Korea Selatan Pantau Kedekatan Militer Rusia dan Korea Utara

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol akan menyorot hubungan militer Rusia dan Korea Utara.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 15 Sep 2023, 21:34 WIB
Pertemuan kedua pemimpin tersebut terlihat sangat akrab pada Rabu, 13 September 2023 terlihat sangat akrab. (Vladimir Smirnov, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Seoul - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol ikut memperhatikan kedekatan Korea Utara dan Rusia dalam bidang militer. Isu itu akan ia bahas di Sidang Majelis Umum PBB pada September 2024 ini.

Menurut laporan Yonhap, Kamis (14/9/2023), Presiden Yoon Suk Yeol akan berkunjung ke New York selama lima hari pada Senin pekan depan dan berbicara di sidang PBB pada Rabu, serta menggelar pertemuan bilateral di sela-sela pertemuan.

Seorang pejabat senior kepresidenan Korsel mengungkap bahwa pidato Presiden Yoon Suk Yeol diperkirakan menyentuh potensi kedekatan militer Rusia dan Korea Utara, terutama setelah kunjungan Kim Jong Un ke Rusia baru-baru ini.

"Di pidato Sidang Majelis Umum PBB, kami memperkirakan akan ada analisa dan pesan yang patut terkait diskusi militer antara Korea Utara dan Rusia," ujar pejabat tersebut.

Pihak Korea Selatan berkata sudah menyiapkan langkah-langkah untuk menanggapi isu tersebut, akan tetapi mereka juga menyerukan adanya respons multilateral.

"Bersama dengan langkah-langkah individu yang kita bisa ambil sendiri, kami juga mendiskusikan langkah-langkah multilateral yang kita bisa ambil bersama dengan Amerika Serikat, Jepang, dan sahabat-sahabat kunci," ujar sumber kepresidenan Korsel.

Terkait urusan bilateral, Presiden Yoon diperkirakan untuk menggelar setidaknya 30 pertemuan bilateral untuk mendukung upaya Korea Selatan untuk menggelar World Expo di Busan pada 2030 mendatang.


Rusia: Vladimir Putin dan Kim Jong Un Tidak Teken Dokumen Apapun

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un akhirnya saling bertemu di pusat antariksa Rusia Kosmodrom Vostochny (AFP).

Pembicaraan antara Kim Jong Un dan Vladimir Putin yang berlangsung di Kosmodrom Vostochny, Timur Jauh Rusia, pada Rabu (13/9), telah berakhir.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa tidak ada rencana bagi Presiden Putin dan Kim Jong Un untuk menandatangani dokumen mengenai pertemuan mereka. Demikian seperti dilansir CNN, yang mengutip kantor berita Rusia. 

Kedua pemimpin bertemu dan mengadakan pembicaraan tertutup selama lebih dari satu jam.

Ketika ditanya tentang laporan perundingan senjata antara keduanya, Peskov seperti dilansir Russia 1 mengatakan, "Hubungan penuh (antara kedua negara) menyiratkan dialog dan interaksi di bidang sensitif, seperti interaksi militer."

"Semua masalah lainnya hanya menyangkut dua negara berdaulat kita," tambahnya. "Dan hal ini tidak boleh menjadi perhatian negara ketiga mana pun. Kerja sama kami dilakukan demi kepentingan rakyat kedua negara, namun tidak merugikan siapa pun."

"Korea Utara adalah tetangga dekat kami. Dan meskipun ada komentar dari luar, kami akan membangun hubungan dengan tetangga kami dengan cara yang bermanfaat bagi kami dan tetangga kami."


Kim Jong Un: Saya Akan Selalu Bersama Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memeriksa landasan peluncuran roket Angara dalam pertemuan mereka di kosmodrom Vostochny di luar kota Tsiolkovsky, sekitar 200 kilometer (125 mil) dari kota Blagoveshchensk di wilayah Amur, Rusia timur jauh, pada Rabu, 13 September 2023. (Mikhail Metzel, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Saat duduk bersama Kim Jong Un di pusat ruang angkasa Kosmodrom Vostochny, Putin mengatakan kepada wartawan bahwa keduanya memiliki banyak hal untuk didiskusikan.

"Saya sangat senang melihat dan menyambut Anda lagi di Rusia. Kali ini, sesuai kesepakatan kita, di Kosmodrom Vostochny," kata Putin. "Tentu saja, kita perlu membicarakan isu-isu kerja sama ekonomi, isu-isu kemanusiaan, dan situasi di kawasan. Kita punya banyak pertanyaan (untuk didiskusikan)."

Kim Jong Un berterima kasih kepada Putin atas undangannya untuk berkunjung dan mengatakan kedua negara memiliki banyak isu yang dapat dikerjakan bersama.

"Seperti yang Anda katakan, agenda antara negara kita, termasuk masalah politik, ekonomi, dan budaya; dan ada banyak masalah yang kedua negara kita perlu kerja sama dan agar kami dapat menerima bantuan dalam perang kemerdekaan kami ... Dalam situasi ini, saya yakin momen ini akan meningkatkan hubungan bilateral kita ke langkah berikutnya, ke tingkat yang baru," ujar Kim Jong Un.

Pemimpin Korea Utara tersebut melanjutkan dengan mengatakan kepada Putin, "Suatu kehormatan pertemuan ini diadakan di tempat khusus ini, sebuah lokasi peluncuran ruang angkasa yang seperti jantung dari kekuatan luar angkasa, seperti halnya status negara Anda, dan memberikan kesempatan ini kepada kami untuk memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang kekuatan luar angkasa saat ini dan masa depan."

Kim Jong Un juga memuji Rusia karena telah berjuang melawan kekuatan hegemonik untuk mempertahankan kedaulatan dan keamanannya - pernyataan yang dinilai rujukan terselubung kepada Amerika Serikat (AS) Cs. Dia menyatakan dukungan penuh dan tanpa syarat terhadap semua yang dilakukan Rusia sebagai responsnya.

"Dan di garis depan anti-imperialisme dan kemerdekaan, saya akan selalu berdiri bersama Rusia, saya menggunakan kesempatan ini untuk memperjelasnya," tegas Kim Jong Un.

Menjelang pertemuan tersebut, para pejabat AS memperingatkan bahwa potensi kesepakatan senjata bisa membuat Korea Utara menyediakan senjata bagi Rusia untuk digunakan dalam perang Ukraina.

Infografis 1 Tahun Perang Rusia - Ukraina, Putin Tangguhkan Perjanjian Senjata Nuklir dengan AS. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya