Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia sebagian besar bergerak stabil pada perdagangan Senin. Harga minyak dunia bertahan di kisaran USD 90 per barel seperti yang telah ditorehkan pada pekan lalu.
Harga minyak dunia mampu menyentuh level USD 90 per barel para pekan lalu merupakan yang pertama kalinya dicetak dalam 10 bulan. Hal ini bisa terjadi karena penurunan produksi minyak mentah di Arab Saudi dan Rusia.
Advertisement
Mengutip CNBC, Selasa (12/9/2023), harga minyak mentah Brent turun 1 sen menjadi USD 90,64 per barel sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 22 sen menjadi USD 87,29 per barel.
Arab Saudi dan Rusia pada pekan lalu memgumumkan akan memperpanjang pengurangan pasokan secara sukarela sebesar 1,3 juta barel per hari (bpd) hingga akhir tahun ini.
Pengurangan pasokan yang dilakukan oleh dua negara produden minyak dunia ini menambah sentimen kekhawatiran terhadap aktivitas ekonomi Tiongkok.
Pada hari Senin, Wakil Menteri Keuangan AS Wally Adeyemo mengatakan bahwa masalah ekonomi Tiongkok lebih cenderung berdampak lokal daripada berdampak pada Amerika Serikat.
“Sebagian besar dari berkurangnya pasokan ini hanya berfungsi untuk mengimbangi perlambatan besar dalam permintaan minyak global,” kata Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois, Jim Ritterbusch.
menurut jajak pendapat awal Reuters pada hari Senin menyatakan bahwa persediaan minyak mentah AS diperkirakan turun sekitar 2 juta barel untuk minggu kelima berturut-turut.
Pasokan Minyak Mentah
Pasokan minyak mentah juga dapat mengalami gangguan baru akibat badai dahsyat dan banjir di Libya timur, yang menewaskan lebih dari 2.000 orang dan memaksa penutupan empat pelabuhan ekspor minyak utama sejak Sabtu – Ras Lanuf, Zueitina, Brega dan Es Sidra.
Sementara itu, Eropa mengharapkan musim pemeliharaan kilang tidak begitu berpengaruh pada musim gugur ini karena pemilik kilang mencari keuntungan dari margin yang tinggi, yang dapat mendukung permintaan minyak mentah.
Menurut konsultan Wood Mackenzie kapasitas kilang offline di Eropa dipatok sekitar 800.000 barel per hari, turun 40% dibandingkan tahun lalu.
Advertisement
Data Makro
Sejumlah data makroekonomi yang akan keluar pada minggu ini akan memberikan informasi apakah bank sentral di Eropa dan Amerika Serikat akan melanjutkan kampanye kenaikan suku bunga mereka secara agresif.
Data indeks harga konsumen (CPI) AS bulan Agustus akan dirilis pada hari Rabu dan dapat memberikan petunjuk apakah akan terjadi kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Data inflasi kemungkinan akan mempengaruhi segalanya mulai dari saham hingga valuta asing, pendapatan tetap, dan harga komoditas, kata Naeem Aslam dari Zaye Capital Markets.
Bank Sentral Eropa juga diperkirakan akan mengumumkan keputusan suku bunganya minggu ini. Pada hari Senin, Komisi Eropa memperkirakan zona euro akan tumbuh lebih lambat dari perkiraan sebelumnya pada tahun 2023 dan 2024.