Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat (AS) telah mengalami kerugian yang tertinggi dalam sejarah akibat bencana alam, dengan kebakaran hutan dan badai yang menimbulkan kerusakan dari Hawaii hingga Florida.
Mengutip CNBC International, Selasa (12/9/2023) sebuah laporan yang dirilis oleh pemerintah federal mengungkapkan bahwa AS telah dilanda 23 bencana selama tahun 2023, yang merupakan jumlah tertinggi sejak National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mulai melakukan pencatatan pada tahun 1980.
Advertisement
Rekor sebelumnya terjadi pada tahun 2020 dengan 22 bencana terpisah yang masing-masing menyebabkan kerugian miliaran dolar atau lebih.
Ke-23 bencana tahun ini telah menyebabkan kerugian lebih dari USD 57,6 miliar atau setara Rp. 883,4 triliun dan menewaskan sedikitnya 253 orang, menurut laporan NOAA.
Seperti diketahui, pada Agustus 2023 kebakaran hutan paling mematikan dalam lebih dari satu abad melanda Maui Barat, Hawaii, menewaskan sedikitnya 115 orang dan menyebabkan kerugian yang diperkirakan mencapai USD 6 miliar.
Hanya beberapa minggu kemudian, Badai Idalia menghantam pantai Big Bend Florida, badai terkuat yang melanda wilayah tersebut dalam 125 tahun.
NOAA mencatat, jumlah bencana cuaca di AS dengan kerugian miliaran dolar telah meningkat sejak tahun 1980.
Rata-rata, terdapat 8 bencana serupa setiap tahun dari tahun 1980-2022. Dalam lima tahun terakhir, rata-rata terjadi 18 bencana serupa setiap tahunnya.
Bencana yang terus terjadi pun menimbulkan kekhawatiran mengenai apakah Badan Manajemen Darurat Federal mempunyai cukup dana untuk memberikan respons yang memadai.
Dana Bantuan Menurun
Administrator FEMA Deanne Criswell mengatakan, bulan lalu dana bantuan bencana federal telah menurun hingga USD 3,4 miliar atau Rp. 52,1 triliun.
Hal ini memaksa badan tersebut untuk fokus pada kebutuhan mendesak masyarakat yang terkena dampak kebakaran hutan Maui, Badai Idalia, dan bencana lain yang mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Criswell juga menyebut, dana bantuan bencana akan semakin menipis pada pertengahan bulan ini karena tidak adanya dana tambahan.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah meminta Kongres untuk menambah dana bantuan bencana hingga USD 16 miliar atau Rp. 245,4 triliun.
Advertisement
Perubahan Iklim
Presiden Joe Biden mengaitkan meningkatnya jumlah kejadian cuaca buruk dengan perubahan iklim.
“Saya rasa tidak ada lagi yang bisa menyangkal dampak krisis iklim,” ungkap Biden bulan lalu saat memberikan sambutan di Gedung Putih setelah Badai Idalia melanda.
“Lihat saja – banjir bersejarah, kekeringan yang lebih parah, panas ekstrem, kebakaran hutan yang parah telah menyebabkan kerusakan besar yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” pungkasnya.
“Kami ingin permintaan bantuan bencana ini dipenuhi dan kami harus melakukannya pada bulan September – kami tidak bisa menunggu,” kata Biden kepada personel FEMA saat berkunjung ke kantor pusat badan tersebut di Washington, D.C. bulan lalu.