Liputan6.com, Surabaya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kantor Wilayah Jawa Timur membidik penerimaan dari bea keluar sebesar Rp 246,7 miliar. Target ini diperkirakan tidak tercapai akibat melemahnya harga jual minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO).
Kepala Kanwil DJBC Jatim I, Untung Basuki mengungkap salah satu pos penerimaan bea keluar bersumber dari komoditas CPO. Dia membidik penerimaan dari CPO tadi tidak terlalu signifikan.
Advertisement
Dia mengatakan, Jawa Timur menjadi salah satu provinsi penyumbang bea keluar dari komoditas CPO. Meski, porsinya tidak sebesar seperti Sumatera maupun Sulawesi.
"Mengenai bea keluar, ada bbrp produk olahan dari CPO tetapi memang relatif tidak sebesar di Sumatera maupun Sulawesi," kata dia dalam Press Tour, di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (12/9/2023).
Harga Jual Turun
Selain porsi sumbangan tadi, Untung menilai ada faktor lain yang membuat penerimaan bea keluar dari CPO tak akan maksimal. Utamanya karena sempat anjloknya harga jual CPO.
"Tetapi juga karena harga referensi CPO dan turunannya yang relatif sekarang masih rendah," ujar dia.
Atas faktor itu, Untung membidik penerimaan dari bea keluar tidak bisa mencapai target yang disebut di awal.
"Maka penerimaan bea keluar kita mengalami kontraksi yang artinya kalo dengan harga skala yang seperti ini, kemungkinan besar bea keluar tidak akan tercapai 100 persen," bebernya.
Bidik Penerimaan Rp 149 Triliun di 2023
Direktorat Jenderal Bead dan Cukai Kantor Wilayah Jawa Timur membidik penerimaan sebesar Rp 149,89 triliun di 2023 ini. Penopangnya didapat dari cukai hasil tembakau (CHT) yang menjadi komoditas andalan di Jawa Timur.
Kepala Kanwil DJBC Jatim I, Untung Basuki menerangkan, angka yang dibidik ini meningkat lebih dari Rp 10 triliun dibanding penerimaan di 2022 lalu. Target penerimaan ini merupakan akumulasi dari Kanwil DJBC Jatim I dan Kanwil DJBC Jatim II.
"Persentase utk jawa timur targetnya sangat tinggi. Rp149,89 triliun itu harus dihasilkan di tahun 2023. Di tahun 2022 itu angkanya hanya Rp 138,06 triliun. artinya ada kenaikan yang sangat besar dibandingkan tahun 2022," ujarnya dalam Press Tour, di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (12/9/2023).
Dia menerangkan, penerimaan bea dan cukai itu ditopang paling besar dari sektor cukai. Angkanya diperkirakan bisa mencapai Rp 143,76 triliun. Serta, penerimaan lainnya dari bea masuk dan bea keluar.
Advertisement
Cukai Hasil Tembakau
Pada jenis cukai, Untung mengatakan paling besar didapat dari cukai hasil tembakau (CHT). Mengingat tembakau merupakan komoditas andalan dari Jawa Timur.
"Cukai ini berapa besarannya? cukai hasil tembakau adalah Rp 139,83 triliun. Sedangkan untuk ethiol alkohol ini hanya Rp 62,78 miliar. kemudian MMEA ini adalah Rp 1,36 Triliun," ungkapnya.
"Kemudian karena secara ketentuan kita masih dibebankan yaitu produk plastik dan mbdk yang memang sampai saat ini belum dilakukan pemungutan, untuk produk plastiknya itu adalah Rp 604 miliar, sedangkan MBDK, minuman berbahan manis dan dalam kemasan adalah Rp 1,899 triliun," sambung Untung.
Masih Didominasi Cukai
Lebih lanjut, Untung mengatakan tetap membidik penerimaan dari bea masuk dan bea keluar. Hanya saja besarannya tidak melebihi target penerimaan dari cukai.
"Artinya memang provinsi Jatim ini dominasi penerimaannya adalah dari sisi cukai. Sedangkan untuk bea masuk di target 2023 itu ada Rp 5,89 triliun, sedangkan bea keluar adalah Rp 246,7 miliar," kata dia.
Dia berharap target yang dipatok ini bisa dirralisasikan di penghujung 2023 ini. Dengan demikian, bisa memberikan kontribusi cukup besar kepada kas negara.
"Jadi memang Provinsi Jatim ini punya beban sangat besar khususnya terkait dengan penerimaan dari sektor barang kena cukai berupa hasil tembakau. Ini penerimaan yang tentu penting bagi apbn yang sehat, adalah harapan kita target ini bisa akan kita penuhi seccara optimal," pungkas Untung Basuki.
Advertisement