Lawan Islamofobia, Presiden Jerman: Islam Bagian dari Negara Kami

Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier memberikan pernyataan positif tentang kehadiran Islam di Jerman.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Sep 2023, 09:17 WIB
Muazin Mustafa Kader mengumandangkan adzan di Masjid Pusat Cologne di Cologne, Jerman, Jumat (14/10/2022). Panggilan Azan untuk pertama kali dikumandangkan dari salah satu masjid terbesar Jerman di Cologne pada Jumat - tetapi dengan volume terbatas. Ini adalah bagian dari proyek yang disepakati dengan pihak berwenang di kota yang memiliki salah satu komunitas Muslim terbesar di negara itu. (AP Photo/Martin Meissner)

Liputan6.com, Berlin - Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier memberikan pernyataan yang tegas untuk melawan Islamofobia. Ia berkata bahwa Islam merupakan bagian dari Jerman juga.

Statement Presiden Jerman itu diberikan di tengah mencuatnya rasisme dan Islamofobia di Jerman. Penyebabnya adalah propaganda dari grup kanan jauh dan partai-partai yang menggunakan krisis pengungsi untuk menambah ketakutan soal imigran.

"Islam, agama Muslim, kehidupan Muslim, kultur Muslim telah berakar di negara kita," ujar Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier seperti dilansir Anadolu, Senin (18/9/2023).

Ia memberikan ucapan itu pada acara peringatan 50 tahun berdirinya Asosiasi Pusat Budaya Islam di Cologne. Presiden Jerman menyebut ada lima juta orang Muslim di negaranya.

"Hari ini keberagaman Islam, keberagaman lebih dari lima juta Muslim, adalah bagian dari negara kami," tegasnya.

Terkait posisi agama di pemerintah Jerman, Presiden Frank-Walter Steinmeier berkata Jerman adalah negara netral dan memiliki kebebasan beragama, tetapi bukan berarti Jerman tidak memiliki agama.

"Itu artinya memberikan agama ruang dan melindungi kebebasan para penganutnya, semua penganut," ujarnya.

Aliansi anti-Islamofobia di Jerman (Alliance Against Islamophobia and Muslim Hostility) menyebut pada 2022, ada 898 insiden anti-Muslim yang terjadi di Jerman. Kasus-kasus yang tidak dilaporkan pun juga banyak.

Pada laporan aliansi tersebut, ada 500 serangan verbal, termasuk hinaan hingga ancaman-ancaman kekerasan. Surat-surat itu juga mengandung simbol Nazi.

Ada pula 190 kasus diskriminasi dan 167 "tindakan menyakitkan" yang terjadi. Selain itu, ada tiga serangan api dan 44 kasus perusakan properti. Anak-anak hingga wanita hamil juga tak luput dari aksi negatif tersebut.

Korban kerap tidak melapor aksi Islamofobia itu karena kurangnya kepercayaan kepada pihak berwajib, serta peliputan media yang kurang luas.

Saat ini, Jerman memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa setelah Prancis.


Lindungi Umat, MUI Dorong Payung Hukum Anti-Islamofobia Bisa Terwujud

Mantan pesepakbola Timnas Jerman Mesut Ozil berdoa usai melaksanakan Sholat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (27/5/2022). Dalam kunjungannya ke Indonesia, mantan pesepakbola Timnas Jerman tersebut menyempatkan Sholat Jumat di Masjid Istiqlal. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebelumnya dilaporkan, Sekretaris Jenderal (Sekjen) MUI Buya Amirsyah menjelaskan, Islamofobia adalah bentuk kebencian atau ketakutan yang tidak logis terhadap agama Islam. Dampaknya, dapat menimbulkan kegaduhan di ranah publik hingga masuk dalam kategori penistaan/penodaan agama.

Hal itu disampaikan Buya Amirsyah saat menjadi pembicara diskusi internasional bertema “Memerangi Islamofobia dan Membangun Perdamaian di ASEAN" yang dihelat oleh Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Majelis Ulama Indonesia (HLNKI MUI).

“Dalam pemikiran Islam, fobia dapat diartikan sebagai ketakutan yang tidak wajar terhadap umat Islam. Jadi Islamofobia hanya bisa menjadi ketakutan yang berlebihan terhadap Islam,” ujar Buya Amirsyah saat diskusi hybrid di Aula Buya Hamka MUI Jakarta, seperti dikutip dari siaran pers diterima, Senin (7/8/2023).

Buya Amirsyah mengatakan, cara melawan Islamofobia adalah dengan persatuan umat Islam dan menyusun strategi solusi tepat. Salah satunya, adalah mengajak ilmuwan di seluruh dunia untuk berpikir rasional dan menolak berbagai kekhawatiran, ketakutan, agar kita bisa hidup bersama dengan aman dan damai.

"Saat para cendikiawan dan ilmuwan bersatu melawan gerakan tertentu maka terbangunlah sebuah peradaban dunia yang maju serta mengemban misi kemanusiaan yang bermartabat," yakin dia.

Infografis 6 Tips Bantu Anak Terbiasa Pakai Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya