Investasi Global Teknologi Penangkapan Karbon Sentuh USD 6,4 Miliar

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa sektor Carbon Capture Storage (CCS) atau teknologi Penangkapan dan Penyimpanan Karbon berkembang pesat.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 11 Sep 2023, 14:38 WIB
Menko Polhukam Luhut Panjaitan saat jumpa pers pencatutan namanya dalam negosiasi Ketua DPR Setya Novanto-Freeport, di Jakarta, Kamis (19/11). Luhut menyebut kalau dirinya tak tahu menahu dan tak pernah bicara urusan saham. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa sektor Carbon Capture Storage (CCS) atau teknologi Penangkapan dan Penyimpanan Karbon berkembang pesat, dan menawarkan investor peluang untuk menjadi industri revolusioner yang menjanjikan keuntungan jangka panjang. 

Investasi global baru-baru ini di sektor CCS telah mencapai sekitar USD 6,4 miliar, dengan Asia memberikan kontribusi sebesar USD 1,2 miliar,” ungkap Luhut dalam pesan video di IICCS Forum di Hotel Mulia, Jakarta pada Senin (11/9/2023). 

“Penting bagi Indonesia menjadi bagian utama dari investasi teknologi (CCS),” katanya.

Luhut melanjutkan, pengembangan CCS hub di indonesia memiliki potensi yang sangat besar karena memiliki sumber daya yang diperlukan dari penyimpanan CO2 dan lokasi industri yang berdekatan. 

“Termasuk mitra kami dari industri di Asia Timur untuk transportasi karbon internasional,” jelasnya. 

Selain itu, penerapan pajak karbon regional juga memberikan dorongan ekonomi pada proyek CCS. 

“Fasilitas minyak dan gas yang ada mulai dari Aceh, Jawa Utara, Kalimantan dan daerah terkait di Papua secara teknis layak untuk dioperasikan dengan teknologi CCS,” sebut Luhut.

“Dengan mendorong kolaborasi dan berbagi pengetahuan, kita dapat memanfaatkan potensi penuh CCS untuk mewujudkan masa depan berkelanjutan di Asia Tenggara,” pungkas Luhut.


Sindiran Keras Indonesia di KTT G20 India: Pendanaan Transisi Energi Negara Maju Cuma Retorika

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuan sesi pertama KTT G20 India di Bharat Mandapam, IECC, Pragati Maidan, New Delhi, India, Sabtu 9 September 2023. Jokowi juga didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. (Sumber: Instagram @smindrawati)

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuan sesi pertama KTT G20 India di Bharat Mandapam, IECC, Pragati Maidan, New Delhi, India, Sabtu 9 September 2023.

Ternyata, tak hanya Sri Mulyani yang mendampingi Presiden, melainkan Jokowi juga didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan

Momen itu pun dibagikan Menkeu melalui akun instgaram pribadinya @smindrawati, Minggu (10/9/2023). Bendahara negara ini merangkum paparan Jokowi di G20 India 2023 dimana Jokowi menyebut Komitmen Pendanaan Transisi Ekonomi Negara Maju Hanya Retorika.

"Dimulai dengan tema One Earth -Presiden @jokowi menyampaikan intervensi pertama. Pemimpin G20 harus melakukan aksi nyata melindungi bumi yang tengah sakit. Perubahan iklim makin sulit dicegah kecuali dengan langkah radikal dan masif," ujar Menkeu.

Namun, kata Menkeu, apa yang disampaikan Jokowi tersebut bahwa transisi ekonomi rendah karbon harus dilakukan.

"Tapi pendanaan dari negara maju hanya retorika dan diatas kertas, termasuk komitmen USD 100 billion untuk negara berkembang menghadapi adaptasi dan mitigasi," kata Sri Mulyani.

Kendati demikian, Menkeu menegaskan, sebagaimana yang disampaikan Presiden, Indonesia telah dan terus melakukan aksi nyata sebagai kontribusi mencegah perubahan iklim, termasuk menekan deforestasi dan menyusun startegi mekanisme transisi energi menuju energi hijau.

Sebagai informasi, Presidensi G20 India yang mengangkat tema “One Earth, One Family, One Future”, terdapat 13 Working Group dan 11 Engagement Group.

Hal ini berkembang dari Presidensi G20 Indonesia sebelumnya dikarenakan beberapa inisitif baru dalam Presidensi India yakni Culture Working Group, Disaster Risk Resilient and Reduction Working Group, Research and Innovation Initiative Gathering, dan Start-Up 20.


Jadi Regional CCS Hub, Indonesia Bakal Jaring Banyak Investasi

Ilustrasi emisi karbon (unsplash)

Penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon, atau Carbon Capture Storage (CCS) jadi salah satu solusi mengatasi perubahan iklim global. 

Indonesia dinilai memiliki formasi geologi yang dapat dimanfaatkan untuk menyimpan emisi karbon secara permanen melalui teknologi CCS. Sementara letak Indonesia yang strategis di Kawasan Asia Pasifik dapat menjadikan Indonesia menjadi regional CCS Hub. Tentunya posisi itu akan turut menarik investasi, membuka lapangan pekerjaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Untuk mencapai tujuan Indonesia sebagai regional CCS Hub, Indonesia CCS Center (ICCSC) akan menyelenggarakan International and Indonesia CCS Forum (IICCS Forum). Sidelines event dari KTT ASEAN yang didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ini akan digelar pada 11-12 September 2023 di Hotel Mulia, Jakarta.

IICCS Forum akan berfokus pada pengembangan dan penerapan teknologi CCS secara global. Perannya yang mendasar dalam menghimpun pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya dari berbagai negara dan sektor menjadikannya mitra strategis dalam memajukan implementasi CCS di Indonesia. 

"Melalui CCS Forum ini, para peserta, baik pemerintah maupun swasta dapat saling berinteraksi, untuk mendapatkan input dan masukan secara global tentang teknologi CCS dan penerapannya di seluruh dunia untuk mengurangi emisi karbon," kata Ketua Panitia Pelaksana IICCS Forum 2023, Merry Marteighianti, Sabtu (9/9/2023).

Potensi Indonesia sebagai regional CCS Hub juga didukung oleh PT PLN (Persero). Perusahaan pelat merah tersebut juga telah memulai transformasi menuju energi bersih, dan implementasi CCS dinilai dapat menjadi langkah kritis untuk mencapai tujuan ini. 

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN sudah melakukan kajian neraca massa dan energi terkait implementasi teknologi carbon capture pada PLTU milik PLN, dan juga mengkaji Roadmap Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) pada pembangkit berbahan bakar fosil. 

"PLN juga menjalankan beberapa joint-study dengan institusi global ternama untuk mengkaji implementasi teknologi CCS/CCUS di beberapa pembangkit fosil milik PLN, yaitu PLTGU Tambak Lorok, PLTU Indramayu, PLTU Suralaya, PLTU Tanjung Jati B, PLTU Paiton, dan PLTGU Muara Tawar," jelas Darmawan. 

Sinergi antara sektor swasta dan BUMN ini pun disambut baik oleh PT Pupuk Indonesia (Persero) dan Chevron. Wakil Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Nugroho Christijanto mengutarakan, saat ini pihaknya sedang melakukan studi kelayakan untuk proyek blue ammonia di Aceh dengan potensi Arun Field sebagai lokasi CCS. 

"Di antara lokasi lokasi potensial untuk cross-border emission storage yaitu Arun Field, Sunda Asri Basin, and East Kalimantan Basin, yang memiliki potensi kapasitas dan prospek yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai CCS Hub di Asia," ujar Nugroho. 

Selaras dengan semangat sinergi antara swasta dan BUMN, Chevron New Energies (CNE) akan menandatangani dua Confidentiality Agreements di acara pembukaan CCS Forum, dalam rangka pembukaan data, masing-masing dengan PT Pertamina Hulu Mahakam dan PT Pertamina Hulu Sanga-sanga. .

Itu jadi tindak lanjut dari CCS/CCUS Joint Study Agreement (JSA) dengan PT Pertamina (Persero) yang sebelumnya sudah ditandatangani pada tanggal 6 Maret 2023. JSA tersebut bertujuan untuk mengkaji kelayakan penyimpanan carbon capture dan carbon capture utilization and storage (CCS/CCUS) di Kalimantan Timur.

Chevron Indonesia Country Manager Wahyu Budiarto menyampaikan, pihaknya telah bermitra dengan Indonesia untuk membantu memenuhi kebutuhan energi Indonesia selama hampir satu abad. 

"Joint study dengan Pertamina ini akan membangun momentum bagi tujuan kita bersama yaitu memajukan target energi Indonesia sambil mengejar masa depan yang rendah karbon. Kami memiliki kemampuan yang unik dan pemahaman mendalam tentang geologi Indonesia untuk mendukung pemanfaatan CCS/CCUS," tuturnya.

Langkah Pemerintah Atasi Polusi Udara di DKI Jakarta dan sekitarnya

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya