Liputan6.com, Banyuwangi - Kasus kebakaran lahan di Banyuwangi meningkat selama musim kemarau. Data Dinas Pemadam Kebakaran Dan Penyelamatan Banyuwangi, terhitung selama September sudah ada sembilan kejadian kebakaran lahan.
Advertisement
Dengan rincian enam kasus kebakaran lahan rumput dan tebu, dua kebakaran yang melahap rumah dan toko dan satu kebakaran yang menghanguskan 3 perahu milik nelayan.
“Di pertengahan September ini kami mendapat laporan dan melaksanakan penanganan kebakaran sebanyak 9 kali kejadian kebakaran,” ucap Kepala Seksi (Kasi) Penyelamatan Dan Evakuasi Dinas Damkar Dan Penyelamatan Banyuwangi Salam Bikwanto, Rabu (13/9/2023).
Salam mengatakan, dari laporan- kasus kebakaran yang terjadi, mayoritas adalah kejadian kebakaran lahan. Ada pun pemicunya, rata-rata diduga disebabkan oleh faktor manusia. Seperti membuang putung rokok dan membakar sampah yang kemudian tidak diawasi.
“Saat ini musim kemarau panas dan kering, terlebih banyak lahan dengan rumput atau tanaman yang kering, sangat mudah memicu kebakaran,” katanya.
Ditambah sekarang angin yang cukup kencang menjadi kendala dalam memadamkan api, dan angin juga mempercepat api menyebar.
Bikwanto mewanti-wanti warga Banyuwangi untuk lebih waspada lagi, terutama pada saat musim yang sedang terjadi saat ini yaitu kemarau panjang.
Yang pertama adalah masyarakat diimbau untuk memperhatikan saat akan membuang putung rokok, pastikan rokok benar-benar mati, akan lebih bijak bila putung dibuang ke tempat sampah dan tidak dilemparkan ke lahan rumput kering yang mudah terbakar.
Warga juga diminta tidak membakar sampah saat cuaca kemarau yang kering tanpa pengawasan. Terlebih untuk saat ini angin dan terik matahari yang panas berpotensi tinggi memicu percepatan kebakaran.
September Puncak Musim Kemarau
“Selama manusia tidak membuat sumber panas penyebab kebakaran, masyarakat bisa meminimalisir terjadinya kebakaran,” tandas, Salam.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas III Banyuwangi, Agung Dwi Nugroho, menyebut jika September adalah puncak musim kemarau ditambah adanya fenomena El Nino membuat potensi kebakaran menjadi lebih besar.
Untuk itu, masyarakat putune Minak Jinggo diimbau untuk lebih berhati-hati dan peduli terhadap sekitar dalam melakukan aktivitas yang dapat menimbulkan api atau kebakaran.
“Karena ini masih puncak kemarau yang kering dan banyak vegetasi yang kering juga, masyarakat bisa lebih Care terhadap potensi yang bisa menimbulkan kebakaran,” pungkas, Agung.
Advertisement