Liputan6.com, Jakarta PT PLN (Persero) menargetkan akan mengeluarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) rampung di akhir tahun ini. Dalam RUPTL ini akan memberikan porsi lebih besar kepada energi bersih.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Satuan Supply Chain Management and Peocurement PLN Indonesia Power, Cita Dewi, dalam forum dialog "Tren Inovasi, dan Peluang Energi Terbarukan" pada Kamis (14/9/2023).
Advertisement
Cita menyebutkan bahwa RUPTL yang akan dikeluarkan pada akhir tahun ini akan sejalan dengan rencana roadmap yang dicanangkan oleh pemerintah.
"Iya, seperti yang disampaikan tadi, tidak ada transisi tanpa ada kesiapan infrastruktur transmisi. Jadi kita tunggu saja, karena masih diperlukan diskusi," ujarnya.
Sebagai informasi, pemerintah terus berkomitmen untuk mempercepat pencapaian Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060 atau lebih cepat. Di sektor energi, salah satu upayanya mendorong porsi kapasitas pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi lebih besar daripada porsi pembangkit dari energi fosil.
Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN teranyar tahun 2021-2030, memberikan porsi lebih besar bagi pembangkit EBT, yakni 52 persen, dibandingkan pembangkit energi fosil yang hanya 48%. Sehingga, RUPTL ini disebut "RUPTL Hijau".
Adanya RUPTL ini juga akan terkoneksi, tidak hanya memusat di Jawa saja.
"Nah, kami juga akan melaksanakan interkoneksi Jawa-Sumatera, Jawa-Kalimantan, dan Jawa-Nusa Tenggara," tambahnya.
EBT
Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan, Andriah Feby Misna, mengatakan bahwa potensi energi terbarukan di Indonesia ini memang sangat besar dan beragam, pun keberadannya sebenarnya sangat mendukung ketahanan energi nasional dan pencapaian target bauran EBT. Tetapi disayangkan, pemanfaatannya masih kecil.
"Indonesia ini memiliki beragam jenis dan jumlah yang besar. Kalau kita lihat totalnya itu ada 3,7 tera watt, tetapi pemanfaatannya baru sekitar 12 giga watt, jadi baru 0,3 persen dari potensi yang ada," jelasnya.
Hal ini melatarbelakangi PLN untuk terus mendukung dilakukan pengembangan EBT guna mencapai target Net Zero Emission dan juga mendukung pembangunan ekonomi nasional.
"Kemudian penambahan EBT itu pasti, mayoritas bisa dari bahan hidro dan solar," lanjut Cita.
Berdasarkan RUPTL 2021-2030, diproyeksikan total tambahan kapasitas pembangkit adalah 40,575 Gigawatt (GW), dengan porsi pembangkit EBT sebesar 20,923 GW atau 51,6% dan porsi pembangkit fosil sebesar 19,562 GW atau 48,4%.
Berdasarkan jenis pembangkitnya, pembangkit dengan sumber EBT terbesar adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air/Mikro/Mikrohidro (10,391 GW), kemudian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (4,68 GW), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (3,355 GW), PLT EBT Base (1,01 GW), lalu Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (0,597 GW), PLT Bio (0,590 GW), dan BESS (0,3 GW).
Advertisement