Liputan6.com, Jakarta - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, melakukan uji laboratorium air sumur milik warga di Desa Pengasinan, Gunung Sindur, yang diduga tercemar bahan bakar minyak (BBM).
Kabid Penegakan Hukum dan Pengelolaan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor, Gantara Lenggana menjelaskan, pihaknya bekerja sama dengan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Bareskrim Polri dan Lembaga Minyak dan Gas (Lemigas) untuk melakukan penelitian.
Baca Juga
Advertisement
"Pengujian dengan finger print minyak sampel air sumur warga yang tercemar BBM dan minyak tangki pendam SPBU," ungkap Gantara dilansir dari Antara, Sabtu (9/9/2023).
Penelitian dilakukan untuk memastikan apakah kandungan minyak di air sumur warga identik dengan minyak di tangki pendam SPBU.
"Sampel air tersebut akan dikirimkan ke Puslabfor Polri dan Lemigas untuk dilakukan pengujian," ucap Gantara.
Menurut Gantara, tim DLH telah bergerak ke lokasi untuk melakukan pemeriksaan, pada Kamis 7 September 2023. Namun saat itu belum bisa menguji sampel karena keterbatasan peralatan. Sebab, penelitian metode finger print minyak hanya dimiliki oleh laboratorium khusus dan Lemigas.
Sementara, Kasi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, M Adam Hamdani menyebutkan, warga yang terdampak akibat air sumurnya tercemar BBM di lokasi tersebut, bisa mengajukan suplai air bersih kepada Pemerintah Kabupaten Bogor melalui BPBD.
"Selama penyelidikan berlangsung, warga yang terdampak bisa mendapatkan air bersih dengan menghubungi secara langsung Call Center BPBD di 021-87914900 atau bisa di 021-87914800 atau Nomor Whatsapp di nomor 081210109002. Atau bisa juga melalui kepala desa dan kecamatan setempat," kata Adam.
Belasan Sumur Warga di Gunung Sindur Bogor Tercemar BBM, Air Berwarna Hijau dan Mudah Terbakar
Sebelumnya, belasan sumur milik warga di Kampung Nagrog, Desa Pengasinan, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat diduga tercemar bahan bakar minyak (BBM). Kondisi air tanah yang terkontaminasi BBM itu diketahui sejak 2016.
Gejala air sumur tercemar BBM ini pun bervariasi, mulai dari berwarna hijau dan berbau hingga mudah terbakar.
Sejak saat itu hingga sekarang, warga tidak lagi bisa memanfaatkan sumber air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Dulu memang belum terlalu parah. Mungkin karena sekarang kemarau jadi air sumur menyusut dan lebih banyak minyaknya," kata Irsad, satu di antara belasan warga yang sumurnya diduga tercemar BBM.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, warga terpaksa membeli air isi ulang untuk kebutuhan minum, memasak, mandi, dan mencuci.
"Pokoknya air sumur sudah tidak bisa dipakai sama sekali," kata dia.
Kapolsek Gunung Sindur Kompol Budi Santoso menyatakan, sumur milik warga tercemar BBM diduga bersumber dari kebocoran pipa atau tempat penyimpanan BBM Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang letaknya 300 meter dari pemukiman warga.
Namun kepolisian belum bisa memastikan jenis BBM yang mencemari sumur milik warga tersebut.
"Kami sudah meminta pihak SPBU untuk segera menindaklanjuti hal ini," kata dia.
Dari hasil pengecekan, terdapat 15 sumur yang terkontaminasi BBM. Kondisinya sudah tidak dapat lagi digunakan untuk memasak, mencuci, dan kebutuhan lainnya.
"Kami sudah meminta warga kalau memasak jangan di dapur yang ada saluran air apalagi dekat sumur," ucap Camat Gunung Sindur Dace Hatomi.
Advertisement