Liputan6.com, Tripoli - Dua pihak yang bersaing di Libya mengoordinasikan upaya bantuan bagi korban banjir, kata PBB.
Lebih dari 5.300 orang tewas setelah dua bendungan jebol dan menyebabkan banjir besar di kota Derna di bagian timur.
Advertisement
Setidaknya 10.000 orang hilang dan puluhan ribu lainnya mengungsi, dikutip dari BBC, Kamis (14/9/2023).
Seorang pejabat PBB mengatakan, pemerintah telah meminta bantuan internasional dan bekerja sama satu sama lain.
“Kedua pemerintah telah menjangkau komunitas internasional untuk meminta layanan dan bantuan,” Tauhid Pasha, dari Organisasi Internasional untuk Migrasi, mengatakan kepada program World Tonight di Radio 4 BBC.
“Pemerintah Persatuan Nasional [pemerintahan barat] telah memberikan dukungannya kepada kami dan permintaannya atas nama seluruh negara dan mereka juga berkoordinasi dengan pemerintah di timur,” katanya.
“Tantangannya saat ini adalah komunitas internasional merespons kebutuhan dan permintaan pemerintah,” tambahnya.
Pasha mengatakan, dukungan perlu ditingkatkan "dengan sangat cepat dan untuk itu kami memerlukan dana".
Sejak jatuhnya penguasa lama Kolonel Muammar Gaddafi pada tahun 2011, Libya telah terpecah menjadi dua pemerintahan yang bersaing dan terperosok dalam konflik antara berbagai milisi yang berbeda.
Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah memimpin Pemerintah Persatuan Nasional yang didukung PBB di Tripoli, ibu kota Libya barat.
Osama Hamad, perdana menteri di wilayah timur, memimpin pemerintahan saingannya yang dikenal sebagai Dewan Perwakilan Rakyat. Namun, banyak yang merasa kekuasaan di sana sebenarnya dipegang oleh tokoh militer Jenderal Khalifa Haftar, yang memimpin Tentara Nasional Libya.
Jenderal Haftar menerima delegasi militer Mesir yang datang untuk menawarkan bantuan dan dukungan setelah bencana tersebut.
20 Ribu Orang Dikhawatirkan Tewas
Banjir besar yang melanda Libya menyebabkan lebih dari 7.000 orang terluka. Rumah sakit juga tidak berfungsi akibat banjir yang terjadi akibat badai Daniel, serta diperparah oleh bendungan jebol.
Daerah yang terdampak banjir adalah Derna yang berlokasi di timur Libya. Jumlah korban jiwa sudah mencapai ribuan orang dan diprediksi terus meningkat.
Menurut laporan Al Jazeera, wali kota Derna Abdulmenam al-Ghaithi berkata jumlah tewas berpotensi mencapai 20 ribu orang.
Kepada Al-Arabiya, wali kota Derna memprediksi angka itu berdasarkan jumlah distrik yang terendam banjir.
Korban banjir banyak yang terseret arus. Lokasi Derna berada di tepi laut, dan pantainya dipenuhi pakaian, mainan, furnitur, dan berbagai barang yang tersapu arus banjir.
AFP melaporkan bahwa kementerian dalam negeri Libya mencatat ada 3.840 korban tewas. Sebanyak 3.190 orang sudah dikubur.
Di antara korban tewas ada setidaknya 400 orang asing, mayoritas berasal dari Sudan dan Mesir.
Kondisi Libya saat ini sedang terpecah akibat perang saudara. Bagian timur Libya dipimpin oleh anggota DPR dan Tentara Nasional Libya. Pihak pemerintah timur berkata ke Reuters bahwa sudah lebih dari 5.000 orang meninggal.
Menurut laporan jurnalis lokal, kondisi Derna merupakan bencana yang masif dan tidak ada air, listrik, atau bensin. Secara resmi, pemerintah Libya mencatat ada 10 ribu orang hilang. Sementara, PBB menyebut ada 5.000 orang yang hilang.
Advertisement
Bala Bantuan
Wali kota Derna, al-Ghaithi, berkata ada bala bantuan yang sudah datang dari Mesir, Tunisia, Uni Emirat Arab, Turki, dan Qatar. Al Jazeera menyebut bantuan internasional terus berdatangan.
Kekhawatiran wali kota Derna saat ini adalah bagaimana cara menemukan para korban.
"Kami sebetunya butuh tim yang punya spesialisasi menemukan jasad-jasad," ujar al-Ghaithi. "Saya khawatir kota ini akan terinfeksi oleh epidemi karena banyaknya jasad di bawah reruntuhan dan air."
Bantuan dari pemerintah barat Libya juga telah mencapai daerah timur yang terdampak banjir ini. Sukarelawan juga turun tangan.
Al Jazeera melaporkan bahwa ada kritikan terhadap al-Ghaithi karena dianggap tidak memberikan peringatan yang mumpuni sebelum banjir terjadi.
Namun, tudingan itu dibantah al-Ghaithi yang berkata telah memberikan peringatan kepada masyarakat bahwa bencana berpotensi terjadi.
Belum ada kabar WNI terdampak banjir ini. Direktur Perlindungan WNi di Kementerian Luar Negeri RI berkata sebagian besar WNI di Libya yang tercatat di database KBRI Tripoli bertempat tinggal di Libya barat. Jumlah WNI yang tercatat sebanyak 282 orang.