Liputan6.com, Jakarta - Penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) dari Arm Holdings milik grup Softbank memicu optimisme di wall street. Hal ini seiring kebuntuan IPO akhirnya terpecahkan setelah sepi selama dua tahun.
Dikutip dari Yahoo Finance, ditulis Senin (11/9/2023), satu-satunya bank yang paling membutuhkan hal ini adalah Goldman Sachs (GS). Goldman menjadi salah satu dari beberapa bank besar di balik IPO Arm Holdings yang diperkirakan terjadi pekan depan dan menjadi yang terbesar sejak IPO produsen kendaraan listrik Rivian Automotive pada November 2021. Adapun Arm desain microchip untuk ponsel dan tablet.
Advertisement
Goldman Sachs juga berada di belakang IPO lainnya yang diharapkan dalam beberapa pekan ke depan yang termasuk menjadi salah satu terbesar pada 2023, termasuk layanan pengiriman bahan makanan Instacart, perusahaan perangkat lunak otomasi pemasaran Klaviyo dan produsen sepatu Jerman Birkenstock.
Adapun JPMorgan Chase, Citigroup, dan Morgan Stanley juga terlibat sebagai penjamin emisi dalam satu atau lebih kesepakatan ini bersama dengan Barclays dan Mizuho Financial Group.
Rangkaian IPO terjadi tepat pada waktunya bagi wall street yang mengalami kemerosotan yang berkepanjangan setelah booming pada 2021.
Klien menjadi berhati-hati terhadap segala hal mulai dari arah suku bunga, hubungan dengan China, hingga perekonomian Amerika Serikat (AS) yang lebih besar, sehingga kurangi optimisme yang diperlukan untuk go public, membeli perusahaan dan menambah utang.
IPO Sepi pada 2023
Perusahaan-perusahaan di wall street memangkas bonus dan staf, mengumumkan pengurangan sekitar 20.000 pekerjaan sejak akhir 2022.
“Kami memiliki momen kejelasan, saat kami menyadari kalau pohon tidak tumbuh setinggi langit. Akan ada yang normal baru, tapi apa yang normal?,” ujar Dosen Senior Columbia Business School, Donna Hitscherich.
Sejauh ini, IPO yang sepi pada 2023 merupakan IPO terburuk sejak 2016 jika diukur berdasarkan volume kesepakatan, menurut penyedia data Dealogic.
Hal serupa terjadi pada kuartal saat ini, meskipun sebagian besar aktivitas pada kuartal III cenderung terjadi pada September 2023.
Ada 25 IPO pada kuartal ini hingga 6 September, senilai USD 2 miliar. Total IPO itu turun 69 persen dari IPO yang dilakukan pada periode sama kuartal II dan 17 persen dari periode sama pada kuartal I.
Advertisement
Sentimen Risiko
Tidak ada bank yang lebih membutuhkan kabar baik selain Goldman yang berada di bawah pengawasan ekstrem pada 2023 ketika CEO David Solomon bergulat dengan segala hal mulai dari kegelisahan mitra hingga kekhawatiran tentang strategi saat mencoba untuk menempatkan eksperimen perbankan di belakang perusahaan.
Sebelumnya pendapatan bank investasi Goldman turun 20 persen pada kuartal II, tertinggal dari kinerja JPMorgan, Morgan Stanley dan Bank of America.
Penurunan di Goldman lebih buruk dari perkiraan dan berkontribusi pada penurunan laba perusahaan sebesar 58 persen.
Pada Juli, Solomon menilai kalau kondisi terburuk telah berakhir dan mencatat lebih banyak “sentimen risiko” pada bulan itu. Bank-bank lain menyatakan hal yang sama. Ada juga banyak peringatan dari beberapa CEO yang memperingatkan kalau masih terlalu dini untuk menyatakan perubahan Haluan. Hal ini tetap terjadi di beberapa bank besar.
Seorang bankir pasar saham di sebuah bank investasi menuturkan kepada Yahoo Finance, kalau pasar IPO di AS mungkin masih belum mendekati level historis pada 2023, bahkan setelah hitung Arm dan Instacart.
Bankir ini juga khawatir kalau Arm tidak mencatat perdagangan dengan baik, masyarakat akan sangat khawatir. Hal ini akan berdampak pada pasar yang lebih luas.
Head of Americas Equity Capital Markets Bank of America, Jim Cooney menuturkan, ada 10-15 perusahaan yang diharapkan menggelar IPO hingga akhir tahun. Bank of America merupakan salah satu bank yang membantu Arm dalam IPO-nya.
“Jika sebagian besar dari mereka memiliki harga dan perdagangan yang baik, kelas aset IPO akan mengalami kebangkitan dalam dua hingga tiga kuartal ke depan. Kembali ke keadaan normal,” ujar Cooney.