Liputan6.com, Jakarta - Hingga saat ini ada 7.000 korban tewas akibat banjir yang melanda Libya. Hujan deras yang dibawa oleh Badai Daniel ini dengan cepat menyebabkan banjir besar di beberapa wilayah di Libya timur.
Badai tersebut antara lain melanda kota Benghazi, Susa, Bayda dan al-Marj pada Minggu dan Senin, namun kota pelabuhan Derna menanggung beban terberat, dikutip dari laman Al Jazeera, Kamis (14/9/2023).
Advertisement
Dua bendungan di bagian hulu kota tersebut jebol pada hari Senin, satu demi satu, melepaskan sejumlah besar air yang mengalir deras ke lembah dan membanjiri daerah tersebut, menghancurkan jalan dan jembatan.
Kota ini dikelilingi oleh pegunungan, sehingga banjir bandang dengan cepat mengambil alih, dan permukaan air naik setinggi 3 meter (10 kaki).
Lantas, apa itu Badai Daniel yang bisa menyebabkan banjir bandang?
Badai Daniel juga dikenal sebagai Topan Daniel, adalah badai mirip tropis Mediterania yang paling mematikan dan paling merugikan yang pernah tercatat.
Badai Daniel juga dianggap sebagai topan paling mematikan di seluruh dunia sejak Topan Nargis pada tahun 2008. Ini juga merupakan peristiwa cuaca paling mematikan pada tahun 2023 hingga saat ini.
20 Ribu Orang Dikhawatirkan Tewas
Banjir besar yang melanda Libya menyebabkan lebih dari 7.000 orang terluka. Rumah sakit juga tidak berfungsi akibat banjir yang terjadi akibat badai Daniel, serta diperparah oleh bendungan jebol.
Daerah yang terdampak banjir adalah Derna yang berlokasi di timur Libya. Jumlah korban jiwa sudah mencapai ribuan orang dan diprediksi terus meningkat.
Menurut laporan Al Jazeera, Kamis (14/9/2023), wali kota Derna Abdulmenam al-Ghaithi berkata jumlah tewas berpotensi mencapai 20 ribu orang.
Kepada Al-Arabiya, wali kota Derna memprediksi angka itu berdasarkan jumlah distrik yang terendam banjir.
Korban banjir banyak yang terseret arus. Lokasi Derna berada di tepi laut, dan pantainya dipenuhi pakaian, mainan, furnitur, dan berbagai barang yang tersapu arus banjir.
AFP melaporkan bahwa kementerian dalam negeri Libya mencatat ada 3.840 korban tewas. Sebanyak 3.190 orang sudah dikubur.
Di antara korban tewas ada setidaknya 400 orang asing, mayoritas berasal dari Sudan dan Mesir.
Kondisi Libya saat ini sedang terpecah akibat perang saudara. Bagian timur Libya dipimpin oleh anggota DPR dan Tentara Nasional Libya. Pihak pemerintah timur berkata ke Reuters bahwa sudah lebih dari 5.000 orang meninggal.
Menurut laporan jurnalis lokal, kondisi Derna merupakan bencana yang masif dan tidak ada air, listrik, atau bensin. Secara resmi, pemerintah Libya mencatat ada 10 ribu orang hilang. Sementara, PBB menyebut ada 5.000 orang yang hilang.
Advertisement
Bala Bantuan
Wali kota Derna, al-Ghaithi, berkata ada bala bantuan yang sudah datang dari Mesir, Tunisia, Uni Emirat Arab, Turki, dan Qatar. Al Jazeera menyebut bantuan internasional terus berdatangan.
Kekhawatiran wali kota Derna saat ini adalah bagaimana cara menemukan para korban.
"Kami sebetunya butuh tim yang punya spesialisasi menemukan jasad-jasad," ujar al-Ghaithi. "Saya khawatir kota ini akan terinfeksi oleh epidemi karena banyaknya jasad di bawah reruntuhan dan air."
Bantuan dari pemerintah barat Libya juga telah mencapai daerah timur yang terdampak banjir ini. Sukarelawan juga turun tangan.
Al Jazeera melaporkan bahwa ada kritikan terhadap al-Ghaithi karena dianggap tidak memberikan peringatan yang mumpuni sebelum banjir terjadi.
Namun, tudingan itu dibantah al-Ghaithi yang berkata telah memberikan peringatan kepada masyarakat bahwa bencana berpotensi terjadi.
Belum ada kabar WNI terdampak banjir ini. Direktur Perlindungan WNi di Kementerian Luar Negeri RI berkata sebagian besar WNI di Libya yang tercatat di database KBRI Tripoli bertempat tinggal di Libya barat. Jumlah WNI yang tercatat sebanyak 282 orang.