Liputan6.com, Jakarta - Caleg DPR RI dari partai Demokrat, Marta Yandry Rachman menghadiri acara Mujahadah dan Doa yang dipimpin KH. Rosikhin di Majelis Ta’lim dan Dirosatil Quran Berkah Mafaada di Desa Panarukan, Adiwerna, Tegal, Selasa (12/9/2023).
Pada kesempatan tersebut, Marta Yandry dipersilahkan menyampaikan sambutannya di depan ratusan warga sekitar yang turut hadir.
Advertisement
"Sebelumnya saya hadir ke sini hanya untuk memenuhi undangan pak Kiai, enggak ada rencana ngomong. Tetapi Alhamdulillah, kita tetap bersyukur bagaimana pun tidak ada pertemuan atas izin dan maksudnya Allah SWT sehingga pada malam hari ini saya diberi kesempatan untuk bisa bertemu dengan Bapak-Ibu," kata Yandry.
Yandry melanjutkan sambutannya dengan memperkenalkan diri dan visi-misinya.
“Perkenalkan nama saya Marta Yandry Rachman, orang tua saya dari pesisir Arab, berdagang di Sumatera Barat dan Medan, menikah dengan orang pribumi, dan lahirlah ibu bapak saya. Saya lahir dan besar di Jakarta dan alhamdulillah saya menyelesaikan S2 saya di Universitas Indonesia Jakarta,” ucap Yandry.
Yandry mengatakan bahwa dirinya sedang memperjuangkan keinginan besarnya dalam memperbaiki program pendidikan di Indonesia untuk generasi muda dengan memasukkan mata pelajaran menghafal al Quran ke seluruh sekolah negeri di Indonesia.
“Hari ini saya sedang bersilaturahmi di daerah Brebes-Tegal, dalam rangka ada perjuangan yang sedang saya lakukan. Alhamdulillah Allah memberikan kesempatan kepada saya untuk punya kegiatan yaitu memperjuangkan Al-Quran selama 5 tahun terakhir ini untuk menjadi mata pelajaran wajib di sekolah negeri,” lanjut Yandry.
Yandry menyampaikan alasannya memperjuangkan Al-Quran sebagai mata pelajaran wajib di sekolah negeri karena pelajaran tersebut sudah ada di sekolah-sekolah islam dan pesantren maupun beberapa sekolah swasta, sementara di sekolah negeri belum pernah ada.
“Kalau di sekolah islam, pesantren dan swasta wajar, tapi kalau di sekolah negeri tidak pernah ada yang terpikir. Padahal 80 persen generasi muda kita ada di sekolah negeri, bukan di pesantren atau di swasta,” pungkas Marta Yandry.
Dirinya menegaskan, “Bagaimana mau lahirnya generasi Al-Quran, kalau 80 persennya tidak pernah ada yang memikirkan, bagaimana mau bisa lahirnya generasi Al-Quran kalau 80 persennya tidak pernah disentuh oleh Al-Quran. Karena tidak mungkin 20 persen tersebut mewarnai 80 persen, yang ada 80 persen lah yang mewarnai 20 persen,” jelas Yandry lagi.
Program Tahfidz Serbu Sekolah Negeri
Berangkat dari alasan tersebut, sejak tahun 2015, Yandry mencoba membuat program Tahfidz serbu sekolah negeri. Dimana program tersebut bertujuan untuk memasukkan mata pelajaran Al-Quran dan menghafal Al-Quran di sekolah negeri. “Hal ini saya lakukan supaya generasi muda kita kenal dengan Al-Quran,” tutur pria berdarah Sumatera itu.
"Untuk itulah kenapa kami berjuang di DKI Jakarta untuk memasukkan mata pelajaran tahfidz dan menghafal Al-Quran menjadi mata pelajaran wajib 1 juz untuk 1 tahun harus bisa dicapai sebagai syarat untuk naik kelas. Dan itu sudah berlangsung 5 tahun sudah ada di sekolah negeri sebagai pilot project,” imbuh Yandry.
“Sekarang saya berjuang di tanah Brebes dan Tegal, Insya Allah dalam bulan ini akan ada pilot project di SMAN 1 Bulakamba, Brebes sebagai sekolah negeri pertama yang akan mewajibkan mata pelajaran menghafal Al-Quran menjadi mata pelajaran wajib 4 jam dalam seminggu, 1 juz 1 tahun. Insya allah itu akan membantu Bapak-Ibu melahirkan generasi Al-Quran di tanah Brebes, dan doakan kami dalam waktu dekat juga sedang merencanakan dengan SMAN Kabupaten Tegal, yang mudah-mudahan akan bisa mengikuti,” jelas Yandry.
Dalam acara tersebut, turut hadir Pengasuh Majelis Ta’lim dan Dirosatil Quran Berkah Mafaada KH Rosikhin, Al Habib Sulthon Badar Al Habsyi, KH. Nurkholik, Ketua Yayasan H. Yusuf, Caleg DPRD Dapil V Kabupaten Brebes Nafidatunnisa, serta para tokoh agama dan tokoh masyarakat di Desa Panarukan, Tegal.
Advertisement