Liputan6.com, Jakarta PT MRT Jakarta akan melakukan sejumlah strategi untuk memaksimalkan jumlah penumpang. Salah satunya dengan meluncurkan angkutan pengumpan atau feeder untuk antarjemput karyawan.
Saat ini, jumlah penumpang MRT Jakarta terus mengalami peningkatan. Misalnya pada awal tahun 2023 terdapat 81 ribu penumpang dan meningkat menjadi 95,5 ribu per hari pada Juli 2023.
Advertisement
Direktur Operasi dan Pemeliharaan MRT Jakarta Muhammad Effendi menyatakan, nantinya feeder akan menyasar sejumlah perumahan di wilayah Jakarta Selatan. Misalnya di daerah Pondok Cabe untuk diantarkan ke Stasiun MRT Lebak Bulus.
Feeder tersebut, kata Effendi, untuk memenuhi permintaan masyarakat yang terkendala transportasi penghubung jika ingin ke Stasiun MRT Jakarta.
"Jadinya, kita jemput dengan mobil yang bersih. Cuma bayar Rp5 ribu, kami ada 33 titik. Kami mau bantuin agar Jakarta Selatan enggak macet," kata Effendi di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Rabu (30/8/2023).
Selain itu, Effendi menyatakan pihaknya juga terus melakukan sejumlah kerja sama dengan berbagai acara di Jakarta. Mulai dari penyelenggara acara atau event hingga pusat perbelanjaan.
"Kemarin pas ada Blackpink, kami minta pengelola untuk sosialisasi agar penonton tidak naik kendaraan ke Gelora Bung Karno. Dari situ lumayan bisa meningkatkan jumlah penumpang sebanyak 33 persen," ucap Effendi.
Selain itu, kata Effendi, strategi lain yang diupayakan yakni rencana penerapkan tarif fleksibel khususnya pada pagi dan jam nonsibuk.
Untuk skema usulan untuk tarif fleksibel pada jam nonsibuk pukul 05.00-07.00 WIB, 09.00-17.00 WIB, dan 19.00-24.00 WIB dikenakan tarif Rp 2ribu - Rp 8ribu. Lalu jam sibuk pukul 07.00-10.00 WIB dan 17.00-19.00 WIB dikenakan tarif normal Rp 3ribu-Rp 14ribu.
Untuk saat ini tarif yang dibayarkan penumpang MRT Jakarta sebesar Rp 3ribu-Rp 14ribu pada jam operasional pukul 5.00-24.00 WIB.
MRT Jakarta Menciptakan Gaya Hidup
Head of Customer Engangement Division MRT Jakarta Muchamad Iqbal Bimo menyatakan, terdapat sejumlah strategi MRT Jakarta untuk menarik penumpang. Salah satunya yaitu mengubah posisi layanan dari perspektif penumpang. Yaitu dari yang berfokus pada stasiun dan penyedia layanan transportasi menuju penciptaan gaya hidup.
"MRTJ sebagai penggerak gaya hidup perkotaan untuk meningkatkan kualitas hidup dan mobilitas sebagai penggerak ekonomi bagi kawasan TOD sekitarnya," kata Bimo.
Lanjut Bimo, gaya hidup yang dimaksud yakni masyarakat dapat beraktivitas dengan berbagai acara atau kegiatan di sekitar stasiun MRT Jakarta. Hal tersebut dilakukan melalui kerja sama payment loyalty, berbagai agenda atau event, kemitraan promo dengan pusat belanja, bioskop, UMKM sekitar stasiun, berbagaai lokasi wisata yang bekerjasama dengan MRT, angkutan feeder, hingga memperpendek akses menuju lokasi hunian.
"Strategi ini berkontribusi 35,3 persen dari total ridership, angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan kontribusi program pull di metro global lainnya yang berkontribusi 5-10 persen," ucap dia.
Pengamat Tata Kota, Yayat Supriyatna meminta agar MRT Jakarta dapat memetakan berbagai pusat keramaian di sepanjang jalur Ratangga. Sebab tak semua wilayah sekitar stasiun MRT ramai. Kata Yayat, hal tersebut guna meningkatkan kenaikan penumpang.
"Ini menjadi tugas tim TOD MRT Jakarta, bagaimana menghidupkan stasiun. Melihat m-Bloc yang ramai setelah dikembangkan sebagai pusat kuliner, di stasiun lainnya juga bisa dikembangkan keramaian," jelas Yayat.
Advertisement