Top 3: Pasar Obligasi Diramal Cerah, Pilih Reksa Dana atau SBN?

Berikut tiga artikel terpopuler di saham yang dirangkum pada Minggu, 10 September 2023.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Sep 2023, 08:28 WIB
Ilustrasi Obligasi (Photo created by rawpixel.com on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia memprediksi kondisi pasar obligasi akan berangsur membaik setelah sempat bergerak sangat fluktuatif pada Agustus lalu. Ini mengingat, pasar obligasi ditopang oleh dinamika global dan domestik terkini.  

Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Freddy Tedja menuturkan, dari sisi global, data-data ekonomi terakhir Amerika Serikat menunjukkan pelemahan, membuat ekspektasi bahwa bank sentral Amerika Serikat sudah semakin mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunga

Dari sisi domestik, inflasi yang terjaga, permintaan domestik yang kuat dan pasokan obligasi yang terkendali di tengah defisit anggaran yang mengecil menjadi katalis penting bagi pasar obligasi di tahun ini.

Selain itu, arus masuk investasi asing pada Surat Berharga Negara (SBN) juga berpotensi kembali berlanjut,  mengingat kepemilikan asing masih cukup rendah, hanya sebesar 15,51 persen per akhir kuartal 2023. 

“Semua faktor di atas tetap mempertegas diskursus bahwa pasar obligasi tetap menawarkan peluang yang baik untuk investor,” kata Freddy dalam keterangan resminya, dikutip Sabtu, 9 September 2023.

Kemudian, pertimbangan selanjutnya adalah adanya pilihan berinvestasi obligasi lewat reksa dana pendapatan tetap atau ke Surat Berharga Negara (SBN). Lantas, instrumen apa yang sebaiknya dipilih?

Artikel pasar obligasi diramal cerah, pilih reksa dana atau SBN menyita perhatian pembaca di saham. Ingin tahu artikel terpopuler lainnya di saham? Berikut tiga artikel terpopuler di saham yang dirangkum pada Minggu, (10/9/2023):

 

 


1.Pasar Obligasi Diramal Cerah, Pilih Reksa Dana atau SBN?

(Foto: Liputan6.com)

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia memprediksi kondisi pasar obligasi akan berangsur membaik setelah sempat bergerak sangat fluktuatif pada Agustus lalu. Ini mengingat, pasar obligasi ditopang oleh dinamika global dan domestik terkini.  

Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Freddy Tedja menuturkan, dari sisi global, data-data ekonomi terakhir Amerika Serikat menunjukkan pelemahan, membuat ekspektasi bahwa bank sentral Amerika Serikat sudah semakin mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunga. 

Dari sisi domestik, inflasi yang terjaga, permintaan domestik yang kuat dan pasokan obligasi yang terkendali di tengah defisit anggaran yang mengecil menjadi katalis penting bagi pasar obligasi di tahun ini.

Selain itu, arus masuk investasi asing pada Surat Berharga Negara (SBN) juga berpotensi kembali berlanjut,  mengingat kepemilikan asing masih cukup rendah, hanya sebesar 15,51 persen per akhir kuartal 2023. 

“Semua faktor di atas tetap mempertegas diskursus bahwa pasar obligasi tetap menawarkan peluang yang baik untuk investor,” kata Freddy dalam keterangan resminya, dikutip Sabtu, 9 September 2023.

Kemudian, pertimbangan selanjutnya adalah adanya pilihan berinvestasi obligasi lewat reksa dana pendapatan tetap atau ke Surat Berharga Negara (SBN). Lantas, instrumen apa yang sebaiknya dipilih?

Berita selengkapnya baca di sini


2.26 Perusahaan Masuk Pipeline IPO di BEI, Mayoritas Punya Aset Skala Menengah

Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 26 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Hingga 8 September 2023, BEI menyatakan ada 65 perusahaan tercatat yang mencatatkan saham di BEI dengan dana yang dihimpun Rp 49,4 triliun.

Dari catatan BEI, berdasarkan POJK Nomor 53/POJK/.04/2017, dari 26 perusahaan, sebagian besar dari perusahaan aset skala menengah yang memiliki aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar. Jumlah perusahaannya mencapai 16 perusahaan aset skala menengah. Kemudian enam perusahaan aset skala besar dengan aset di atas Rp 250 miliar. Selanjutnya empat perusahaan aset skala kecil dengan aset di bawah Rp 50 miliar.

Adapun untuk rincian sektornya antara lain:

4 perusahaan dari sektor basic materials

4 perusahaan dari sektor consumer cyclicals

6 perusahaan dari sektor consumer non-cylicals

2 perusahaan dari sektor energy

2 perusahaan dari sektor financials

2 perusahaan dari sektor healthcare

2 perusahaan dari sektor industrial

1 perusahaan dari sektor infrastructures

1 perusahaan dari sektor properties and real estate

2 perusahaan dari sektor technology

2 perusahaan dari sektor transportation and logistic

Berita selengkapnya baca di sini


3.IHSG Sepekan Anjlok, Kapitalisasi Pasar Susut Jadi Rp 10,23 Triliun

Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 33,67 poin ke level 5.116,66 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) berubah selama periode tanggal 4 sampai dengan 8 September 2023. Kapitalisasi pasar Bursa pekan ini turun 0,45% menjadi Rp 10,234 triliun dari Rp 10,280 triliun pada pekan sebelumnya.

Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) susut  0,76% dari 6.977,654 menjadi berada pada posisi 6.924,780 pada pekan lalu.

Pj.S Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Kautsar Primadi Nurahmad dalam keterangannya, Sabtu (9/9/2023), mengatakan perubahan turut terjadi pada rata-rata frekuensi transaksi harian Bursa, yaitu sebesar 2,05% menjadi 1.121.707 kali transaksi dari 1.145.216 kali transaksi pada pekan yang lalu.

Rata-rata nilai transaksi harian Bursa pekan ini mengalami perubahan sebesar 9,10% menjadi Rp 9,97 triliun dari Rp 10,97 triliun pada pekan sebelumnya.

Berita selengkapnya baca di sini 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya