Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah saat ini tengah menggenjot peralihan dari kendaraan bensin ke listrik. Hal tersebut, sebagai salah satu upaya untuk mengurangi polusi, dan juga mengejar target net zero emission 2060.
Dijelaskan Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Agus Tjahajana Wirakusumah, motor listrik diproyeksikan bakal mencapai 13 juta unit pada 2030. Sedangkan untuk mobil listrik bisa mencapai 2 juta unit.
Advertisement
"Harus dicatat, itu akumulasi. Jangan dibaca penjualannya segitu per tahun, akumulasi dari 2022," jelas Agus, saat ditemui di Energy Building, SCBD, Jakarta Pusat.
Lanjut Agus, jumlah mobil dan motor listrik yang beredar pada 2030 ini, mengacu kepada hitungan Kementerian ESDM guna menurunkan emisi, dari gas buang kendaraan bermotor.
"Kami hitung dari NZE-nya, kita turunkan berapa CO2 gak boleh keluar bagian sepeda motor berapa, ini kalau kita lihat udara Jakarta seperti ini rasanya kita harus committed, mari kita lakukan bersama," tegasnya.
Sementara itu, pertumbuhan penggunakan kendaraan listrik di Indonesia ini, juga masih belum lepas dari segala hambatan yang terjadi.
"Beberapa hambatan motor listrik yang saya temui yaitu termasuk adopsi, standarisasi baterai dan jarak tempuh yang terbatas," tukas Agus.
Hambatan
Namun, hambatan tersebut, bisa diatasi atau dikurangi dengan sistem swapping baterai. Bahkan, hal itu juga mampu mempercepat transisi dan adopsi motor listrik di Tanah Air.
"Maka dari itu, kita perlu swap station yang tersebar di berbagai titik untuk kenyamanan penggunanya. Kita tidak dapat membandingkan motor listrik dengan motor bensin yang sudah ada sejak 40 tahun yang lalu," pungkasnya.
Advertisement