Ada Bangkai Kapal di Danau Misterius 'Segitiga Bermuda' China

Selama 30 tahun, lebih dari 200 kapal hilang di sana. Akibatnya 1.600 orang tak diketahui nasibnya, 30 yang selamat menderita sakit jiwa.

oleh Liputan6 diperbarui 19 Mar 2013, 14:05 WIB
"Segitiga Bermuda" adalah wilayah imajiner yang menghubungkan  Bermuda, San Juan - Puerto Rico, dan Miami di Amerika Serikat. Sebuah area misterius di mana sejumlah kapal dan pesawat hilang tanpa diketahui sebabnya, bangkainya nyaris tak pernah ada yang ditemukan. Mitos yang sama ternyata juga ada di China.

Bedanya, "Segitiga Bermuda" di China tak terletak di samudera, melainkan berbentuk sebuah danau air tawar raksasa, Danau Poyang.

Namun, seperti dimuat Xinhua, Selasa (19/3/2013), para arkeolog mengklaim menemukan bangkai kapal yang tenggelam di dasar danau, tepatnya di wilayah Laoyemiao, Provinsi Jiangxi, di timur China. Senin kemarin para penyelam diterjunkan ke dalam danau.

Poyang, seperti halnya "Segitiga Bermuda" dianggap angker karena banyak kapal yang hilang di sana. Setidaknya selama 30 tahun, awal 1960-an hingga akhir 1980-an, lebih dari 200 kapal hilang. Akibatnya 1.600 orang raib, tak diketahui nasibnya. Dan 30 yang selamat menderita sakit jiwa.

Salah satu kapal yang raib berbobot 2.000 ton pada 3 Agustus 1985. Sebanyak 13 kapal celaka di perairan dekat Kuil Laoye. Yang misterius, kapal-kapal yang hilang nyaris tak ada yang bisa ditemukan.

Badai Datang Tiba-tiba

Seperti dimuat The Epoch Times, penduduk lokal merasa wajib melaksanakan ritual, membakar dupa, sebelum mengarungi perairan itu.

Zhang Xiaojin, nelayan mencari nafkah di perairan tersebut selama 20 tahun mengisahkan, badai bisa tiba-tiba datang di sana. Para nelayan wajib memperhatikan perubahan sekecil apapun di danau, tak pandang bulu, sejauh apa mereka menempuh jarak.

"Aku masih ingat suatu hari di musim dingin tahun 2001, kami berada di atas danau, segala sesuatu baik-baik saja awalnya. Lalu, cuaca tiba-tiba berubah. Ombak menerjang tanpa ampun, semua kapal susah payah menepi ke pantai," timpal Wang Fangren, nelayan dengan pengalaman navigasi 50 tahun.

Menurut Wang, normalnya, badai didahului dengan pertanda, namun di sekitar Kuil Laoye, ia bisa datang tiba-tiba. "Badai berlangsung selama kurang dari 20 menit, lalu semuanya kembali normal, tenang, seperti tak ada apapun yang terjadi."

Kecelakaan juga pernah terjadi di masa lalu. Pada 16 April 1945, kapal Jepang tenggelam di sana. Tak ada satupun dari 20 orang di dalamnya selamat. Jepang lantas mengirim tim penyelamat. Nasib anggota tim tak kalah nahas. Hilang. Satu dari mereka yang selamat dalam kondisi tak waras.

Dikisahkan, pada tahun 1977, penduduk membangun tiga dam, salah satunya di dekat perairan Kuil Laoye. Suatu malam, dam sepanjang 2.000 kaki (609 m), lebar 165 kaki (50,2 m), dengan kedalaman 16 kaki (4,8 m) tenggelam tanpa menimbulkan suara.

Kajian Ilmiah

Danau Poyang juga menjadi obyek kajian para ilmuwan. Seorang ahli lokal mengaku menemukan penyebab mengapa perairan tersebut mematikan. "Gambar inframerah menunjukkan, ada wilayah pasir raksasa (sandbank) di bawah perairan Kuil Laoye. Panjangnya sekitar 6.600 kaki atau 2.011 meter membentang dari timur ke barat," kata dia.

Pasir ini menghalangi aliran air dan menciptakan pusaran air di bawah danau. "Amat mungkin pusaran itu menenggelamkan kapal," tambah dia. Namun, teori tersebut belum bisa menjelaskan mengapa bangkai kapal-kapal itu tak ditemukan. Atau jarang ditemukan kembali.(Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya