Hilirisasi Industri Nikel: MIND ID Wujudkan Indonesia Menuju Kemandirian Produsen Baterai

Baterai adalah komponen kunci dalam kendaraan listrik. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan terhadap kendaraan listrik telah meningkat secara signifikan di seluruh dunia, mendorong pertumbuhan pesat dalam industri baterai.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 16 Sep 2023, 05:47 WIB
Booth MIND ID dalam kegiatan ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) 2023 di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (5/9/2023). (Liputan6.com/MIND ID)

Liputan6.com, Jakarta - Transisi energi telah menjadi salah satu agenda utama dalam upaya mencapai masa depan yang lebih berkelanjutan. Salah satu pilar utama dalam transformasi ini adalah industri baterai kendaraan listrik, yang menjadi jantung dari revolusi transportasi berkelanjutan.

Di Indonesia, Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah mengambil langkah progresif untuk mendorong hilirisasi industri ini, terutama dalam pengolahan nikel, bahan baku penting dalam produksi baterai. 

Baterai adalah komponen kunci dalam kendaraan listrik. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan terhadap kendaraan listrik telah meningkat secara signifikan di seluruh dunia, mendorong pertumbuhan pesat dalam industri baterai. Hal ini sejalan dengan visi global untuk mengurangi emisi karbon dan menciptakan masa depan yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

Indonesia memiliki keuntungan alam yang luar biasa dalam bentuk cadangan nikel yang melimpah. Nikel adalah bahan penting dalam produksi baterai, terutama dalam jenis baterai lithium-ion yang digunakan dalam kendaraan listrik.

Kehadiran cadangan nikel yang besar di Indonesia telah membuat negara ini menjadi pemain utama dalam pasokan bahan baku baterai. Sebagai negara dengan penduduk sekitar 275 juta jiwa, negeri ini menjadi salah satu produsen terbesar nikel dunia dengan cadangan mencapai 26 persen dari cadangan nikel global berasal dari Tanah Air.  

Nikel merupakan salah satu komponen utama dalam industri baterai dan stainless steel. Wajar jika nikel memainkan peranan penting dalam narasi transisi energi yang tengah dikebut pemerintah Indonesia.

Adapun proses bijih nikel menjadi FeNi atau konsentrat, lalu diolah menjadi Ni-sulfat dan Co-sulfat. Setelah itu diproses lagi menjadi prekursor yang menjadi bahan dasar material baterai.

Berdasarkan laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki cadangan nikel sebanyak 72 juta ton nikel (Ni). Hal itu menjadikan Indonesia memiliki cadangan nikel sebanyak 52 persen dari total cadangan nikel global mencapai 139.419.000 ton Ni. 

Data Kementerian ESDM pada 2020 juga mengungkapkan sumber daya bijih nikel Indonesia mencapai 8,26 miliar ton dengan kadar 1 persen sampai 2,5 persen. Rinciannya, kadar nikel kurang dari 1,7 persen sebanyak 4,33 miliar ton, dan kadar lebih dari 1,7 persen sebesar 3,93 miliar ton. 

Untuk cadangan bijih nikel yang dimiliki Indonesia mencapai 3,65 miliar ton dengan kadar 1 persen hingga 2,5 persen. Rinciannya, cadangan bijih nikel berkadar kurang dari 1,7 persen sebanyak 1,89 miliar ton dan bijih nikel berkadar di atas 1,7 persen sebesar 1,76 miliar ton. 

Meminjam data US Geological Survey (USGS) pada 2021, Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara dengan produksi nikel terbesar di dunia. USGS memprediksi produksi nikel Indonesia akan terus meningkat dengan kontribusi terbanyak dari proyek nikel pig iron dan baja tahan karat terintegrasi. 

Melansir Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), hampir 70 persen produk turunan nikel dunia digunakan sebagai bahan baku stainless steel, 11 persen untuk baterai, 7 persen untuk berbagai paduan logam, dan sisanya dijadikan bahan baku industri mulai dari lapisan anti korosi, magnet, katalis, pigmen, dan berbagai aplikasi lainnya.


Potensi Nikel dan Tantangannya

Industri nikel digadang-gadang bakal menjadi primadona di masa depan. Apalagi Indonesia merupakan negara penghasil nikel terbesar di dunia.

Nikel memiliki potensi besar dalam hilirisasi industri di Indonesia. Hilirisasi industri baterai kendaraan listrik adalah langkah strategis yang bertujuan untuk mengembangkan produksi baterai secara lokal.

Ini termasuk tahap pengolahan nikel hingga pembuatan sel baterai yang canggih. Langkah ini memiliki dampak positif yang signifikan, termasuk pengurangan ketergantungan pada impor, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan ekonomi.

Salah satu aspek penting dari hilirisasi ini adalah pengembangan kapasitas produksi baterai yang lebih besar. Dengan meningkatnya kapasitas produksi, Indonesia dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri untuk baterai kendaraan listrik dan bahkan mengekspornya ke pasar internasional. Ini akan mengurangi defisit neraca perdagangan dan memperkuat posisi ekonomi Indonesia di pasar global.

Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi telah berkomitmen untuk mendorong hilirisasi ini. Hal ini tercermin dalam berbagai kebijakan dan insentif yang telah diberikan kepada perusahaan dalam industri baterai. Kemudahan berbisnis, dukungan pajak, dan fasilitas infrastruktur adalah beberapa langkah yang telah diambil untuk mendorong investasi dalam produksi baterai.

Namun, tantangan tetap ada dalam perjalanan menuju hilirisasi industri baterai kendaraan listrik. Pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan selama proses pengolahan nikel menjadi perhatian utama. Diperlukan upaya serius untuk memastikan bahwa produksi baterai dilakukan dengan memperhatikan dampak lingkungan yang minimal.

Selain itu, peningkatan kualitas tenaga kerja dan investasi dalam riset dan pengembangan juga merupakan faktor kunci dalam keberhasilan hilirisasi ini. Kemampuan untuk menghasilkan baterai yang lebih efisien dan inovatif akan menjadi kunci dalam bersaing di pasar global.


Peran MIND ID

Peluncuran Battery Asset Management Services Indonesia Battery Corporation, Jumat (1/9/2023). (Liputan6.com/ist)

BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID berperan penting dalam memacu pertumbuhan hilirisasi industri di Indonesia. Beranggotakan PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Freeport Indonesia, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), dan PT Timah Tbk (TINS), MIND ID tengah serius menjalankan mandat hilirisasi yang diberikan pemerintah. 

Setiap Anggota Grup MIND ID kini menjalankan berbagai proyek hilirisasi, salah satunya di sektor pemanfaatan komoditas nikel. Melalui Anggota Grup MIND ID, PT ANTAM, sejumlah proyek hilirisasi sedang dan sebagian sudah beroperasi. 

Di antaranya, pembangunan pabrik peleburan atau smelter feronikel di Kolaka Sulawesi Tenggara. ANTAM pun membangun smelter feronikel di Halmahera Timur, Maluku Utara. Kapasitas total produksi feronikel kedua pabrik peleburan tersebut mencapai 40.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun. 

"Sebagai Holding BUMN Industri Pertambangan, MIND ID terus berkomitmen untuk menggarap proyek hilirisasi. Kami siap mensinergikan dari mulai bisnis hulu melalui beberapa Unit Bisnis Pertambangan (UBP) nikel, hingga hilirisasi industri melalui pengolahannya di pabrik smelter," kata Sekretaris Perusahaan BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID, Heri Yusuf, dikutip dari siaran persnya. 

Aktivitas pertambangan nikel Anggota Grup MIND ID, PT ANTAM dilakukan melalui UBP yang tersebar di beberapa daerah, seperti UBP Nikel Sulawesi Tenggara yang melakukan aktivitas pertambangan nikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Ada pula tambang nikel di Pakal, Maluku Utara dikelola UBP Nikel Maluku Utara, serta tambang nikel di Pulau Gag, Papua Barat yang dioperasikan cucu perusahaan MIND ID, PT Gag Nikel. 

Dalam aktivitas penambangan nikel, perusahaan melakukan prosedur berkelanjutan seperti melalui selective mining dengan metode penambangan terbuka yang menghasilkan bijih nikel kadar tinggi dan rendah. Disebut berkelanjutan karena aktivitas penambangan nikel benar-benar memperhatikan keseimbangan aspek ekonomi, lingkungan, sosial, serta adanya integrasi aspek konservasi dan keselamatan pertambangan nikel yang dilakukan. 

Selain itu, MIND ID melalui ANTAM melakukan kolaborasi bersama PLN dan Pertamina dalam membentuk PT Indonesia Baterai Indonesia (IBC). Kemudian IBC bersama Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co., Ltd., (CBL) telah menandatangani framework agreement mencakup kegiatan pertambangan bijih nikel hingga industri daur ulang baterai pada 14 April 2022 silam. 

Kehadiran IBC tersebut menjadi salah satu upaya MIND ID dalam menyokong perkembangan industri kendaraan listrik baik di tataran lokal maupun global. Heri mengatakan percepatan industri kendaraan listrik sejalan dengan The Sustainability Pathway (ESG) yang diusung MIND ID. 

"Hal ini sejalan pula dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) khususnya pada pilar penanganan perubahan iklim melalui dukungan terhadap ekosistem dan kebutuhan EV (kendaraan listrik) di Indonesia bahkan global. MIND ID terus memberikan nilai lebih untuk Indonesia," katanya.


Menyongsong Indonesia Jadi Raja Baterai Kelas Dunia

BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID. (Liputan6.com/istimewa)

Pada ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) 2023 di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (5/9/2023) lalu, Presiden Joko Widodo mengunjungi booth MIND ID. Booth yang dikunjungi yaitu proyek Battery Asset Management Service (BAMS) yang digagas oleh perusahaan ekosistem baterai dan electric vehicle (EV) terintegrasi Indonesia Battery Corporation (IBC), di mana MIND ID menjadi salah satu pemegang sahamnya.

Direktur Utama PT IBC Toto Nugroho secara singkat menjelaskan proses pengembangan BAMS yang digagas oleh IBC. Booth MIND ID hadir memberikan gambaran kepada peserta AIPF 2023 terkait sebuah platform ekosistem motor listrik meliputi penyediaan baterai dan aplikasi yang dapat digunakan berbagai merek sepeda motor listrik termasuk motor listrik konversi.

Toto menjelaskan kepada Presiden Jokowi dan para pemimpin di kawasan ASEAN bahwa mimpi Indonesia punya program hilirisasi yang dijalankan MIND ID secara grup melalui IBC. Karena itu, dalam booth MIND ID ditampilkan limonite dan saprolite serta battery cell dan battery pack.

Seluruh pengunjung yang datang termasuk para delegasi dari berbagai negara pun bisa melihat bahwa Indonesia sudah siap untuk menjadi pemain baterai kelas dunia. Tak pelak, Presiden Jokowi pun bertanya kepada IBC terkait progres proyek BAMS tersebut.

“Beliau menekankan pentingnya hilirisasi karena kita salah satu hal yang utama adalah bagaimana menghilirisasi nikel Indonesia menjadi baterai EV. Selain itu, beliau juga menanyakan kita siapnya kapan,” ungkap Toto.

Toto menjelaskan, IBC bekerja sama dengan dua perusahaan global yang berpengalaman di industri baterai, yakni Contemporary Ampere Technology Co. Limited (CATL) dan LG Energy Solutions (LGES). Dalam hal ini, IBC terlibat dalam pembuatan baterai kendaraan listrik dari mulai pertambangan, pengolahan di smelter, produksi sel baterai, hingga proses daur ulang baterai tersebut.

"Proyek baterai berbasis nikel ini akan selesai pada 2026," ujarnya.

Untuk diketahui, kehadiran BAMS menjadi salah satu upaya mendukung kebijakan pemerintah dalam mencapai nol emisi karbon alias Net Zero Emission (NZE) pada 2060 melalui elektrifikasi kendaraan bermotor. MIND ID mendukung dengan hadirnya IBC melalui saham PT Aneka Tambang, Tbk. dan PT Indonesia Asahan Aluminium, Tbk. Kehadiran IBC sendiri diharapkan bisa mempercepat pengolahan dari nikel prekursor sampai ke battery pack.

"Sehingga rantai bisnis dari nikel atau limonite dan saprolite bisa sampai battery cell seluruhnya di Indonesia. Harapannya, dengan hadirnya MIND ID sebagai holding bisa mengorkestrasikan komoditi-komoditi dari beberapa anggota yang mendukung percepatan ekosistem electric vehicle di Indonesia," ujar Toto.

Toto mengatakan, ANTAM selaku Anggota Grup MIND ID, berperan sebagai pemain hulu memegang peranan penting dalam menambang nikel. Sedangkan, Anggota Grup MIND ID lainnya, yakni Inalum memiliki peranan penting sebagai satu-satunya produsen aluminium di Indonesia.

Untuk membuat electric vehicle, lanjut Toto, tantangan besarnya adalah harus menyediakan alat transportasi yang ringan. Sehingga kebutuhan aluminium semakin meningkat. Adapun kebutuhannya saat ini mencapai 1 juta ton. Sedangkan, saat ini Inalum baru berproduksi sekitar 250-300 ribu ton.

“Ada proyek dari Inalum yang namanya greenfield yaitu peningkatan double capacity. Harapannya, Inalum sebagai pemain utama aluminium di Indonesia bisa memenuhi kebutuhan pasar domestik," ucap Toto.

Direktur Keuangan MIND ID Akhmad Fazri menjelaskan, kehadiran proyek BAMS yang digagas IBC bisa membawa Indonesia menjadi raja baterai. Sebab, komoditi bahan utama pembuatan baterai sangat melimpah di Indonesia.

"Bahan utamanya adalah limonite dan saprolite. Keduanya merupakan bahan mentah yang saat ini. Dengan adanya perintah dari Pak Jokowi yang melarang ekspor barang mentah, Indonesia diharapkan dapat memberikan nilai tambah dari komoditi mentah ini," ujarnya.

Fazri menjelaskan, hadirnya MIND ID sebagai Holding Industri Pertambangan mendorong seluruh anggotanya untuk melaksanakan hilirisasi dengan cara mempercepat proses pembangunan smelter yang ada di Indonesia. Sehingga, limonite dan saprolite tersebut bisa diolah hingga menjadi nikel prekursor atau barang setengah jadi.

"MIND ID juga mendukung dengan hadirnya IBC melalui saham ANTAM dan Inalum, sehingga IBC ini bisa mengolah dari nikel prekursor sampai ke battery pack. Akhirnya, rantai bisnis dari nikel atau limonite dan saprolite bisa sampai battery cell seluruhnya di Indonesia," tuturnya.

Fazri mengharapkan hadirnya MIND ID sebagai holding bisa mengorkestrasikan komoditi-komoditi dari beberapa anggota yang mendukung percepatan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Adapun saat ini IBC tengah menjajaki EV battery untuk sepeda motor dengan cara swapping.

“IBC membuat sebuah teknologi yang menggabungkan antara battery pack dengan IoT sehingga sistem penggantian baterai itu tinggal ke SPKLU, mengganti baterai yang ada di motor dengan baterai yang ada di SPKLU," ujarnya.


Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Ilustrasi BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID. (dok MIND ID)

Komitmen pemerintah untuk melakukan hilirisasi bahan tambang bukanlah isapan jempol belaka. Secara bertahap, pemerintah terus melakukan penghentian ekspor bahan tambang mentah dimulai dari nikel, bauksit, timah, hingga alumina.

Pada awal 2020, Presiden Jokowi mengambil langkah berani dengan melarang ekspor bijih nikel. Keputusan ini menjadi tonggak penting dalam upaya mendukung hilirisasi industri baterai kendaraan listrik di Indonesia. Tak hanya sekadar langkah kebijakan, ini adalah investasi dalam masa depan yang lebih berkelanjutan.

