Ramalan Harga Emas Dunia, Terjun Bebas atau Makin Mahal?

Harga emas saat ini diombang-ambing oleh tarik-menarik antara bias kebijakan moneter hawkish The Federal Reserve (The Fed), serta potensi risiko yang terus membayangi pasar.

oleh Septian DenyMaulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 18 Sep 2023, 07:30 WIB
Harga emas saat ini diombang-ambing oleh tarik-menarik antara bias kebijakan moneter hawkish The Federal Reserve (The Fed), serta potensi risiko yang terus membayangi pasar. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Harga emas saat ini diombang-ambing oleh tarik-menarik antara bias kebijakan moneter hawkish The Federal Reserve (The Fed), serta potensi risiko yang terus membayangi pasar. Meskipun mempunyai momentum teknis, sejumlah analis menilai harga emas tidak punya cukup dorongan untuk mendobrak di atas level USD 1.980 per troy ons.

Pekan kemarin, harga emas berjangka pengiriman Desember diperdagangkan pada USD 1.945,60 per troy ons, tidak banyak berubah dari penutupan Jumat sebelumnya. Ini merupakan pekan keempat berturut-turut dimana harga emas berakhir pada hari Jumat tepat di bawah resisten awal, mendekati USD 1,950 per troy ons.

Mengutip Kitco News, Senin (18/9/2023), tarik ukur harga emas dunia akan terlihat jelas pekan ini, ketika The Fed merilis putusan kebijakan moneter terbaru dan memperbarui proyeksi ekonomi.

Bank Sentral AS tersebut memang diperkirakan tidak akan menaikan suku bunga pada pekan ini, namun Ketua The Fed Jerome Powell diperkirakan akan mempertahankan sikap hawkish terhadap kebijakan moneter.

"Apa yang dilakukan Powell terkesan hawkish lantaran pejabat The Fed tidak akan menutup kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut," kata analis suku bunga di TD Securities.

CME FedWatchTool menunjukkan bahwa pasar saat ini melihat peluang sekitar 60 persen terkait suku bunga tetap tidak berubah sepanjang sisa tahun ini. Namun, ekspektasi pasar ini relatif fluktuatif dan dapat berubah dengan cepat.

Pergerakan Harga Emas

Kendati wacana Powell dapat membatasi pergerakan emas, para analis menilai bahwa kebijakan moneter telah kehilangan efektivitasnya.

"Pesan keseluruhan di antara bank-bank sentral global adalah bahwa kenaikan suku bunga akan segera berakhir. Hal ini merupakan bullish (penguat) bagi emas," ujar Analis Pasar Senior OANDA, Edward Moya.

Kepala Strategi Pasar SIA Wealth Management Colin Cieszynski mengatakan, emas akan mengalami kesulitan untuk menembus harga di atas USD 1.980 per troy ons jelang pertemuan bank sentral AS. Namun, dia memandang pasar tampaknya akan mengalami pemantulan teknis.

 


Harga Emas Tertahan

Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Meskipun harga emas tertahan dalam jangka pendek, Cieszynski menilai prospek bullish jangka panjangnya masih tetap kuat. Pasalnya, The Fed tengah dihadapi tuntutan pekerja otomotif yang meminta kenaikan upah besar untuk memerangi inflasi.

"Pada akhirnya, bank sentral menghadapi masalah. Inflasi upah terus meningkat. Masalah inflasi tidak kunjung selesai dan itulah yang mendasari emas," ungkapnya.

Sementara pakar logam mulia di Gainesville Coins, Everett Millman, menganggap bahwa ketahanan emas tengah memperlihatkan potensinya. Mengingat kebijakan moneter The Fed dan pergerakan kurs dolar AS saat ini, harga emas semustinya berada di bawah USD 1.900 per troy ons.

 


Kondisi Ekonomi Global

Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

"Kurangnya kejelasan mengenai kondisi perekonomian global terus mendukung harga emas. Ada bahan bakar yang bisa menjaga harga emas tetap di atas USD 1.900, namun hal tersebut tidak cukup untuk mendorong harga lebih tinggi," sebutnya.

Tak hanya The Fed dan Amerika saja, pasar juga tengah menanti kebijakan moneter yang dikeluarkan Bank of England, Bank of Japan, dan Swiss National Bank.

Investor menaruh perhatian terhadap permintaan emas di Jepang sejalan dengan pelemahan yen yang mendorong rekor permintaan domestik terhadap logam mulia tersebut. Emas saat ini diperdagangkan mendekati rekor tertinggi terhadap yen di atas ¥ 284,000. Sementara harga emas batangan fisik juga bertahan di dekat level tertinggi sepanjang masa.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya