Liputan6.com, Jakarta Sebagian besar orang di masa endemi ini mungkin mengira ‘sudah tidak ada lagi individu yang terkena COVID-19 atau paling kalau terinfeksi, gejalanya ringan.’ Ternyata masih ada kelompok masyarakat tertentu yang tetap membutuhkan rawat inap di rumah sakit bila positif COVID.
Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi konsultan Erlina Burhan menyampaikan, pasien positif COVID tetap ada sampai sekarang. Akan tetapi, rata-rata kasus pasien positif COVID jumlahnya cukup rendah.
Advertisement
“Walaupun kita endemi, bukan berarti tidak penyakitnya. Masih ada tapi sangat rendah dan terkontrol,” ujar Erlina dalam webinar bertajuk, Sadari, Siaga, Solusi Terhadap Mutasi Virus pada Masa Endemi COVID-19, ditulis Selasa (12/9/2023).
“Kondisi saat ini cukup terkontrol, kira-kira 11 orang per 10 juta penduduk yang terkonfirmasi positif COVID dan tambahan per hari kira-kira 40 sampai beberapa puluh gitu.”
Masih Ada yang Rawat Inap
Selanjutnya, Erlina menekankan, 3 dari 100 pasien yang terkonfirmasi positif COVID membutuhkan rawat inap. Ini karena kondisi pasien tersebut membutuhkan perawatan lebih intensif di rumah sakit.
“Kalau dilihat angkanya ya sebetulnya sedikit masih ada yang perlu rawat inap," tegasnya.
"Memang dikatakan di era Omicron saat ini biasanya gejala itu ringan-ringan saja. Tapi ingat, ada kondisi-kondisi tertentu yang membuat justru beberapa kelompok harus dirawat."
Lansia dan Pasien Komorbid
Berdasarkan pengalaman Erlina Burhan berpraktik di RSUP Persahabatan Jakarta, beberapa pasien positif COVID ada yang rawat inap. Kelompok pasien yang rawat inap adalah lansia dan pasien yang punya penyakit penyerta atau komorbid.
“Saat ini terkontrol yang terkonfirmasi positif. Masih ada kelompok di rumah sakit yang terkonfirmasi positif, di antaranya, lansia karena sistem pertahanan turun lantaran usia,” ungkapnya.
“Dan satu lagi itu kelompok orang komorbid, ya bisa dia punya diabetes, hipertensi, kardiovaskular, stroke, dan penyakit paru. Misalnya, tuberkulosis (TB), asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).”
Tetap Jalankan Protokol Kesehatan
Masih adanya pasien terkonfirmasi positif COVID, Erlina berpesan masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan.
“Endemi ini contohnya juga kan TB, influenza yang ada juga sampai dirawat. Jadi kita tetap menjalankan protokol kesehatan, yang belum booster lengkap yuk booster,” pesannya.
“Intinya, kita tetap waspada terhadap kelompok tertentu yang tertular.”
Advertisement
Jaga Jarak bagi Orang yang Tak Sehat
Senada dengan Erlina Burhan, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Wiku Adisasmito menuturkan, masyarakat perlu melakukan pencegahan dari risiko terpapar COVID.
“Pertama, kita tetap melakukan vaksinasi sampai booster kedua, terutama masyarakat rentan seperti lansia, dan komorbid. Kedua, kita tetap menjaga kebersihan dan ini dianjurkan membawa hand sanitizer,” tuturnya.
“Atau cuci tangan menggunakan sabun supaya terhindar dari virus. Ketiga, dianjurkan menjaga jarak bagi orang yang dalam keadaan tidak sehat dan berisiko tertular atau menularkan COVID. Jadi kita harus saling menjaga.”
“Harus Tahu Kondisi Masing-masing”
Pada prinsipnya, lanjut Wiku, semua orang harus tahu kondisi diri masing-masing. Misalnya, ketika mengalami gejala seperti COVID dapat melakukan tes COVID.
“Tentunya, menjaga kesehatan, mungkin secara rutin mengecek apabila mulai ada gejala untuk melakukan pemeriksaan dan apabila ternyata positif COVID, maka sebaiknya istirahat dulu supaya cepat pulih dan juga tidak menularkna ke orang lain,” katanya.
Lindungi Populasi Berisiko Tertular COVID
Indonesia terus berupaya melakukan upaya pemulihan pasca pandemi COVID-19. Upaya pemulihan di bidang kesehatan, utamanya melindungi populasi yang berisiko tertular COVID.
“Kita perlu melindungi populasi berisiko dengan cara lebih optimal seperti lansia, komorbid, anak-anak dengan menggencarkan vaksinasi sesuai prioritas kelompok rentan dan menyusun strategi testing yang lebih spesifik,” Wiku Adisasmito menerangkan.
Tingkatkan Inovasi Teknologi Kesehatan
Kemudian, Indonesia perlu mempertahankan resiliensi dengan konsisten melakukan pengawasan dan menyusun strategi testing serta vaksinasi jika keadaan darurat (outbreak) kembali terjadi.
“Lalu, kita perlu meningkatkan inovasi. Pembelajaran pandemi juga mengelola teknologi kesehatan dengan semakin banyak atau massif,” ucap Wiku yang pernah menjadi Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19.
“Terakhir, kita tetap berupaya mendeteksi dan melakukan pencegahan serta pengobatan penyakit menular lainnya.”
Advertisement