Liputan6.com, Jakarta - Buku biografi Elon Musk yang ditulis oleh Walter Isaacson mengungkapkan berbagai kisah dan fakta tersembunyi sang miliarder.
Buku yang akan segera dihadirkan pada 12 September 2023 ini tidak hanya berisi kehidupan pribadinya, tetapi juga perjalanannya sebagai seorang wirausaha dan pebisnis.
Advertisement
Dilansir Business Today, Senin (11/9/2023), Elon Musk turut berperan dalam konflik antara Rusia dan Ukaraina. Pernyataan ini didasarkan pada operasi rahasia yang dilakukannya.
Elon Musk diam-diam menginstruksikan para insinyurnya untuk menonaktifkan jaringan komunikasi satelit Starlink di sepanjang pantai Krimea pada saat itu.
Dengan menonaktifkan satelit, maka drone kapal selam Ukraina yang dibekali senjata mematikan akan kehilangan konektivitas.
Ia melakukan tindakan tersebut dengan tujuan untuk menggagalkan dugaan serangan diam-diam Ukraina terhadap armada angkatan laut Rusia.
Karena, jika Ukraina melakukan serangan di Krimea, tindakan tersebut berpotensi memprovokasi Rusia untuk merespons dengan kekuatan nuklir.
Pemerintah Ukraina telah meminta Elon Musk untuk mengaktifkan kembali satelit Starlink. Namun, dalam biografi ini diungkapkan keragu-raguan Elon Musk untuk menyediakan sistem Starlink kepada negara tersebut.
Starlink Tidak Untuk Dilibatkan dalam Konflik Rusia-Ukraina
Dilaporkan dari sumber yang sama, Musk telah menawarkan terminal satelit Starlink buatan SpaceX kepada Ukraina sebelum invasi skala penuh pada Februari 2022.
Dan pastinya langkah ini terbukti berperan penting dalam menjaga konektivitas militer Ukraina. Negara tersebut mulai mempergunakan satelit ini untuk operasi ofensif terhadap Rusia.
Di samping itu, Elon Musk sendiri menyatakan bahwa Starlink ditawarkan untuk orang-orang dapat menonton Netflix, mengakses pendidikan online, dan aktivitas positif lainnya. Bukan untuk memfasilitasi serangan drone dalam konflik Rusia-Ukraina ini.
Dilema Elon Musk Terhadap Satelit Starlink untuk Ukraina
Dilansir CNN, Senin (11/9/2023), Mykhailo Fedorov, Wakil Perdana Menteri Ukraina, memohon kepada Musk untuk memulihkan konektivitas drone kapal selam. Dia juga memberi tahu Musk tentang kemampuan mereka melalui pesan teks.
Musk mengakui bahwa dia terkesan dengan desain drone kapal selam Ukraina. Namun, dia tidak akan mengaktifkan kembali jangkauan satelit untuk Krimea.
Wilayah yang mengandalkan bantuan biaya untuk komunikasi di medan perang juga belum dipetakan. Hal ini menyebabkan kebuntuan mengenai siapa yang akan membayar terminal Starlink.
SpaceX telah menghabiskan puluhan juta dolar untuk mengirim peralatan satelit ke Ukraina. Dan perusahaan tersebut mengatakan kepada Pentagon bahwa mereka tidak akan terus menanggung tagihan perlengkapan satelit.
Namun, setelah adanya laporan tersebut, Musk menyatakan akan terus mendanai pemerintah Ukraina secara gratis. Pernyataan tersebut sempat dianggap omong kosong.
Akan tetapi, SpaceX akhirnya membuat kesepakatan dengan pemerintah AS dan Eropa untuk membayar 100.000 antena parabola baru ke Ukraina pada awal 2023.
Advertisement
Satelit Starlink Terinspirasi dari Buku The Fault in Our Stars, Ungkap Elon Musk
MengutipBusiness Insider, Starlink merupakan sistem internet satelit yang dioperasikan oleh perusahaan roket milik Elon Musk, SpaceX.
Musk mengembangkan sistem internet satelit ini melalui SpaceX mengajukan permohonan ke Komisi Komunikasi Federal pada tahun 2016. Ia juga menyatakan bahwa "Starlink" terinspirasi oleh buku 'John Green, The Fault in Our Stars'.
SpaceX meluncurkan putaran pertamanya yang terdiri dari 60 satelit Starlink ke orbit bawah Bumi pada Mei 2019 menggunakan salah satu roket Falcon 9 milik SpaceX. Saat ini, perusahaan tersebut memiliki lebih dari 4.000 satelit di orbit, dan Musk mengatakan pada akhirnya dia ingin mengirim hingga 42.000 satelit ke luar angkasa.
Tidak seperti kebanyakan layanan internet satelit, satelit Starlink beroperasi di orbit bawah bumi, sehingga mengurangi jeda antara saat data ditransfer ke penerima, kata perusahaan itu .
Pada tahun 2022, Musk mengumumkan bahwa SpaceX akan bermitra dengan T-Mobile untuk menawarkan pengguna perusahaan akses ke layanan satelit Starlink dan "menghilangkan zona mati di seluruh dunia".
Wakil presiden penjualan komersial Starlink SpaceX, Jonathan Hofeller, mengatakan bahwa perusahaan berencana untuk mulai menguji layanan seluler di 2023 ini.
SpaceX Menjadi Target Mata-Mata China dan Rusia
Mata-mata China dan Rusia disebut-sebut ingin mencuri teknologi dan data sensitif dari perusahaan luar angkasa Amerika Seriakt (AS), termasuk SpaceX dan Blue Origin.
Pusat Kontra Intelijen dan Keamanan Nasional, FBI, serta Angkatan Udara memperingatkan bahwa entitas intelijen asing mengakui pentingnya industri luar angkasa komersial bagi ekonomi AS dan keamanan nasional, termasuk meningkatnya ketergantungan infrastruktur penting pada aset ruang angkasa.
“Mereka melihat inovasi dan aset terkait luar angkasa AS sebagai potensi ancaman serta peluang berharga untuk memperoleh teknologi dan keahlian vital,” demikian menurut ketiga lembaga di atas, seperti dilaporkan New York Times.
Badan-badan intelijen prihatin dengan meningkatnya minat agen mata-mata China dan Rusia pada perusahaan ruang angkasa komersial AS.
Itulah sebabnya pemerintah federal menginginkan perusahaan seperti SpaceX dan Blue Origin untuk memperketat protokol keamanan mereka, terutama mengingat fakta bahwa AS telah bergantung pada perusahaan luar angkasa untuk infrastruktur teknologinya.
Badan-badan tersebut memperingatkan bahwa musuh AS menggunakan serangan dunia maya, investasi strategis (termasuk usaha patungan dan akuisisi), penargetan simpul rantai pasokan utama, dan teknik lain untuk mendapatkan akses ke industri luar angkasa AS.
Advertisement