Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan penyedia game engine, Unity, pekan lalu terpaksa menutup kantor mereka dan membatalkan pertemuan karyawan atau town hall, usai adanya ancaman pembunuhan.
Ancaman ini terjadi beberapa hari usai awal pekan lalu, Unity mengumumkan aturan biaya baru untuk game-game yang menggunakan Unity Engine mereka.
Advertisement
Dalam laporan Bloomberg, seperti dikutip dari The Verge, Selasa (19/9/2023) CEO Unity John Riccitiello awalnya dijadwalkan berbicara di depan karyawan pada Kamis pagi pekan lalu waktu setempat.
Namun, pertemuan perusahaan harus dibatalkan dan dua kantor Unity di San Fransisco dan Austin, harus ditutup karena dugaan ancaman pembunuhan ini.
Mengutip Gamerant, Unity juga sudah menghubungi pihak kepolisian untuk mengatasi masalah ini.
Riccitiello merupakan tokoh yang kontroversial di industri game. Sebelumnya, ia menjabat sebagai CEO EA, saat perusahaan menambahkan monetisasi loot box ke FIFA 09.
Dia juga menjadi pemberitaan usai mengatakan developer "idiot", karena beberapa pengembang enggan untuk memperkenalkan skema monetisasi di awal proses pembuatan game.
Ada juga klip yang ramai di publik dari Riccitiello yang berbicara selama laporan pemegang saham, tentang membebankan biaya satu dolar kepada pemain Battlefield untuk mengisi ulang senjata mereka.
Ia juga dilaporkan menjual 2.000 saham Unity, tepat sebelum perusahaan mengumumkan berita biaya baru ini, dengan harga saham mengalami penurunan yang signifikan setelahnya.
Di 2023 juga, Unity memberhentikan ratusan karyawannya, serta berencana untuk mengurangi jumlah kantor mereka hingga setengah dari sekarang, turun dari 58 menjadi 30.
Kontroversi Aturan Biaya Baru Unity Engine
Sebelumnya, Unity bikin banyak developer game murka, usai perusahaan itu mengumumkan kebijakan terkait pembayaran terbarunya pada hari Selasa awal pekan lalu.
Unity mengumumkan pada 1 Januari 2024, mereka akan menerapkan skema pay-per-download, yang akan membebankan biaya tetap kepada pengembang, setiap kali gim yang menggunakan software Unity diinstal.
"Kami memperkenalkan Unity Runtime Fee yang didasarkan pada setiap kali game yang memenuhi syarat diunduh oleh pengguna akhir," kata perusahaan dalam blog-nya.
Menurut perusahaan, hal itu dilakukan karena setiap kali sebuah game diunduh, maka Unity Runtime juga dipasang.
"Kami juga percaya biaya awal berbasis instalasi memungkinkan pembuat konten untuk mempertahankan keuntungan finansial yang berkelanjutan dari keterlibatan pemain, tidak seperti bagi hasil," kata mereka.
Prosesnya, sebelum gim dikenakan pembayaran baru, mereka harus memenuhi ambang batas pendapatan dan unduhan tertentu, berdasarkan paket langganan Unity mana yang dibayar pembuat.
Mengutip dari The Verge, Minggu (17/9/2023), biaya tersebut masih dibagi lagi tergantung di mana game ini dibeli.
Jadi, gim yang dibeli di Amerika Serikat, Inggris, atau pasar "standar" lain, akan memiliki biaya yang lebih tinggi dibandingkan pasar "berkembang" seperti India atau China.
Advertisement
Protes dari Pembuat Game
Berita ini mendapatkan protes dari komunitas developer game. Keluhan utamanya adalah kebijakan ini bakal sangat merugikan para pengembang solo, indie, mobile, dan yang kurang disorot.
Kekhawatiran lainnya adalah Unity menilai biaya ini didasari jumlah instalasi sebuah game, tanpa mempertimbangkan alasan lain, legal atau ilegal, atau tanpa adanya banyak pembelian.
Game bajakan, demo, game yang diunduh di beberapa perangkat, dan game yang ditawarkan pada layanan berlangganan seperti Game Pass juga ditakutkan berpotensi terkena dampak biaya baru ini.
Selain itu, ada kekhawatiran bahwa seseorang dapat menggunakan informasi ini untuk terus-menerus mengunduh dan mengunduh ulang game sebagai bentuk protes atau kekecewaan.
Pengembang Cult of the Lamb, Massive Monster, seperti dikutip dari Gamerant, bahkan mengancam bakal menghapus game mereka pada 1 Januari 2024, sebagai bentuk protes terhadap langkah ini.
"Beli Cult of the Lamb sekarang, karena bakal kami hapus 1 Januari," tulis Massive Monster di X.
Proggramer Innersloth Forest Willard, kepada IGN, juga mengatakan bahwa mereka "menarik Among Us untuk sementara waktu” di atas meja sementara pengembang mencari solusi.
"Kami beruntung memiliki sumber daya sehingga kami dapat menukar mesin dan saya tidak melihat alasan untuk tidak membayar apa pun kepada Unity saat kami melakukannya,” kata Willard.
"Saya benar-benar berharap mereka akan mundur, tapi sejujurnya mereka harus takut betapa besarnya kepercayaan yang mereka bakar dengan manuver apa pun ini."
Klarifikasi Unity
Meski begitu, melalui pengumuman lanjutan, Unity memberikan penjelasan lebih lanjut soal kebijakan ini. Melalui akun X-nya, mereka juga menegaskan 90 persen pelanggan tidak akan terpengaruh perubahan ini.
"Pelanggan yang akan terkena dampak umumnya adalah mereka yang telah mengalami peningkatan besar dalam hal pengunduhan dan pendapatan serta telah mencapai ambang batas jumlah pemasangan dan pendapatan kami."
"Hal ini berarti biaya yang rendah (atau tidak sama sekali) bagi pembuat konten yang belum mencapai kesuksesan, dan biaya satu kali saja bagi mereka yang sudah mencapai kesuksesan," kata perusahaan.
Perusahaan juga mengatakan mereka tidak akan mengenakan biaya untuk re-install atau instal palsu, di mana yang terakhir akan dicurigai sebagai penipuan atau bot.
Biaya uji coba, demo, dan pemasangan otomatis, juga tidak dihitung dalam jumlah pemasangan. Namun, untuk early access tidak dimasukkan sebagai demo. Game yang bertujuan untuk amal juga diklaim tidak akan dikenakan beban biaya.
Unity Engine sendiri digunakan oleh banyak developer game, termasuk judul-judul besar seperti Genshin Impact, Pokemon GO, Rust, Among Us, hingga Cuphead.
Advertisement