Liputan6.com, Jakarta - Kasus bully atau perundungan di sekolah kembali terjadi. Kali ini seorang siswi SD di Gresik, Jawa Timur, dikabarkan mata kanannya akibat perundungan yang dialaminya. Kejadiannya bahkan bisa dibilang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, yaitu ditusuk tusukan cilok atau bakso.
Dilansir dari aku Twitter @TMIHARINI, Sabtu, 16 September 2023, korban adalah seorang anak perempuan berinisial SAH berusia delapan tahun yang merupakan siswi SD kelas 2 di Gresik. SAH saat ini mengalami buta permanen diduga akibat ulah kakak kelasnya yang mencolok matanya dengan menggunakan tusukan cilok atau bakso. Namun belum diketahui dengan pasti apakah pelakunya hanya satu orang atau lebih dari satu orang.
Advertisement
Aksi kekerasan tersebut berawal ketika SAH diketahui tidak memberikan sejumlah uang ketika kakak kelas itu memalak dirinya. Kejadian mengenaskan itu terjadi pada 7 Agustus 2023. Ayah korban yang bernama Samsul Arif saat ini terus berupaya mencari keadilan untuk sang anak karena telah mengalami buta permanen.
Pada saat kejadian, SAH sedang asyik bermain di halaman untuk mengikuti perlombaan dalam rangka merayakan hari kemerdekaan Indonesia. Tapi tiba-tiba ditarik kakak kelasnya dibawa menuju ke sebuah lorong yang berada di antara ruang guru dan pagar sekolah.
Saat itulah korban dipalak dan dimintai uang dengan paksa. Namun karena korban menolak, pelaku akhirnya emosi dan melakukan penganiayaan kepadanya sampai mata sebelah kanannya terluka. Korban yang ketakutan langsung berlari dan membasuh matanya dengan air. Akibat kejadian itu, mata kanan korban terluka parah hingga mengeluarkan darah.
Setelah kejadian itu, korban pulang ke rumah dan mengeluh mata kanannya tidak bisa melihat. Atas kejadian tersebut, sang ayah dan keluarga merasa khawatir dengan kondisi matanya. Ia pun membawa anaknya untuk memeriksakan diri ke rumah sakit Cahaya Giri Bringkang.
Korban Belum Sekolah karena Masih Trauma
Namun, oleh rumah sakit setempat, korban dirujuk lagi ke RS Dr. Soetomo Surabaya dan menjalani pengobatan. Ayah korban, Samsul Arif menuturkan hasil pemeriksaan pihak rumah sakit menyatakan ada syaraf mata putrinya di sebelah kanan yang sudah tidak lagi berfungsi.
SAH yang sudah kembali ke rumah sampai saat ini dikabarkan belum mau masuk sekolah lagi meski sudah mulai beraktivitas seperti biasa.
"Sudah sebulan anak saya tidak sekolah, mata kanannya kalau dilihat seperti normal, tapi sebenarnya tidak bisa melihat karena ditusuk sunduk pentol (cilok). Anaknya masih trauma seperti ketakutan jadi tidak mau bicara banyak," terang Arif pada Sabtu, 16 September 2023, dilansir dari merdeka.com.
Menanggapi kasus tersebut, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik, Herawan Eka Kusuma. mengakui jika pihaknya telah memberikan sanksi terhadap kepala sekolah tempat siswi SD yang menjadi korban kebutaan tersebut. "Sudah kita berikan sanksi. Kepala sekolahnya kita berikan sanksi berupa pembinaan," ujarnya, Minggu, 17 September 2023.
Selain memberikan sanksi, pihaknya juga telah mengubah standar operasional prosedur (SOP) di sekolah. Perubahan itu agar kejadian serupa tidak terulang., Herawan mengatakan, saat ini sudah dilakukan mediasi antara pihak sekolah, Polres Gresik dalam hal ini unit PPA, orangtua korban, komite sekolah dan dinas pendidikan.
Advertisement
Pelaku Perundungan Masih Diburu
Soal pelaku penusukan, Herawan mengaku sampai kini belum mengetahuinya, apakah berasal dari teman satu sekolah maupun dari pihak luar sekolah. "Soal pelaku, masih dilakukan oleh teman-teman polres. Menunggu kabar lebih lanjut," ungkapnya.
Disinggung apakah kasus ini akan berlanjut pada ranah pidana, Herawan tidak mau berspekulasi. Namun, pihaknya akan menunggu hasil dari olah tempat kejadian perkara (TKP) dari polisi. "Menunggu hasil olah TKP polisi. Saya belum berani menyimpulkan kemungkinan itu ada," pungkasnya.
Kejadian itu kabarnya berada di area yang terjangkau CCTV, namun ayah korban mengaku dipersulit untuk mendapatkan rekaman CCTV. Pihak sekolah berdalih CCTV rusak saat hari tersebut.
Pihak sekolah awalnya berjanji menunjukkan rekaman CCTV, sehingga menunda membuat laporan ke polisi. Namun karena tidak juga kunjung memberikan rekaman CCTV, maka pada 28 Agustus 2023 sang ayah melaporkan kasus itu ke Polres Gresik.
Kasus perundungan di sekolah memang masih terus terdengar dari waktu ke waktu. Pada Juli lalu misalnya, seorang siswa membakar sekolahnya di Temanggung karena diduga sering dirundung, dan seorang oknum guru dan murid dikabarkan melakukan tindak bullying hingga membuat korban takut sekolah.
Maraknya kejadian ini, menurut pengamat pendidikan Doni Koesoema, mengindikasi adanya kondisi darurat kasus perundungan di dunia pendidikan Indonesia. "Banyak muncul kasus kekerasan yang tidak masuk akal. Ini saya rasa harus jadi perhatian besar," katanya melalui pesan suara pada Liputan6.com, Rabu, 2 Agustus 2023.
Dosa Besar Pendidikan Indonesia
"Solusi kasus perundungan di sekolah seharusnya lebih menggema dari Merdeka Belajar atau Kurikulum Merdeka yang sebenarnya tidak berdampak sebegitu signifikan. Kasus kekerasan dampaknya langsung ke jiwa dan nyawa anak-anak. Pemerintah harus ambil langkah serius mengatasi ini," tambahnya.
Disebut sebagai salah satu dosa besar pendidikan Indonesia, memberantas kasus bullying berarti harus mencari akar persoalannya, menurut Doni. "Dari fenomena ini, (harus) dibangun sistem yang baik, mulai dari prinsip-prinsip untuk pencegahan, penindakan, sampai implementasi di lapangan,” ujarnya.
"Ini harus dikaji dan didalami. Kalau perlu, ada riset khusus. Tapi, faktanya sampai sekarang, hal ini tidak dilakukan. Yang terjadi, kekerasan demi kekerasan terus muncul. Tidak ada usaha yang secara serius dan sistematis dilakukan untuk mengatasi kasus perundungan di satuan pendidikan."
"Waktu saya diminta membantu penguatan pendidikan karakter di era (Mendikbud) Muhadjir Effendy, itu kami sudah mendesain pendekatan komprehensif, yaitu pelibatan tripusat pendidikan. Pengembangannya mulai dari budaya sekolah, pembelajaran, sampai partisipasi masyarakat," tuturnya.
Ketiganya, sebut Doni, seharusnya dikembangkan, terutama partisipasi masyarakat yang juga berarti peranan orangtua. "Kekerasan ini tidak hanya persoalan internal sekolah-orangtua atau sekolah-masyarakat. Jadi, ekosistemnya mulai dari sistem, pengaturan, (sampai) regulasi, (semua) harus diatur," terangnya.
Advertisement