Liputan6.com, Jakarta - Barangkali nama Nyai Romlah tidak begitu terkenal saat ini, layaknya Gus Iqdam atau Agus Muhammad Iqdam Kholid Pimpinan Majelis Sabilu Taubah yang sedang viral dan naik daun.
Namun sosok Nyai Romlah memiliki karomah dan kesaktian yang sangat misterius.
Nyai Romlah merupakan cucu ulama besar asal Madura, Syaikhona Kholil Bangkalan, gurunya para kiai-kiai seantero musantara.
Seperti diketahui Syaikhona Kholil Bangkalan ulama yang sangat luar biasa dan santrinya tersebar mulai dari ujung pulau Madura hingga ke ujung barat pulau Jawa, memangku pesantren di daerahnya masing-masing.
Sebutlah misalkan KH Hasyim Asy’ari pengasuh pondok pesantren Tebuireng, Jombang sekaligus pendiri NU, KH Abd Karim pendiri dan pengasuh pondok pesantren Lirboyo, KH As’ad Syamsul Arifin Asembagus Situbondo dan lain sebagainya.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Nyai Romlah Diketahui Kewaliannya
Mengutip fatayatdiy.com Nyai Romlah adalah salah satu cucu Syaikhona Kholil, nama ayahnya KH Imron bin Syaikhona Kholil. Beliau merupakan putri tertua dari tujuh bersaudara. Adik adik beliau adalah: Nyai Nadhifah, KH Makmun Imron, KH Amin Imron, Nyai Na’imah, Nyai Arifah, Nyai Jamaliah dan Nyai Aminah.
Nyai Romlah dikenal sebagai wali perempuan dari Bangkalan. Berangkat dari sebuah adagium tentang wali, bahwa tidak ada yang dapat mengetahui kewalian seseorang kecuali seorang waliyullah. Nyai Romlah diketahui status kewaliannya, juga lewat perkataan seorang waliyullah.
Pada suatu hari ketika KH Kholil Sidogiri yang sudah dikenal dengan kewaliannya ditanya oleh seorang tamu perihal wali perempuan.
“Apakah ada wali perempuan, Kiai?”
Secara spontan Kiyai Kholil menjawab; “Ada, ibunya Ra Dulla,". Ibu Ra Dulla yang dimaksud adalah Nyai Romlah.
Sejak saat itulah beliau dikenal kewaliannya. Bahkan salah satu karomah beliau ada yang mirip dengan karomah kakek beliau Syaikhona Kholil.
Advertisement
Ketupat 3 Potong untuk Seratus Orang
Suatu waktu ketika ada Haul di Demangan, Nyai Romlah hanya menyiapkan tiga potong ketupat untuk dijadikan suguhan kepada para tamu, salah satu santri bernama Hafidz yang ikut membantu menyiapkan hidangan merasa ganjil dengan hidangan yang sedikit itu, padahal saat itu undangan yang datang kurang lebih seratus orang, Hafidz pun merasa panik, dalam pikirannya jelas hidangan yang hanya tiga potong itu tidak akan cukup.
Namun Hafidz tidak berani untuk bertanya dan mengusulkan untuk menambah ketupat yang akan dibuat soto ayam itu, dia hanya memutuskan untuk melakukan apapun yang akan diperintahkan oleh Nyai Romlah.
Waktu itu Nyai Romlah menyuruhnya untuk mengiris ketupat dan meletakkannya di piring, dengan cekatan Hafidz mengiris ketupat bersama Nyai Sumtin yang merupakan menantu Nyai Romlah dan Nyai Romlah pun juga ikut mengirisi ketupat.
Piring terus berganti piring, Hafidz terus mengiris ketupat tanpa henti, hingga pada akhirnya dia dibuat terperangah dan Takjub. Meski terus diiris, ketupat itu tidak kunjung habis. Sampai semua tamu undangan kebagian semua, ketupat masih ada sisanya.
Karomah Nyai Romlah ini mirip dengan karomahnya sang kakek yaitu Syaikhona Kholil, ketika beliau masih menuntut ilmu beliau pernah disuruh gurunya untuk menyiapkan gula Madura dan menyuruh santri yang lain untuk mengambilnya dikamar beliau, gula yang katanya sedikit itu tidak habis-habis meski berkali-kali diangkut oleh santri dari kamarnya. Wallahu alam.
Penulis: Nugroho Purbo