Liputan6.com, Jakarta - Sebuah investigasi dilakukan NASA terhadap hasil foto jepretan teleskop antariksa James Webb. Dari investigasi itu, ditemukanlah sebuah exoplanet yang disebut exoplanet K2-18 b.
Adapun exoplanet ini memiliki ukuran 8,6 kali lebih besar ketimbang Bumi. Terungkap juga bahwa planet yang letaknya jauh dari galaksi Milky Way mengandung unsur metane dan karbon dioksida.
Advertisement
Temuan teleskop James Webb menambah pengetahuan, dan K2-18 b diduga merupakan exoplanet hycean, salah satu yang berpotensi memiliki atmosfer kaya hidrogen dan permukaan yang tertutup lautan.
Mengutip NASA, Jumat (15/9/2023), pemahaman pertama mengenai sifat-sifat atmoster exoplanet yang berada di zona layak huni berasal dari pengamatan dengan teleskop antariksa James Webb.
Exoplanet bernama K2-18 b ini mengorbit bintang dingin K2-18 pada habitat layak huni dan berjarak 120 tahun cahaya dari Bumi, pada konstelasi Leo.
Exoplanet seperti K2-18 b yang memiliki ukuran antara Bumi dan Neptunus tak seperti planet lain di tata surya manusia.
Sifat atmosfer di planet ini masih menjadi perdebatan aktif di kalangan para astronom. Dugaan bahwa sub-Neptunus K2-18 b kemungkinan merupakan exoplanet Hycean cukup menarik.
Pasalnya, beberapa astronom percaya bahwa dunia tersebut merupakan lingkungan menjanjikan untuk mencari kehidupan di planet extrasurya.
Ada Lautan di Exoplanet
"Temuan kami menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan beragam lingkungan yang dapat dihuni dalam pencarian kehidupan di tempat lain," kata astronom Universitas Cambridge Nikku Madhusudhan.
"Secara tradisional, pencarian kehidupan di exoplanet terfokus terutama pada planet berbatu yang lebih kecil. Namun, dunia Hycean yang lebih besar secara signifikan lebih kondusif untuk pengamatan atmosfer," kata Madhusudhan.
Berlimpahnya metana dan karbon dioksida serta kurangnya amonia mendukung hipotesis bahwa mungkin terdapat lautan air di bawah atmosfer kaya hidrogen di K2-18 b.
Pengamatan awal Webb ini juga memberikan kemungkinan deteksi molekul yang disebut dimetil sulfida (DMS). Di Bumi, hal ini mengindikasikan adanya kehidupan.
Advertisement
Unsur DMS di Bumi
Sebagian besar DMS di atmosfer Bumi dihasilkan dari fitoplankton di lingkungan laut. Meski begitu, inferensi DMS di exoplanet tersebut kurang kuat dan memerlukan validasi lebih lanjut.
"Pengamatan Webb mendatang diharapkan dapat memastikan apakah DMS memang ada di atmosfer K2-18 b pada tingkat yang signifikan," kata Madhusudhan.
Meski K2-18 b terletak di zona layak huni, hal ini tak berarti planet tersebut dapat mendukung kehidupan. Ukuran planet yang besar dengan radius 2,6 kali radius Bumi artinya, bagian dalam planet ini kemungkinan besar mengandung lapisan es bertekanan tinggi yang besar seperti Neptunus. Namun, dengan atmosfer tipis dan hidrogen yang kaya serta permukaan laut.
Hycean sendiri diprediksi memiliki lautan air, namun mungkin juga lautan terlalu panas untuk bisa dihuni atau menjadi cair.
Mirip Neptunus
"Meskipun planet semacam ini tidak ada di tata surya kita, sub-Neptunus adalah jenis planet paling umum yang diketahui sejauh ini di galaksi," kata anggota tim dari Universitas Cardiff Subhajit Sarkar.
Kini, tim bermaksud untuk melakukan penelitian lanjutan dengan spektograf MIRI, teleskop yang mereka harap bisa memvalidasi temuan mereka dan memberikan wawasan baru mengenai kondisi lingkungan K2-18 b.
"Tujuan utama kami adalah mengidentifikasi kehidupan di exoplanet yang layak huni, yang akan mengubah pemahaman kita tentang tempat kita di alam semesta. Temuan kami merupakan langkah menjanjikan menuju pemahaman lebih dalam tentang Hycean," kata Madhusudhan.
Advertisement