Liputan6.com, Jakarta - Psikolog Hanna Rahmi menilai, sosok Ganjar Pranowo adalah pemimpin supel dan mudah diterima masyarakat. Dari sisi lain, Ganjar termasuk pribadi ekstrovert, bergaya energik dan mudah berbaur.
“Karakter itulah yang membuat Ganjar dapat dipercaya banyak orang,” kata Hanna saat acara bedah buku ‘Hitam Putih Ganjar, Jejak Kepemimpinan Ganjar Pranowo di Jawa Tengah’'.
Advertisement
Hanna menyebut, hal itu menjadi modal Ganjar untuk menciptakan kepemimpinannya yang transformasional. Sehingga mampu meng-influence masyarakat untuk mengikuti dan membuatnya banyak dikagumi.
“Ganjar bisa menjangkau semua kalangan ataupun kelompok masyarakat, muda, tua, laki-laki, perempuan, itu yang membuat seorang Ganjar Pranowo itu disenangi dan dikagumi. Tidak hanya mereka yang berusia dewasa, tapi juga anak-anak, remaja, dan ibu-ibu,” yakin dia.
Hanna memastikan, karakteristik tersebut adalah modal berharga bagi Ganjar untuk bisa menjadi pemimpin masa depan yang mampu merangkul seluruh kalangan masyarakat. Apalagi, Ganjar juga mempunyai filosofi jawa ‘Dipangku Mati’ sehingga dia mampu merangkul semua kalangan.
“Itu modal utama untuk menjadi pemimpin,” beber Hanna.
Jateng Jadi Provinsi Paling Toleran
Sementara itu, Pakar Ideologi Nasional Sudhamek menyebut akibat gaya kepemimpinan Ganjar, Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi paling toleran di Indonesia.
Seperti diketahui, Ganjar membawa Provinsi Jateng mendominasi 10 kota paling toleran di Indonesia versi SETARA Institute. Adapun kota di Jateng yang termaktub dalam raihan itu adalah Salatiga, Surakarta, Semarang, dan Magelang.
“Beliau merawat toleransi dengan baik sekali. Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi dengan toleransi terbaik. Itu yang harus terus dilakukan di tingkat nasional dengan tanggung jawab yang lebih besar lagi,” Sudhamek menandasi.
Sebagai informasi, selain Hanna dan Sudhamek, turut hadir sejumlah narasumber bedah buku yakni Pakar Administrasi dan Kebijakan Publik Agung Firman Sampurna, Pengamat Politik Fahry Ali, Dosen dan Akademisi FISIPOL UGM Ari Dwipayana, hingga Sejarawan Asvi Warman Adam.
Advertisement