Jadi Carbon Capture and Storage hub, Indonesia Siapkan Perpres

Indonesia tengah menyusun peraturan terkait penerapan dan investasi Carbon Capture and Storage (CCS) atau teknologi Penangkapan dan Penyimpanan Karbon.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 11 Sep 2023, 14:06 WIB
Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji dalam IICCS Forum 2023 pada Senin (11/9/2023). Ia mengatakan masih ada tantangan dalam membuat kebijakan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon di Indonesia. (Tasha/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan, Indonesia tengah menyusun peraturan terkait penerapan dan investasi Carbon Capture and Storage (CCS) atau teknologi Penangkapan dan Penyimpanan Karbon.

“Kementerian ESDM bekerja sama dengan kementerian terkait di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi saat ini sedang menyusun Peraturan Presiden (Perpres) tentang CCS di luar kegiatan hulu migas untuk mendukung pengurangan emisi,” ungkap Tutuka dalam IICCS Forum 2023 pada Senin (11/9/2023).

“Peraturan ini juga diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai pusat CCS di kawasan Asia Tenggara,” bebernya.

Tutuka menyebut, Kanada, Amerika Serikat, Inggris dan Australia memiliki kebijakan terkait teknologi CCS yang terbaik.

Negara-megara itu juga memberikan tingkat insentif yang tinggi untuk investasi sektor swasta sehingga kegiatan CCS lebih maju dan mapan.

“Hal ini dapat menjadi pembelajaran untuk memperkaya perbaikan regulasi CCS di Indonesia,” katanya.

Namun dia juga mengakui, masih ada tantangan dalam membuat kebijakan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon di Indonesia.

“Sehingga kita perlu mendengarkan dan belajar dari orang lain untuk memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang CCS,” imbuhnya.

“Kami percaya bahwa kemitraan dan kerja sama internasional sangat penting,” pungkas Tutuka.

Jadi Penangkap Karbon Hub, Indonesia Bakal Jaring Banyak Investasi

Ilustrasi emisi karbon (unsplash)

Sebelumnya, penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon, atau Carbon Capture Storage (CCS) jadi salah satu solusi mengatasi perubahan iklim global.

Indonesia dinilai memiliki formasi geologi yang dapat dimanfaatkan untuk menyimpan emisi karbon secara permanen melalui teknologi CCS. Sementara letak Indonesia yang strategis di Kawasan Asia Pasifik dapat menjadikan Indonesia menjadi regional CCS Hub. Tentunya posisi itu akan turut menarik investasi, membuka lapangan pekerjaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Untuk mencapai tujuan Indonesia sebagai regional CCS Hub, Indonesia CCS Center (ICCSC) akan menyelenggarakan International and Indonesia CCS Forum (IICCS Forum). Sidelines event dari KTT ASEAN yang didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ini akan digelar pada 11-12 September 2023 di Hotel Mulia, Jakarta.

IICCS Forum akan berfokus pada pengembangan dan penerapan teknologi CCS secara global. Perannya yang mendasar dalam menghimpun pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya dari berbagai negara dan sektor menjadikannya mitra strategis dalam memajukan implementasi CCS di Indonesia.

"Melalui CCS Forum ini, para peserta, baik pemerintah maupun swasta dapat saling berinteraksi, untuk mendapatkan input dan masukan secara global tentang teknologi CCS dan penerapannya di seluruh dunia untuk mengurangi emisi karbon," kata Ketua Panitia Pelaksana IICCS Forum 2023, Merry Marteighianti, Sabtu (9/9/2023).

Potensi Indonesia sebagai regional CCS Hub juga didukung oleh PT PLN (Persero). Perusahaan pelat merah tersebut juga telah memulai transformasi menuju energi bersih, dan implementasi CCS dinilai dapat menjadi langkah kritis untuk mencapai tujuan ini.

 


Roadmap Carbon Capture Utilization and Storage

Karbon dioksida (CO2) (Sumber: Pixabay)

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN sudah melakukan kajian neraca massa dan energi terkait implementasi teknologi carbon capture pada PLTU milik PLN, dan juga mengkaji Roadmap Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) pada pembangkit berbahan bakar fosil.

"PLN juga menjalankan beberapa joint-study dengan institusi global ternama untuk mengkaji implementasi teknologi CCS/CCUS di beberapa pembangkit fosil milik PLN, yaitu PLTGU Tambak Lorok, PLTU Indramayu, PLTU Suralaya, PLTU Tanjung Jati B, PLTU Paiton, dan PLTGU Muara Tawar," jelas Darmawan.

Sinergi antara sektor swasta dan BUMN ini pun disambut baik oleh PT Pupuk Indonesia (Persero) dan Chevron. Wakil Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Nugroho Christijanto mengutarakan, saat ini pihaknya sedang melakukan studi kelayakan untuk proyek blue ammonia di Aceh dengan potensi Arun Field sebagai lokasi CCS.

"Di antara lokasi lokasi potensial untuk cross-border emission storage yaitu Arun Field, Sunda Asri Basin, and East Kalimantan Basin, yang memiliki potensi kapasitas dan prospek yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai CCS Hub di Asia," ujar Nugroho.


Energi Masa Depan Rendah Karbon

Selaras dengan semangat sinergi antara swasta dan BUMN, Chevron New Energies (CNE) akan menandatangani dua Confidentiality Agreements di acara pembukaan CCS Forum, dalam rangka pembukaan data, masing-masing dengan PT Pertamina Hulu Mahakam dan PT Pertamina Hulu Sanga-sanga. 

Itu jadi tindak lanjut dari CCS/CCUS Joint Study Agreement (JSA) dengan PT Pertamina (Persero) yang sebelumnya sudah ditandatangani pada tanggal 6 Maret 2023. JSA tersebut bertujuan untuk mengkaji kelayakan penyimpanan carbon capture dan carbon capture utilization and storage (CCS/CCUS) di Kalimantan Timur.

Chevron Indonesia Country Manager Wahyu Budiarto menyampaikan, pihaknya telah bermitra dengan Indonesia untuk membantu memenuhi kebutuhan energi Indonesia selama hampir satu abad.

"Joint study dengan Pertamina ini akan membangun momentum bagi tujuan kita bersama yaitu memajukan target energi Indonesia sambil mengejar masa depan yang rendah karbon. Kami memiliki kemampuan yang unik dan pemahaman mendalam tentang geologi Indonesia untuk mendukung pemanfaatan CCS/CCUS," tuturnya.

 

Infografis Journal Dunia Kepanasan, Akibat Perubahan Iklim Ekstrem?. (Liputan6.com/Tri Yasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya