Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan, pabrik sel baterai pertama dan terbesar di Asia Tenggara akan produksi 30 juta baterai sel mulai awal 2024. Baterai sel itu akan dapat digunakan untuk produksi kurang lebih 180 ribu mobil.
Jokowi menyampaikan hal itu saat meninjau langsung pabrik baterai mobil listrik PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (14/9/2023). Pabrik sel baterai itu pertama dan terbesar di Asia Tenggara.
Advertisement
“Nanti mulai awal tahun akan sudah memproduksi 30 juta baterai sel yang itu akan bisa digunakan untuk memproduksi kurang lebih 180 ribu mobil, itu terbesar di Asia Tenggara,” ujar Jokowi seperti dikutip dari Antara.
Jokowi mengatakan, produksi dari pabrik sel baterai mobil listrik terbesar se-Asia Tenggara ini akan mendorong Indonesia masuk ke rantai pasok global dan membuat negara lain ketergantungan.
"Rantai pasok global bisa kita masuki, di situlah nantinya ketergantungan negara lain terhadap baterai sel kita, ketergantungan negara lain terhadap EV (kendaraan listrik) baterai kita di situ,” tutur Jokowi.
Selain itu, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menuturkan, pabrik tersebut kini mulai melakukan uji coba produksi sejak dilakukan pencanangan pembangunan (groundbreaking) tepat dua tahun yang lalu.
"Alhamdulillah dua tahun yang lalu, tepatnya hari ini, kita melakukan groundbreaking terhadap pembangunan baterai mobil, sel baterai, dan dua tahun kemudian ini sudah jadi. Sekarang produknya sudah ada, sekarang sedang terjadi trial and error, mungkin bulan Maret tahun depan sudah berproduksi," kata Bahlil saat mendampingi Jokowi.
Bahlil menuturkan, pabrik tersebut telah menerapkan teknologi terbaru dari LG dalam produksinya. Dari lima pabrik milik LG di dunia, pabrik yang menggunakan teknologi terbaru adalah pabrik di Indonesia.
Kapasitas Produksi
Bahlil menuturkan, kunjungan Presiden Jokowi dilakukan untuk meninjau tahap kedua ekspansi produksi pabrik tersebut sebesar 20 GWh. Jika pabrik tersebut telah terbangun, menurut Bahlil, kapasitas produksinya menjadi sebesar 30 GWh.
"Jadi nanti LG-nya akan membangun 30 Giga, dan ini adalah komitmen investasi yang kami sudah bicarakan selama ini, yang sering kita ngomong soal produksi baterai mobil, dan alhamdulillah sekarang sudah muncul," tutur dia..
Bahlil menuturkan, produksi pabrik baterai mobil listrik tersebut juga menjadi salah satu perwujudan hilirisasi sumber daya alam Indonesia.
"Cita-cita Bapak Presiden yang diarahkan selalu kepada kami menterinya untuk membangun hilirisasi. Jadi apa yang disampaikan Bapak Presiden selama ini, itu bukan hanya omongan-omongan tapi ini adalah bukti nyata dan ini adalah betul-betul memakai teknologi tinggi. Dan nanti yang akan mengoperasikan anak-anak Indonesia karena sudah dikirim mereka, 100 orang lebih, ke Korea untuk mereka belajar di situ," kata dia.
Saat melakukan peninjauan, Presiden Jokowi melihat sejumlah area pabrik, antara lain lini elektroda, lini perakitan, hingga lini pembentukan. Turut mendampingi Presiden dalam peninjauan pabrik tersebut yaitu Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia Lee Sang Deok dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
Advertisement
TKDN Kendaraan Listrik Ditargetkan Menjadi 80 Persen pada 2030
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan rencana untuk meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) atau kandungan lokal kendaraan listrik yang diproduksi di dalam negeri mencapai 80 persen pada 2030.
Menurut Agus, rencana ini sesuai dengan peta jalan pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai yang sudah disepakati pemerintah.
"Peta jalan ini menguraikan langkah-langkah kunci dalam pengembangan komponen vital seperti baterai, motor listrik, dan converter dalam upaya mewujudkan kendaraan listrik yang lebih efisien. Salah satu yang ingin dicapai pada 2030 adalah kendaraan listrik yang memiliki efisien tinggi dan local content sekitar 80 persen," ucap Agus, Sabtu (8/9/2023).
Ini dapat dicapai bila Indonesia mengikuti tren global EV yang diperkirakan mencapai 55 juta unit pada 2024 mendatang. Penggunaan EV untuk mobilitas harian di Indonesia juga ikut meningkat yang membuat dorongan permintaan atas baterai berbahan lithium.
Selain itu, target 2030 tersebut dapat dicapai dengan menetapkan kebijakan progresif. Salah satunya dengan pemberian stimulus fiskal dan insentif.
Selain itu ada juga dorongan penggunaan mobil listrik untuk harian bagi entitas pemerintahan pusat dan daerah.
Ada dua program utama pemerintah untuk meningkatkan penggunaan EV. Pertama memberikan bantuan pembelian KBLBB roda dua yang memiliki TKDN 40 persen.
Kedua memberikan potongan PPN DTP 5-10 persen untuk EV roda empat dan bus listrik tergantung komponen lokal yang dimiliki.
Tetapkan Target
Kemenperin juga bekerja sama dengan produsen baterai seperti Indonesia Battery Corporation. Saat ini terdapat sekitar 50 perusahaan yang mengembangkan EV di Indonesia dengan total investasi lebih dari USD 200 juta atau Rp3 triliun.
Pemerintah telah menetapkan target satu juta kendaraan EV roda empat di 2035. Selain itu target 12 juta unit kendaraan listrik roda dua maupun tiga beroperasi di 2025. Target ini mampu mengurangi emisi hingga lebih dari 10 juta ton.
"Pemerintah optimistis target tersebut dapat tercapai. Kami menyambut baik industri yang berminat memanfaatkan insentif yang tersedia dalam pengembangan kendaraan EV di Indonesia," ucap Agus.
Sumber: Oto.com
Advertisement