Langkah tersebut segera membuahkan hasil. Dalam catatan pemerintah, terlihat peningkatan yang signifikan dalam realisasi investasi di sektor industri logam dasar. Pada 2019, investasi dalam sektor ini hanya mencapai Rp61,6 triliun. Namun, setelah pemerintah mengambil tindakan tegas untuk mendorong hilirisasi, investasi melonjak pesat menjadi Rp171,2 triliun pada 2022.

Keberhasilan ini adalah bukti bahwa langkah hilirisasi adalah investasi cerdas bagi Indonesia. Dengan menghentikan ekspor bijih nikel, Indonesia mendorong perusahaan-perusahaan untuk berinvestasi dalam pengolahan bijih nikel secara lokal.

Namun, larangan ekspor nikel mentah tentu sangat berpotensi mengganggu pasokan nikel global yang memicu konflik dagang. Hingga akhirnya Uni Eropa melalui World Trade Organization (WTO) tengah menggugat Indonesia terkait kebijakan larangan ekspor nikel mentah.

Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi pada 30 November 2022, menegaskan bahwa Indonesia memiliki hak untuk menjadi negara maju. “Negara kita ingin menjadi negara maju. Kita ingin membuka lapangan kerja. Kalau kita digugat saja kita takut, mundur, enggak jadi, ya enggak akan kita menjadi negara maju. Terus, saya sampaikan kepada Menteri, ‘Terus, tidak boleh berhenti. Tidak hanya berhenti di nikel, tapi terus yang lain’,” ujar Jokowi.

Demikian juga dengan MIND ID sebagai Holding BUMN Industri Pertambangan yang terus berkomitmen untuk terus mendorong nilai tambah dari setiap produk pertambangan yang dihasilkan. Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso mengatakan, MIND ID memiliki tiga mandat dari pemerintah, yaitu mengelola cadangan dan sumber daya strategis, hilirisasi dan memiliki kepemimpinan pasar yang diwujudkan melalui optimalisasi komoditas mineral dan ekspansi bisnis.

"Kami telah mendirikan Indonesia Battery Corporation (IBC), yang berfokus pada pengembangan Ekosistem EV end-to-end mulai dari eksplorasi dan pengolahan nikel sebagai komponen baterai listrik hingga produksi EV dan daur ulang baterai. Selain itu, kami ingin menarik mitra strategis untuk berkolaborasi dan menciptakan nilai lebih bagi industri ini,” ujar Hendi.

Komitmen ini secara serentak disepakati menjadi salah satu dari tiga tujuan agenda prioritas Presidensi G20 di Indonesia pada tahun lalu, yaitu Sistem Kesehatan Dunia; Transformasi Ekonomi Digital; Transisi Energi.

“Mempercepat kehadiran industri Kendaraan Listrik di Indonesia sejalan sustainability pathway MIND ID dan juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) terutama pada pilar penanganan perubahan iklim,” ujar Hendi.

Mendukung upaya pemerintah melalui hilirisasi dan pelarangan ekspor bahan mentah oleh Presiden Jokowi, Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan program tersebut memberikan nilai tambah bagi produk nikel. “Program hilirisasi memberikan dampak yang besar bagi pertumbuhan ekonomi bukan hanya perekonomian nasional tetapi juga ekonomi lokal,” ujarnya.

Menurut Mamit, dengan adanya program hilirisasi, meskipun hanya barang seperempat jadi tetapi memberikan dampak yang cukup signifikan bagi penerimaan negara. Dia menilai program hilirisasi ini membuat perekonomian daerah tumbuh. Perekonomian nasional juga mengalami peningkatan, PNBP meningkat, dan pajak juga mengalami peningkatan.

Mamit mengatakan, hilirisasi ini perlu pengembangan tidak sebatas pembangunan smelter saja atau mengolah barang setengah jadi melainkan bisa sepenuhnya diolah sendiri di dalam negeri hingga menjadi barang jadi. “Jadi, saya kira ini merupakan langkah positif terkait dengan hilirisasi,” ucapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya