Liputan6.com, Naypyidaw - Nyawa Aung San Suu Kyi (78) mungkin dalam bahaya karena dia mengidap penyakit gusi yang sangat serius, sehingga kesulitan makan setelah lebih dari dua tahun dipenjara. Peringatan tersebut disampaikan oleh putranya, Kim Aris, yang mengaku bahwa dia tidak berdaya untuk membantu ibunya.
Menurut Kim Aris, Aung San Suu Kyi belum diizinkan bertemu dokter meskipun dia sempat tidak bisa jalan, menderita muntah-muntah, dan pusing serta kemungkinan mengalami masalah dengan gigi bungsunya.
Advertisement
"Tidak ada orang di luar penjara yang pernah melihatnya sejak lama. Dan sekarang tidak bisa makan membahayakan nyawanya. Mengingat banyaknya orang yang kehilangan nyawa di penjara Myanmar maka hal ini sangat memprihatinkan," ujar Kim Aris yang menetap di Inggris, seperti dilansir The Guardian, Sabtu (9/9/2023).
Sebagai tanda betapa seriusnya kondisinya, sebut Kim Aris, petugas di penjara tempat dia ditahan meminta perawatan medis. Namun, hal itu ditolak oleh junta militer Myanmar.
"Permintaan perawatan medis mendesak oleh otoritas penjara sendiri telah ditolak oleh militer," tutur Kim Aris.
"Dari apa yang saya dengar dia tidak bisa makan karena penyakit gusi dan mungkin memiliki masalah gigi bungsu dan pernah tidak bisa berjalan. Mengingat usianya, hal ini disertai dengan muntah-muntah dan pusing, menimbulkan kekhawatiran serius terhadap kesehatannya secara keseluruhan."
Kim Aris, yang saat remaja menerima hadiah Nobel perdamaian untuk ibunya yang dipenjara, belum dapat menghubungi ibunya dengan cara apapun sejak dia ditahan junta militer Myanmar pada Februari 2021, ketika pemerintahannya yang dipilih secara demokratis digulingkan.
Penahanan yang Berbeda dengan Sebelumnya
Aung San Suu Kyi telah menghabiskan hampir dua dekade dalam berbagai bentuk penangkapan sejak tahun 1989. Namun, selama periode penahanan sebelumnya Kim Aris mengatakan bahwa dia diizinkan untuk berkomunikasi dengannya dan kadang-kadang mengunjunginya.
"Tidak melakukan kontak apa pun selama dua setengah tahun terakhir adalah hal yang sulit. "Saya merasa agak tidak berdaya."
"Sebelum tahun 2010, selama masa penahanannya yang paling lama, pimpinan militer benar-benar mengizinkan saya pergi dan menghabiskan waktu bersamanya," katanya. (Mereka] mengizinkan kami mengirimkan paket perawatan dan surat, namun selama dua setengah tahun terakhir kami tidak mendapatkan hak asasi manusia yang mendasar tersebut.
Aung San Suu Kyi hanya terlihat sekali sejak kudeta tahun 2021, dalam gambar yang diambil di ruang sidang di Naypyidaw dan tidak diizinkan bertemu dengan pengacaranya.
Pada Juli, Menteri Luar Negeri Thailand yang akan habis masa jabatannya, Don Pramudwinai, menjadi pejabat asing pertama yang diberikan akses untuk menemuinya. Dia mengatakan Aung San Suu Kyi dalam keadaan sehat dan mendukung dialog untuk menyelesaikan krisis.
Kim Aris menampik pemberitaan tersebut sebagai "program disinformasi lain" yang dilakukan pihak militer.
Tidak hanya itu, Kim Aris juga mempertanyakan laporan bahwa ibunya telah menjadi tahanan rumah.
"Mereka telah mencoba taktik menenangkan komunitas internasional yang lebih luas dengan mengatakan bahwa dia telah dipindahkan ke tahanan rumah dan hal itu sama sekali tidak benar," katanya. "Dia masih di penjara."
Advertisement
Tolak Perlakuan Khusus
Terlepas dari usianya, Aung San Suu Kyi dilaporkan menolak perlakuan khusus apapun karena prinsip politiknya, menempatkannya pada risiko yang lebih besar.
"Saya tidak bisa mengatakan dengan pasti soal makanan, tapi saya tahu bahwa dia tidak menerima perlakuan berbeda dari tahanan lain dan mereka tidak diperlakukan dengan baik. Jadi, kita bisa memperkirakan kondisinya juga sama mengerikannya," beber Kim Aris.
Sejak kudeta, junta militer Myanmar kesulitan menghadapi perlawanan sengit terhadap pemerintahannya – termasuk perlawanan bersenjata.
Sementara itu, sosok Aung San Suu Kyi masih sangat populer di Myanmar karena kepemimpinannya dalam perjuangan demokrasi dan latar belakangnya sebagai putri pahlawan kemerdekaan Aung San.
Penahanan Aung San Suu Kyi mendapat kecaman luas. Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan pembebasan Aung San Suu Kyi dan diakhirinya kekerasan.
Pada Agustus, junta militer memberikan pengampunan sebagian, yang mengurangi hukumannya sedikit, sehingga Aung San Suu Kyi kini menghadapi hukuman 27 tahun penjara – yang berarti dia akan dibebaskan pada usia 105 tahun. Kim Aris pun menyerukan agar rezim junta militer segera membebaskan ibunya untuk berobat.
"Saya memohon kepada militer untuk membebaskan ibu saya atau paling tidak menyetujui agar dia segera dirawat oleh dokter," tutur Kim Aris.
"Dunia tidak bisa lagi menutup mata saat militer melanjutkan kebrutalan mereka yang sudah terdokumentasi dengan baik terhadap warga negara mereka sendiri tanpa mendapat hukuman," ungkap Kim Aris. "Negara ini berada dalam keadaan yang lebih buruk dibanding kapanpun sepanjang hidup saya."
Adapun juru bicara junta Mayjen Zaw Min Tun belum merespons pernyataan Kim Aris.