel 'Green'
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkap strategi dalam memastikan ketahanan energi. Tak cuma itu, dia ingin produknya juga ramah lingkungan.
Namun, Nicke menyebut, pihaknya tak ingin hanya menghasilkan produk yang ramah lingkungan atau berlabel 'green'. Tapi, bisa juga sustainable atau berkelanjutan dan berdampak luas.
"Jadi strategi Pertamina yang paling utama adalah kita bagaimana membangun atau memiliki sustainable energy, sustainable artinya adalah semua materialnya dan bahan bakunya dimiliki oleh Indonesia," kata dia di sela-sela Indonesia Sustainable Forum 2023, di Hotel Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/9/2023).
Advertisement
Sustainable
Poin sustainable yang ditekankannya adalah pada aspek ketersediaan yang bisa memenuhi kebutuhan yang ada. Selanjutnya, masuk pada ranah energi yang rendah emisi.
"Jadi bukan cuma bicara 'green' saja, tapi juga harus sustainable, suplainya harus ada terus menerus. Kemudian kita miliki kemampuan untuk kelolanya jadi energi lebih baik yang disebut low carbon energy," paparnya.
Nicke mencontohkan, pihaknya sukses menerapkan konsep sustainable pada biodiesel B35 berbasis kelapa sawit. Pada bagian ini, Indonesia sebagai produsen kelapa sawit yang cukup besar bisa memiliki dampak berkelanjutan ke bangak sektor.
"Jadi kami yakini bahwa biodiesel adalah sustainable energi yang memang cocok untuk Indonesia karena bisa meng-create lapangan pekerjaan, mulai dari perkebunan, di pabrik prosesnya, maupun di distribusi. Jadi ini salah satu yang diluncurkan," paparnya.
Jajaki Peluang Lain
Lebih lanjut, Nicke menuturkan tengah menjajaki peluang lainnya dalam memproduksi energi. Salah satunya adalah produk turunan gas.
Dia juga membuka kemungkinan dengan masuknya teknologi-teknologi lainnya untuk diterapkan di Indonesia. Tentunya, mengaca pada pasokan dan kebutuhan di dalam negeri.
"Tentu akan ada produk lain termasuk turunan gas, ada hydrogene kita mulai dengan OIM terkemuka untuk melakukan uji coba penggunaan green hydrogene untuk transportasi," kata dia.
"Tentu saja produk lain akan kita lakukan juga penjajakan, apakah pengembangan teknologi, ataupun kita menggunakan teknologi yang proven di luar kemudian diadaptasi dengan kebutuhan dalam negeri," pungkas Nicke.
Advertisement