Liputan6.com, Washington - Amerika Serikat (AS), Jerman, dan Uni Eropa pada Kamis (7/9/2023), mengecam pernyataan Presiden Palestina Mahmoud Abbas belum lama ini mengenai Holocaust. Abbas dituduh memutarbalikkan sejarah dan mempromosikan stereotipe antisemit.
Dalam pidatonya bulan lalu di hadapan anggota senior gerakan Fatah, Mahmoud Abbas mengatakan bahwa Adolf Hitler membunuh orang-orang Yahudi Eropa bukan karena antisemitisme, namun karena fungsi sosial seperti peminjaman uang.
Advertisement
"Orang-orang ini (Yahudi) diperangi karena fungsi sosialnya yang berhubungan dengan uang, riba," ujar Mahmoud Abbas, seperti dilansir AP, Jumat (8/9). "Dari sudut pandang Hitler, mereka melakukan sabotase, dan karena itu dia membenci mereka."
Pidato tersebut diterjemahkan oleh Middle East Media Research Institute (MEMRI), think tank di Washington yang didirikan oleh para analis Israel. Para kritikus menilai MEMRI mempromosikan agenda pro-Israel.
Dalam Holocaust, enam juta orang Yahudi dibunuh oleh Nazi dan sekutunya. Hitler dilaporkan menganggap Yahudi sebagai ras yang lebih rendah dan dengan kejam mempromosikan stereotipe antisemit demi menghasut kebencian terhadap mereka.
Mahmoud Abbas Didesak Minta Maaf
Utusan khusus AS untuk Memantau dan Memerangi Antisemitisme Deborah Lipstadt mengatakan bahwa dia terkejut dengan pernyataan Mahmoud Abbas yang disebutnya "pidato antisemit dan penuh kebencian".
Lebih lanjut dia menuturkan bahwa Mahmoud Abbas telah memfitnah orang-orang Yahudi dan memutarbalikkan fakta soal Holocaust. Lipstadt menyerukan agar Mahmoud Abbas segera menyampaikan permintaan maaf.
Duta Besar Jerman untuk Israel Steffen Seibert menyebutkan bahwa pidato Mahmoud Abbas adalah penghinaan terhadap jutaan pria, wanita, dan anak-anak yang terbunuh.
"Rakyat Palestina berhak mendengar kebenaran sejarah dari pemimpinnya, bukan distorsi seperti itu," tegas Seibert.
Sementara itu, Uni Eropa mengatakan bahwa komentar Mahmoud Abbas meremehkan Holocaust dan dengan demikian memicu antisemitisme.
Advertisement
Dituduh Antisemitisme
Direktur Monumen Peringatan Holocaust Yad Vashem di Israel Dani Dayan menuduh Mahmoud Abbas melakukan penyangkalan dan distorsi Holocaust serta mempromosikan stereotipe antisemit.
"Pernyataan tercela ini harus dikutuk dengan tegas oleh para pemimpin global," ujarnya.
Mahmoud Abbas bukan kali pertama ini menghadapi tuduhan antisemitisme. Tahun lalu, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengecamnya karena menyebut Israel melakukan "50 Holocaust" terhadap Palestina. Dan Mahmoud Abbas pun kemudian meminta maaf.
Permintaan maaf juga disampaikan Mahmoud Abbas pada tahun 2017 menyusul pidatonya yang mengatakan bahwa peminjaman uang oleh orang-orang Yahudi telah menyebabkan permusuhan terhadap mereka di Eropa.
Dalam tesis doktoralnya pada tahun 1970-an, Mahmoud Abbas turut mempertanyakan genosida oleh Nazi.
Juru bicara Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rudeineh, mengutuk kampanye gila-gilaan melawan presiden Palestina itu. Dia menegaskan bahwa posisi sang presiden jelas dan terdokumentasi, yaitu mengutuk Holocaust dan menolak antisemitisme.