Liputan6.com, Jakarta - Tepat hari ini tahun 1961, jenazah Sekretaris Jenderal PBB Dag Hammarskjold berhasil ditemukan dan diidentifikasi di antara puing-puing pesawat yang jatuh di kota Ndola, Rhodesia Utara, Zambia.
Pria asal Swedia itu semula dijadwalkan berada di Ndola untuk melakukan pembicaraan damai menyusul bentrokan antara pasukan penjaga perdamaian PBB dan pasukan yang berjuang untuk kemerdekaan di provinsi Katanga, Kongo yang memisahkan diri.
Advertisement
Hanya ada satu orang yang selamat dari pesawat tersebut. Sementara, 12 jenazah lainnya telah ditemukan, demikian dikutip dari BBC, Senin (18/9/2023) untuk Today In History Global.
Korban selamat, Sersan Harold Julian, anggota Pasukan Keamanan PBB Amerika Serikat, masih dalam kondisi kritis kala itu.
Dia mengatakan kepada tim penyelamat bahwa Hammarskjold telah memerintahkan pesawat untuk mengubah arah dan terbang ke tujuan baru sebelum mendarat. Tak lama kemudian terjadi ledakan di pesawat, disusul beberapa ledakan kecil lainnya.
Pesawat itu sedianya mendarat di Ndola pada malam hari.Pesawat tersebut sempat melakukan kontak dengan menara pengatur lalu lintas udara, meminta izin untuk mendarat, kemudian mengubah arah pada menit terakhir dan berbelok ke utara.
Hammarskjold sedang berada di ibu kota Kongo, Leopoldville, untuk membahas rincian bantuan PBB dengan pemerintah ketika dia mengetahui pecahnya pertempuran baru.
Dia menaiki DC6 untuk terbang ke Ndola untuk melakukan pembicaraan tatap muka dengan Moise Tshombe, gubernur provinsi Katanga.
Kontak terakhir adalah pesan ke menara pengatur lalu lintas udara di Ndola tak lama setelah tengah malam.
Ketika pesawat Hammarskjold tidak tiba tepat waktu, pemeriksaan dilakukan di kota-kota Kongo dan Rhodesian untuk berjaga-jaga jika pesawat tersebut mengubah rute.
Puing-puing pesawatnya terlihat segera setelah siang hari. DC6 rupanya menabrak pepohonan, menghantam tanah dan hancur.
Para Pemimpin Dunia Beri Penghormatan untuk Hammarskjold
Penghormatan telah diberikan kepada Hammarskjold dari para pemimpin dunia.
Presiden John F Kennedy mengatakan, namanya akan "dihargai tinggi di antara para pembawa perdamaian dalam sejarah".
Perdana Menteri Inggris Harold Macmillan kala itu mengatakan dunia akan "berduka atas kehilangan seorang pengabdi yang menjalankan tugasnya dengan keberanian, keteguhan hati, dan pengabdian".
Meninggalnya Sekretaris Jenderal PBB membuat PBB menghadapi krisis suksesi yang merupakan titik kritis dalam sejarahnya. PBB di bawah kepemimpinan Hammarskjold telah berkomitmen untuk melakukan intervensi bersenjata di Kongo – meskipun ada tentangan dari Soviet.
Advertisement