Liputan6.com, Gorontalo - Ada tradisi tua di Provinsi Gorontalo, namanya mandi Safar atau mandi menolak bala. Tahun ini, akhir bulan Safar jatuh pada Rabu (13/9/2023) atau orang Jawa menyebutnya Rebo Wekasan.
Rebo Wekasan adalah hari Rabu yang terakhir di bulan Safar, sebelum memasuki bulan Maulid atau Rabiul Awal. Dalam budaya masyarakat Jawa, Rebo Wekasan adalah tradisi yang dilakukan setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar.
Baca Juga
Advertisement
Berbeda dengan yang ada di tanah serambi madinah, akhir bulan Safar warga melakukan tradisi mandi bersama. Mandi Safar merupakan ritual yang lazim dilakukan warga Gorontalo sejak puluhan tahun lalu.
Tradisi ini merupakan kebiasaan yang diturunkan oleh para pemimpin kerajaan Atinggola dan Suwawa. Ritual ini, biasanya dilakukan oleh warga sekampung yang kekeluargaan masih sangat kental.
Acara biasa dimulai dengan doa syukur bersama di bantaran Sungai, kemudian dilanjutkan dengan mandi bersama lewat percikan air sungai. Ritual ini dipercaya dapat menolak bala dan mendatangkan rejeki bagi yang melakukannya.
Tokoh masyarakat Gorontalo, Yuriko Kamaru mengatakan, sejak dulu tradisi ritual ini sudah ada, sekarang sudah dikemas dengan wisata budaya lokal Gorontalo. Tujuannya untuk menarik sejumlah kunjungan dari dalam dan luar Provinsi Gorontalo.
"Maka kita tidak perlu heran lagi kenapa setiap ritual mandi safar ini sering diikuti oleh banyak orang yang datang ke bantaran sungai," kata Yuriko
Ia menambahkan, Biasanya, ritual mandi safar dilaksanakan di Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango. Tepatnya di bantaran sungai bone, sungai terbesar di Bone Bolango yang bermuara di teluk tomini.
Harapan Pemuda Gorontalo
Seluruh masyarakat harus mandi ataupun terkena air percikan sungai yang telah didoakan, sebagai rasa syukur dan mengharapkan berkah dari yang maha kuasa.
"Seluruh pengunjung, biasanya mengharapkan percikan air yang sebelumnya telah didoakan oleh para sesepuh Gorontalo," ujarnya.
Selain itu salah satu pengunjung, Rahmat mengatakan bahwa mandi safar merupakan agenda tahunan yang mereka tunggu-tunggu Ia bersama keluarga bisa kembali mengikuti ritual mandi safar dengan hati yang gembira.
"Karena ini memang sudah tradisi yang saya ikuti sejak kecil berharap keberkahan melalui percikan air yang sudah didoakan,” ungkapnya kepada Liputan6.com.
"Saya bersama keluarga sudah segak pagi menunggu ditempat ini untuk bisa merasakan langsung ritual tahunan ini. Saya berharap agar pemerintah bisa melestarikan budaya dan tradisi ini minimal ada proses kaderisasi kepada kaum muda," ia menandaskan.
Advertisement