Liputan6.com, Jakarta - Jika terlahir sebagai anak tengah mungkin Anda sudah tidak asing dengan istilah middle child syndrome atau sindrom anak tengah.
Middle child syndrome adalah sebuah keyakinan bahwa hidup sebagai anak tengah akan selalu sial. Mulai dari dikucilkan, diabaikan, hingga sering dianggap tidak ada oleh orang tua.
Advertisement
Konon, anak tengah juga dipercaya memiliki kepribadian dan karakteristik tertentu dan berbeda dibanding kakak dan adiknya.
Tentang Middle Child Syndrome
Middle child syndrome pertama kali disinggung oleh seorang psikolog bernama Alfred Adler pada 1964 memperkenalkan gagasan bahwa urutan kelahiran memengaruhi tumbuh kembang seorang anak.
Dikutip dari WebMD pada Kamis 14 September 2023 Alfred, meyakini, banyaknya saudara kandungan yang dimiliki seorang anak bisa memengaruhi potensi yang mereka miliki.
Dikatakannya meski anak-anak tumbuh dalam satu rumah tangga, kepribadian mereka tidak akan sama satu dengan yang lain.
Menurut teori urutan kelahiran menurut Adler, seorang anak mungkin memiliki beberapa ciri kepribadian bergantung pada urutan kelahirannya, di antaranya :
- Anak tertua lebih otoriter dan dibebani oleh ekspektasi tinggi yang sering diberikan orang tuanya.
- Anak bungsu diperlakukan seperti bayi manja dan tidak pernah bisa melampaui saudara-saudaranya yang lain.
- Anak tengah adalah orang yang mudah marah tapi sulit menyesuaikan diri karena terjepit di antara adik dan kakaknya.
Kepribadian Anak Tengah
Anak tengah mempunyai kepribadian yang seringkali dibayangi saudara-saudaranya.
Sang kakak seringkali memikul lebih banyak tanggung jawab, dan sang adik diasuh dengan baik oleh orang tuanya.
Sementara nasib anak tengah tidak diberi banyak perhatian oleh ayah dan ibunya.
Anak tengah umumnya tidak merasa dirinya adalah anak kesayangan kedua orang tuanya.
Di benak mereka selalu tertanam bahwa anak tertua akan dianggap istimewa, dan adiknya akan selalu dianggap 'bayi' di umur yang tak lagi muda.
Teori Soal Anak Tengah dan Hubungannya dengan Middle Child Syndrome
Teori ini membuka jalan untuk melihat lebih dalam bagaimana urutan kelahiran mempengaruhi perkembangan psikologis seseorang. Namun, teori urutan kelahiran menurut Adler hanyalah sebuah teori.
Sebab, pertentangan soal teori Adler terjadi di zaman sekarang. Dan, penelitian telah menunjukkan hasil yang bertentangan mengenai dampak urutan kelahiran.
Sebab, para peneliti lain meyakini bahwa middle child syndrome mengalami kesulitan menerapkannya pada semua anak tengah.
Mereka menemukan bahwa mungkin ada hubungan antara urutan kelahiran dan sikap ramah.
Namun, hal ini lebih mungkin terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Advertisement
Middle Child Syndrome Berpengaruh hingga Dewasa?
Beberapa orang percaya bahwa middle child syndrome dapat berdampak jangka panjang pada anak-anak saat mereka tumbuh dewasa.
Jika ciri-ciri yang disebutkan di atas benar, menjadi anak tengah dapat menimbulkan dampak negatif yang terus menerus hingga masa dewasa.
Terlepas dari kepercayaan terhadap middle child syndrome, ilmu pengetahuan seputar urutan kelahiran masih terus dieksplorasi.
Dikutip dari Healthline, para peneliti telah menguji pengaruh urutan kelahiran banyak kondisi, termasuk OCD, skizofrenia, depresi, autisme, dan bahkan anoreksia.
Sebagian besar penelitian ini mencakup semua kemungkinan urutan kelahiran, termasuk dampak menjadi anak tengah.
Salah satu kepercayaan paling umum tentang anak-anak tengah adalah bahwa mereka memiliki hubungan yang jauh dengan orang tuanya.
Satu studi tahun 2019 menemukan bahwa anak tengah mempunyai kemungkinan paling kecil --- jika dibandingkan dengan anak sulung atau anak terakhir --- untuk merasa nyaman berbicara dengan orang tuanya mengenai pendidikan seks.
Penelitian pada 1998 menemukan bahwa anak tengah cenderung tidak mengatakan bahwa mereka paling dekat dengan ibunya.
Tinjauan terhadap penelitian tersebut mencatat bahwa anak tengah juga paling kecil kemungkinannya untuk mengatakan bahwa mereka akan berpaling kepada orang tuanya ketika berada di bawah tekanan.
Yang lebih baru, pada 2016 dilakukan sebuah penelitian dengan mengeksplorasi dampak urutan kelahiran pada 320 mahasiswa sarjana.
Dalam tinjauannya, para peneliti menemukan bahwa anak tengah cenderung kurang berorientasi pada keluarga dibandingkan saudara mereka yang lebih tua.
Mereka juga lebih mungkin mengembangkan perfeksionisme maladaptif, yang ditandai dengan keinginan terus-menerus agar segala sesuatunya berjalan sesuai rencana.