Otoritas Kesehatan Australia Peringatkan Warganya Tak Dekat-Dekat Monyet di Bali

Australia mengeluarkan peringatan agar warganya berhati-hati dengan monyet liar di Bali dan destinasi wisata lainnya.

oleh Winda Syifa Sahira diperbarui 14 Sep 2023, 07:30 WIB
Manajer Operasional Objek Wisata Sangeh Monkey Forest, Made Mohon memberi makan kera dengan kacang sumbangan di Sangeh, Bali, pada 1 September 2021. Sepinya turis di Bali selama pandemi membuat kawanan monyet di Sangeh Monkey Forest kelaparan dan mulai mendatangi pemukiman. (AP/Firdia Lisnawati)

Liputan6.com, Jakarta - NSW Health, otoritas kesehatan negara bagian New South Wales Australia, mengeluarkan peringatan perjalanan bagi wisatawan Australia yang akan berkunjung ke Bali. Mereka diimbau untuk berhati-hati pada monyet liar yang berkeliaran di Bali, karena bisa digigit dan dicakar.

Peringatan dikeluarkan karena gigitan monyet liar bisa menyebabkan rabies yang mengancam keselamatan jiwa. Dilansir dari www.news.com.au, Selasa, 12 September 2023, imbauan itu disampaikan mengingat semakin banyak wisatawan Australia yang digigit atau dicakar saat berlibur ke Bali dan tempat wisata lainnya. 

Monkey Forest Ubud adalah salah satu lokasi wisata paling populer di Bali. Banyak wisatawan asal Australia berbondong-bondong ke sana untuk melihat monyet bermain di habitat aslinya.

Namun, kebanyakan dari wisatawan tersebut berfoto dari jarak dekat dengan monyet tersebut sebelum membagikan hasilnya ke media sosial. Padahal walaupun terlihat lucu, monyet tersebut tetaplah hewan liar yang berbahaya.

Karena itu, berada terlalu dekat dengan hewan liar bukanlah ide yang baik. Direktur Cabang NSW Health One Health, Keira Glasgow, memperingatkan, "Saat bepergian, sangat penting untuk menghindari kontak fisik dengan hewan apapun." Ia juga menyarankan masyarakat untuk menghindari interaksi dengan hewan liar melalui makanan atau permainan.

Sepanjang 2023, sekitar 145 wisatawan Australia yang berdomisili di New South Wales memerlukan perawatan karena gigitan dan cakaran hewan, menurut NSW Health. Mayoritas dari mereka sebelumnya mengunjungi destinasi wisata seperti Monkey Forest Ubud dan destinasi serupa lainnya di Asia Tenggara. Kebanyakan gigitan tersebut terjadi di Bali dan tempat wisata lainnya di Asia Tenggara.


Lakukan Pertolongan Pertama

Monkey Forest Ubud (sumber: pesona.travel)

Glasgow memperingatkan para wisatawan yang terkena cakaran atau gigitan binatang liar untuk segera melakukan pertolongan pertama, seperti mencuci luka dengan sabun dan mendiamkannya selama 15 menit. Setelah itu, mereka diminta segera mencari pertolongan medis, baik suntik rabies, tetanus, dan penyakit infeksi lainnya.

"Jika tergigit atau tercakar, selalu gunakan pertolongan pertama yang tepat. Anda harus mencuci luka secara menyeluruh dengan banyak sabun dan air selama minimal 15 menit dan menggunakan larutan antiseptik yang memiliki sifat antivirus, seperti povidone-iodine, untuk membantu mencegah infeksi. Anda juga harus segera mencari nasihat medis mengenai pencegahan rabies, tetanus, dan infeksi virus dan bakteri lainnya," terang Glasgow.

Dia juga menyarankan para wisatawan yang merasa tidak enak badan setelah bepergian untuk menghubungi dokter, atau pelayanan kesehatan darurat. "Jika Anda masih merasa tidak enak badan setelah pulang dari bepergian, meskipun Anda telah menjalani perawatan medis, segera hubungi dokter Anda atau hubungi triple-0 jika keadaan darurat."

Pada 2019, seorang wanita asal Melbourne, Australia, dikenai tagihan medis sebesar 8000 dolar AS atau sekitar Rp122,8 juta. Dia juga mengalami trauma ketika seekor monyet menggigitnya saat terjadi serangan di Monkey Forest.


Etika Menghadapi Sesaji di Bali

Monyet ekor panjang tidur di Sacred Monkey Forest atau yang lebih dikenal dengan Monkey Forest di Ubud, Bali pada 16 November 2018. Keunikan hutan ini adalah terdapatnya ratusan Kera Bali ekor panjang yang bebas berkeliaran di alam. (GABRIEL BOUYS/AFP)

Beberapa waktu lalu, media Australia juga sempat mengimbau wisatawannya soal etika saat melihat sesaji di Bali.  Seorang turis asal Australia mengaku bingung dengan sesaji yang tersebar di berbagai tempat di Bali saat berwisata ke sana.

Dilansir dari laman news.com.au, Selasa, 22 Agustus 2023, ia mempertanyakan di media sosial mengapa terus melihat begitu banyak keranjang kecil yang tergeletak di tanah saat mengunjungi Pulau Dewata. Kisahnya diangkat untuk dijadikan bahan edukasi bagi warga Australia lainnya yang hendak berlibur ke Bali.

Keranjang tersebut berisikan dupa dan benda-benda lainnya seperti buah-buahan dan bunga, bahkan uang atau rokok. Keranjang tersebut adalah sesaji umat Hindu Bali untuk para Dewa, dan merupakan bagian penting bagi budaya setempat.

Menurut laman panduan wisata lokal, Bali.com, tradisi tersebut berasal dari sebuah ayat dalam kitab suci Hindu, Bhagavad Gita, sering disebut sebagai Gita. Ayat tersebut berbunyi, "Barangsiapa mempersembahkan kepadaku dengan pengabdian sehelai daun, bunga, buah, atau air, persembahan itu cinta, dari hati yang murni saya terima (ix: 26)."


Pengetahuan Baru bagi Turis

Umat Hindu membawa sesajen untuk persembahyangan di Pura Desa Gede, Peliatan, Ubud, Bali. (Antara/Nyoman Budhiana)

Tujuan dari sesaji itu adalah untuk menyenangkan hati para Dewa dan Dewi, sehingga mereka mengabulkan segala keinginannya. Persembahan tersebut ditujukan bukan hanya untuk Dewa dengan kekuatan positif, tetapi juga untuk roh negatif, agar menjaga keseimbangan dan keharmonisan dalam hidup mereka.

Persembahan yang pertama akan disajikan di tempat yang lebih tinggi, sedangkan yang terakhir akan diletakkan di atas tanah. Dalam laman resmi panduan wisata Bali.com, juga terdapat himbauan bagi para wisatawan untuk tidak melangkahi atau menginjak sesaji yang berada di tanah selama dupa masih menyala.

Unggahan si turis itu ditanggapi wisatawan lain yang memiliki pengalaman serupa. Pada unggahannya di grup Facebook Bali, ia mengaku awalnya tidak mengetahui apa isi keranjang tersebut, sampai akhirnya meminta seorang sopir yang mengantarnya untuk menjelaskan fungsi dari persembahan tersebut.

Orang yang Terkena Rabies Bisa Meninggal?(Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya