Perayaan Maulid Nabi Bid'ah? Ini Kata Buya Yahya

Meski Maulid Nabi sudah lazim diadakan setiap tahunnya, ada saja kelompok Islam yang menganggap peringatan tersebut bid'ah. Mereka berargumen karena perayaan Maulid Nabi tersebut tidak ada di zaman Rasulullah SAW.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 20 Sep 2023, 10:30 WIB
Buya Yahya membuka SMP Al-Bahjah An-Nahl di Tangerang, melengkapi sekolah Al-Bahjah tingkat SD, SMP dan SMA yang telah dibangun di Cirebon, Jawa Barat. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)

Liputan6.com, Jakarta - Umat Islam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Di sejumlah daerah, perayaan Maulid Nabi digelar sepanjang bulan Rabiul Awal.

Acara Maulid Nabi diadakan dalam rangka memperingati kelahiran Rasulullah SAW pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah. Saat perayaan dibacakan kitab maulid yang menceritakan kisah-kisah teladan Nabi Muhammad SAW.

Perayaan Maulid Nabi sering digelar di masjid-masjid kampung, sekolah, bahkan instansi pemerintah. Umat Islam bisa semakin mengenal nabinya melalui acara peringatan hari kelahirannya.

Meski Maulid Nabi sudah lazim diadakan setiap tahunnya, ada saja kelompok Islam yang menganggap peringatan tersebut bid'ah. Mereka berargumen karena perayaan Maulid Nabi tersebut tidak ada di zaman Rasulullah SAW. 

Oleh karena itu, muncul sebuah pertanyaan sebagaimana disampaikan salah satu jemaah Al Bahjah kepada KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya. Bagaimana cara Rasulullah SAW memperingati Maulid Nabi?

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Penjelasan Buya Yahya

Buya Yahya (Tangkap Layar Al-Bahjah TV)

Buya Yahya menjelaskan, Rasulullah SAW tidak memperingati dirinya sendiri, tapi Rasulullah SAW menjadi contoh bagi umatnya. Perayaan Maulid Nabi untuk menghadirkan segala sesuatu yang ada pada diri Rasulullah SAW, termasuk akhlak dan perilakunya yang menjadi contoh umat.

“Jadi, semua yang ada pada nabi perlu dihadirkan. Cara menghadirkan semua yang ada pada nabi adalah dengan cara semacam ini (memperingati Maulid Nabi),” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV.

“Sebab yang ditiru nabi adalah semua perilaku gerak-gerik nabi dan itu bukan saja lirikan nabi, bukan saja senyumnya nabi , tapi semua dari nabi. Kalau nabi adalah yang kita peringati, nabi suri tauladan,” jelasnya.

Rasulullah SAW memiliki cara tersendiri untuk memperingati kelahirannya, yakni dengan berpuasa setiap hari Senin. Namun, perayaan Maulid Nabi menurut Buya Yahya bukan memperingati kelahirannya.

"Kelahiran nabi jelas istimewa, tapi kita ingin menghadirkan sunnah nabi di acara-acara semacam ini,” imbuh Buya Yahya.


Mengapa Sahabat Tidak Merayakan Maulid Nabi?

Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)

Menurut Buya Yahya, perayaan Maulid Nabi adalah bagaimana sebuah perkumpulan yang diberi motivasi untuk mengenal, mencintai, dan membela Nabi Muhammad SAW.

“Di saat definisi berubah, jadi berubah, sehingga ada muncul pertanyaan, sahabat saja tidak melaksanakan. Oh sahabat sudah di dalam puncak kecintaan. Kamu gimana cintamu kepada Rasulullah?” tuturnya.

Menurutnya, akan menjadi salah ketika mendefinisikannya tidak tepat. Misalnya, mendefinisikan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak merayakan maulid, tapi umatnya sekarang merayakan.

“Nabi Muhammad itu justru yang dirayakan,” tegas Buya Yahya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya