Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penghimpunan dana dari penerbitan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) dan rights issue mencapai Rp 123,9 triliun hingga Jumat 15 September 2023.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, telah diterbitkan 76 emisi dari 50 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 86,6 triliun hingga 15 September 2023.
Advertisement
Sampai dengan periode tersebut terdapat 18 emisi dari 13 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline dari berbagai sektor. Adapun yang dimaksud antara lain tiga perusahaan dari sektor basic materials, satu perusahaan dari sektor non-cyclicals, dua perusahaan dari sektor energi, tiga perusahaan dari sektor keuangan, satu perusahaan dari sektor perawatan kesehatan, dua perusahaan dari sektor industri dan satu properti dan real estate.
Sementara itu, untuk rights issue, per 15 September 2023 telah terdapat 26 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan right issue dengan total nilai Rp 37,3 triliun.
Kemudian, masih terdapat 24 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI dengan rincian sektor sebagai berikut, satu perusahaan dari sektor basic materials, delapan perusahaan dari sektor consumer cyclicals, empat perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals, serta empat perusahaan dari sektor energi.
Selain itu, ada lima perusahaan dari sektor keuangan, satu perusahaan dari sektor infrastruktur dan satu perusahaan dari sektor transportasi logistik.
29 Perusahaan Antre IPO di BEI, 8 Punya Aset Jumbo
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Adapun sampai dengan 15 September 2023, terdapat 66 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO 66 emiten itu mencapai Rp 49,4 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini ada 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI.
Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor consumer non-cyclicals.
"Hingga saat ini, terdapat 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Sabtu (16/9/2023). Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 8 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar.
Kemudian 18 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 3 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
5 Perusahaan dari sektor basic materials
3 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
6 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
2 Perusahaan dari sektor energy0 Perusahaan dari sektor financials
2 Perusahaan dari sektor healthcare2 Perusahaan dari sektor industrials
3 Perusahaan dari sektor infrastructures
1 Perusahaan dari sektor properties & real estate
3 Perusahaan dari sektor teknologi
2 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Advertisement
Catatan OJK: 59 Perusahaan Siap Debut di Bursa, Incar Dana Rp 12,47 triliun
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencermati penghimpunan dana di pasar modal terus melanjutkan kenaikan. Hingga 31 Agustus 2023, total penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp 172,38 triliun dari berbagai instrumen.
Sementara, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan masih terdapat 94 rencana penawaran umum dalam pipeline OJK.
"Di pipeline masih terdapat 94 rencana penawaran umum dengan perkiraan nilai sebesar Rp 43,43 triliun," terang Inarno dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil RDK Bulanan Agustus 2023, Selasa (5/9/2023).
Jika dirinci, terdapat 59 perusahaan dalam pipeline IPO dengan dana dibidik sekitar Rp 12,47 triliun. 9 perusahaan bakal gelar PUT dengan senilai Rp 4,99 triliun, 9 perusahaan terbitkan EBUS senilai Rp 12,51 triliun, dan 17 perusahaan untuk PUB EBUS senilai Rp 13,46 triliun.
Minat penghimpunan dana di pasar modal sejalan dengan kondisi pasar saham yang dinilai masih resilien hingga akhir Agustus 2023. Per 31 Agustus 2023, indeks harga saham gabungan (IHSG) sampai dengan 31 Agustus 2023 menguat sebesar 0,32 persen mtd ke level 6.953,26 dibandingkan Juli 2023 yaitu sebesar 6.931,36, Non-resident mencatatkan outflow sebesar Rp 20,10 triliun mtd, utamanya akibat transaksi crossing per Juli 2023 inflow Rp 2,72 triliun mtd.
Penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terbesar itu pada Agustus 2023 dicatatkan oleh saham di sektor barang baku dan infrastruktur
"Secara year to date, IHSG menguat sebesar 1,50 persen dengan non-residen membukukan net sell Rp 1,18 triliun, dibandingkan Juli 2023 itu masih net buy sebesar 18,92 triliun ytd," beber Inarno.
Adapun dari sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham pada Agustus 2023 itu menjadi 11,20 triliun mtd, dan juga Rp 10,38 triliun ytd. Dibandingkan Juli sebesar Rp 9,66 triliun mtd atau Rp 10,24 triliun ytd.