Aturan Biaya Baru Unity Engine Picu Protes dari Developer Game

Penyedia game engine Unity membuat kebijakan biaya baru yang membuat tidak sedikit developer game protes.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 17 Sep 2023, 09:00 WIB
Ilustrasi game engine Unity (Unity)

Liputan6.com, Jakarta - Penyedia layanan game engine Unity bikin banyak developer game murka. Alasannya, perusahaan itu baru saja mengumumkan kebijakan terkait pembayaran terbarunya pada hari Selasa awal pekan ini.

Unity mengumumkan pada 1 Januari 2024, mereka akan menerapkan skema pay-per-download, yang akan membebankan biaya tetap kepada pengembang, setiap kali gim yang menggunakan software Unity diinstal.

"Kami memperkenalkan Unity Runtime Fee yang didasarkan pada setiap kali game yang memenuhi syarat diunduh oleh pengguna akhir," kata perusahaan dalam blog-nya.

Menurut perusahaan, hal itu dilakukan karena setiap kali sebuah game diunduh, maka Unity Runtime juga dipasang.

"Kami juga percaya biaya awal berbasis instalasi memungkinkan pembuat konten untuk mempertahankan keuntungan finansial yang berkelanjutan dari keterlibatan pemain, tidak seperti bagi hasil," kata mereka.

Prosesnya, sebelum gim dikenakan pembayaran baru, mereka harus memenuhi ambang batas pendapatan dan unduhan tertentu, berdasarkan paket langganan Unity mana yang dibayar pembuat.

Mengutip dari The Verge, Minggu (17/9/2023), biaya tersebut masih dibagi lagi tergantung di mana game ini dibeli.

Jadi, gim yang dibeli di Amerika Serikat, Inggris, atau pasar "standar" lain, akan memiliki biaya yang lebih tinggi dibandingkan pasar "berkembang" seperti India atau China.

Mereka yang menggunakan Unity Personal dan Unity Plus, akan dikenakan biaya baru jika menghasilkan USD 200 ribu USD |(Rp 3,07 miliar) atau lebih dalam 12 bulan terakhir, serta memiliki setidaknya 200 ribu instalasi.

Kemudian syarat untuk pengguna Unity Pro dan Unity Enterprise adalah penghasilan USD 1 juta(Rp 15 miliar) selama 12 bulan terakhir dan 1 juta instalasi.

 Jumlah instal per bulan  Unity Personal dan Plus  Unity Pro  Unity Enterprise
 1–100.000  USD 0,20 (sekitar Rp 3.000) per instal     USD 0,15 (sekitar Rp 2.300) per instal  USD 0,125 (sekitar Rp 1.920) per instal 
 100.001–500.000  USD 0,075 (sekitar Rp 1.100) per instal  USD 0,06 (sekitar Rp 922) per instal
 500.001–1.000.000  USD 0,03 (sekitar Rp 460) per instal  USD 0,02 (sekitar Rp 300) per instal
 1.000.001+  USD 0.02 (sekitar Rp 300)  per instal  USD 0,01 (sekitar Rp 154) per instal

Namun, untuk pasar negara-negara "berkembang" Unity memberikan kebijakan berbeda, di mana biayanya adalah USD 0,02 (Rp 307) per instal untuk Unity Personal dan Plus.

Sementara untuk biaya negara berkembang Unity Pro adalah USD 0,01 (Rp 153) per instal dan USD 0,005 (Rp 76) per instal untuk Unity Enterprise.


Kekhawatiran Developer Game

ilustrasi Among Us | dari innersloth

Pengumuman perusahaan tersebut juga memuat berita kalau Unity tidak lagi menawarkan tingkat langganan Unity Plus.

"Unity Plus akan dihentikan untuk pelanggan baru efektif hari ini, 12 September 2023, untuk menyederhanakan jumlah paket yang kami tawarkan," tulis Unity.

"Pelanggan lama tidak perlu mengambil tindakan segera dan akan menerima email pertengahan Oktober dengan tawaran untuk meningkatkan ke Unity Pro, selama satu tahun, dengan harga Unity Plus saat ini."

Berita ini mendapatkan protes dari komunitas developer game. Keluhan utamanya adalah kebijakan ini bakal sangat merugikan para pengembang solo, indie, mobile, dan yang kurang disorot.

Kekhawatiran lainnya adalah Unity menilai biaya ini didasari jumlah instalasi sebuah game, tanpa mempertimbangkan alasan lain, legal atau ilegal, atau tanpa adanya banyak pembelian.

Game bajakan, demo, game yang diunduh di beberapa perangkat, dan game yang ditawarkan pada layanan berlangganan seperti Game Pass juga ditakutkan berpotensi terkena dampak biaya baru ini.

Selain itu, ada kekhawatiran bahwa seseorang dapat menggunakan informasi ini untuk terus-menerus mengunduh dan mengunduh ulang game sebagai bentuk protes atau kekecewaan.

Pengembang Cult of the Lamb, Massive Monster, seperti dikutip dari Gamerant, bahkan mengancam bakal menghapus game mereka pada 1 Januari 2024, sebagai bentuk protes terhadap langkah ini.

"Beli Cult of the Lamb sekarang, karena bakal kami hapus 1 Januari," tulis Massive Monster di X.

Proggramer Innersloth Forest Willard, kepada IGN, juga mengatakan bahwa mereka "menarik Among Us untuk sementara waktu” di atas meja sementara pengembang mencari solusi.

"Kami beruntung memiliki sumber daya sehingga kami dapat menukar mesin dan saya tidak melihat alasan untuk tidak membayar apa pun kepada Unity saat kami melakukannya,” kata Willard.

"Saya benar-benar berharap mereka akan mundur, tapi sejujurnya mereka harus takut betapa besarnya kepercayaan yang mereka bakar dengan manuver apa pun ini."


Klarifikasi Unity

Ilustrasi anak bermain game (Dok: TotallyAwesome)

Meski begitu, melalui pengumuman lanjutan, Unity memberikan penjelasan lebih lanjut soal kebijakan ini. Melalui akun X-nya, mereka juga menegaskan 90 persen pelanggan tidak akan terpengaruh perubahan ini.

"Pelanggan yang akan terkena dampak umumnya adalah mereka yang telah mengalami peningkatan besar dalam hal pengunduhan dan pendapatan serta telah mencapai ambang batas jumlah pemasangan dan pendapatan kami."

"Hal ini berarti biaya yang rendah (atau tidak sama sekali) bagi pembuat konten yang belum mencapai kesuksesan, dan biaya satu kali saja bagi mereka yang sudah mencapai kesuksesan," kata perusahaan.

Perusahaan juga mengatakan mereka tidak akan mengenakan biaya untuk re-install atau instal palsu, di mana yang terakhir akan dicurigai sebagai penipuan atau bot.

Biaya uji coba, demo, dan pemasangan otomatis, juga tidak dihitung dalam jumlah pemasangan. Namun, untuk early access tidak dimasukkan sebagai demo. Game yang bertujuan untuk amal juga diklaim tidak akan dikenakan beban biaya.

Unity Engine sendiri digunakan oleh banyak developer game, termasuk judul-judul besar seperti Genshin Impact, Pokemon GO, Rust, Among Us, hingga Cuphead.

Infografis Bisnis Game di Indonesia (Liputan6.com/Deisy Rika)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya