Dampak El Nino, Ribuan Warga di Gorontalo Krisis Air Bersih

El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) yang meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di daerah Gorontalo.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 13 Sep 2023, 14:00 WIB
Sari (60) menanam padi pada area persawahan kering di Desa Muara Bakti, Kampung Muara Sepak, Babelan, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (5/9/2023). (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Gorontalo - Dampak fenomena El Nino di Provinsi Gorontalo hingga kini masih berlangsung. Akibatnya, sejumlah wilayah di tanah Serambi Madinah terancam kemarau yang berkepanjangan, yang mengakibatkan kenaikan harga pangan hingga ancaman kekeringan.

El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di Gorontalo.

Hingga saat ini, sudah Empat kabupaten di Provinsi Gorontalo menetapkan status Siaga Darurat Kekeringan dan Kebakaran Hutan (Karhutla). Kabupaten dimaksud yakni Pohuwato, Boalemo, Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo.

Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo Budiyanto Sidiki melaporkan kondisi kekeringan di Gorontalo berdampak pada 9.828 warga. Warga tersebut tersebar di 14 kecamatan di lima kabupaten.

Untuk mengantisipasi dampak tersebut, pihaknya menyiagakan 13 tangki air bersih dengan kapasitas 19.000 liter. Tangki air itu tersebar di lima unit organisasi yakni BPBD, PMI, Dinas Sosial dan Balai Prasarana Permukiman Wilayah Provinsi Gorontalo.

“Sejauh ini upaya penanganan lintas sektor sudah menyalurkan 241.750 liter air bersih. Rinciannya di Kabupaten Boalemo 103.000 liter, Bone Bolango 60.750 liter dan Kabupaten Gorontalo 78.000 liter. Ini belum dihitung dengan kontribusi Pemda di masing masing kabupaten dan kota,” kata Budi.

Budi menilai, meski Gorontalo sudah diguyur hujan ringan dua hari terakhir, namun ancaman kekeringan masih mengintai. Selain kekurangan air, ancaman gagal panen dan kebakaran hutan menjadi perhatian.

Masalah pendistribusian air terkendala dengan peralatan yang minum dan debit air bersih yang kurang sehingga petugas harus mencari lokasi yang lebih jauh.

Selain itu, tidak adanya wadah penampungan air di perkampungan warga membuat mereka harus menampung air bersih di tempat seadanya. Air itu hanya ditampung di wadah kecil, seperti ember dan galon.

"Kami terus melayani warga yang kesulitan air bersih," imbuhnya.

Sementara itu, salah satu warga Kabupaten Bone Bolango yang terdampak kekeringan mengatakan bahwa, saat ini mereka kesulitan untuk memasak. Kalau untuk mandi, masih bisa mereka tolerir.

"Kami hanya butuh untuk memasak, kalau mandi mungkin masih bisa gunakan air yang ada," kata Wisna.

"Alhamdulillah, air yang didistribusikan oleh pemerintah Provinsi maupun Kabupaten di cukup-cukupkan saja. Kami terus berdoa agar hujan juga segera turun," tegasnya.

Simak juga video pilihan berikut:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya