Pertama di Dunia, Ilmuwan Israel Ciptakan Model Embrio Manusia Tanpa Telur dan Sperma

Ilmuwan ciptakan model embrio manusia tanpa sel telur, sperma maupun rahim.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 08 Sep 2023, 19:45 WIB
Ilustrasi embrio manusia. (Sumber Flickr/lunar caustic)

Liputan6.com, Jakarta Dalam dunia ilmu pengetahuan, terdapat momen langka yang mengguncang paradigma dan membawa perubahan besar dalam pemahaman kita tentang kehidupan. Salah satu momen semacam itu telah terjadi, yang akan mengubah cara kita melihat tahap awal kehidupan manusia. Ilmuwan di Weizmann Institute of Science di Israel telah menciptakan model embrio manusia tanpa menggunakan sperma, sel telur, atau rahim. 

Temuan ini tidak hanya menghadirkan prestasi ilmiah yang luar biasa tetapi juga membawa implikasi besar dalam berbagai bidang, dari ilmu pengetahuan hingga kedokteran dan etika. Penemuan ini juga menimbulkan banyak pertanyaan, seperti bagaimana model embrio ini diciptakan, mengapa ini adalah terobosan ilmiah yang signifikan, potensi manfaat yang bisa diperoleh, serta pertanyaan etis yang muncul seiring dengan kemajuan ini.

Untuk informasi lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pada Jumat (8/9/2023).


Terobosan Ilmiah Model Embrio Manusia Tanpa Sel Telur dan Sperma

Sumber: dailymail.co.uk

Dalam sebuah terobosan ilmiah yang mengubah paradigma, ilmuwan di Weizmann Institute of Science di Israel telah menciptakan "model embrio" manusia tanpa menggunakan sperma, sel telur, atau rahim. Temuan ini menjadi sorotan utama dalam dunia ilmu pengetahuan dan telah dipublikasikan di jurnal Nature, menggambarkan perkembangan embrio manusia hingga tahap yang menyerupai embrio asli berusia 14 hari.

Ilmuwan di Weizmann Institute menggambarkan model embrio ini sebagai embrio yang telah lengkap, karena mampu meniru semua struktur kunci yang muncul pada embrio manusia pada tahap awal perkembangannya. Ini adalah langkah penting dalam memahami tahap awal kehidupan manusia, yang selama ini relatif minim pemahamannya.


Menciptakan Model Embrio Manusia: Sebuah Proses yang Revolusioner

Sumber: dailymail.co.uk

Proses menciptakan model embrio manusia ini menggabungkan keahlian dalam bidang biologi sel dan rekayasa genetika. Yang menarik adalah bahwa model embrio ini dibangun tanpa menggunakan sperma dan sel telur, tetapi bahan awalnya adalah sel induk yang diprogram ulang untuk memiliki potensi menjadi berbagai jenis jaringan dalam tubuh manusia.

Untuk mencapai hal ini, ilmuwan menggunakan sel induk naif yang kemudian dipengaruhi dengan bahan kimia tertentu untuk membujuknya menjadi empat jenis sel yang ditemukan pada tahap awal embrio manusia, yaitu sel epiblas, sel trofoblas, sel hipoblas, dan sel mesoderm ekstraembrionik. Sekitar 120 sel ini dicampur dalam rasio yang tepat, dan kemudian ilmuwan mengamati perkembangannya.

Kesuksesan model embrio adalah bahwa sekitar 1% dari campuran sel-sel ini secara spontan mulai membentuk struktur yang menyerupai embrio manusia, meskipun tidak identik. Hasilnya adalah model embrio yang mencerminkan perkembangan embrio manusia pada usia 14 hari setelah pembuahan. Ini adalah tahap penting dalam perkembangan embrio manusia yang sebelumnya kurang dipahami.


Potensi Manfaat dan Implikasi Etis

Sumber: dailymail.co.uk

Model embrio manusia ini memiliki potensi besar dalam berbagai aspek ilmu pengetahuan dan kedokteran. Pertama, hal ini dapat membantu ilmuwan memahami lebih baik bagaimana berbagai jenis sel berkembang selama tahap awal kehidupan manusia. Selanjutnya, penelitian ini dapat membantu memahami penyebab keguguran dan cacat lahir, yang sering terjadi selama tahap awal perkembangan.

Selain itu, model embrio ini memiliki potensi dalam meningkatkan tingkat keberhasilan fertilisasi in vitro (IVF) dan pengujian obat-obatan selama kehamilan. Dengan memahami lebih baik bagaimana embrio berkembang dan mengapa beberapa embrio gagal, pengobatan infertilitas dapat menjadi lebih efektif.

Namun, dengan potensi manfaat ini juga muncul pertanyaan etis yang serius. Seiring semakin mendekati tahap perkembangan embrio manusia yang sebenarnya, model ini menghadapi pertanyaan tentang bagaimana seharusnya diatur secara etis dan hukum. Apakah model ini harus diperlakukan seperti embrio manusia normal atau apakah ada batasan etis yang berbeda yang harus diterapkan?

 

Terobosan ini merupakan langkah penting menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang awal kehidupan manusia. Meskipun model embrio ini bukan embrio manusia sejati, ia memberikan wawasan yang berharga tentang tahap awal perkembangan yang kritis. Sebagai ilmuwan terus bekerja untuk meningkatkan tingkat keberhasilan dan memahami implikasi etisnya, kita dapat mengharapkan bahwa penemuan ini akan membuka pintu bagi terobosan lebih lanjut dalam ilmu pengetahuan dan kedokteran yang akan menguntungkan masyarakat secara keseluruhan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya