Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf berceloteh, soal status NU yang ramai digembar-gemborkan oleh tiap-tiap individu yang terlibat langsung pada pesta demokrasi. Celoteh itu disampaikan dia saat menjadi pembicara acara bedah buku hasil karyanya yang berjudul Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama.
“Saya bilang, sekarang ini orang yang mengaku NU saja bisa jadi anggota DPR, bisa jadi bupati, bisa jadi calon. Paling enggak wakil presiden, hanya dengan mengaku NU gitu. Ini leverage (manfaat dari NU) yang luar biasa ini," kata pria akrab disapa Gus Yahya di Kompleks Asrama Haji Jakarta, Selasa (19/9/2023).
Advertisement
Sebagai pemegang mandat ketua umum di PBNU saat ini, Gus Yahya mengaku tidak ambil pusing dengan klaim mereka yang kerap membawa nama besar NU untuk kepentingan politiknya. Sebab menurut dia, sebagai individu yang benar-benar bagian dari NU maka sudah seharusnya dapat ikhlas dan yakin jika posisi NU bisa berkembang lebih baik lagi.
“NU sudah berkembang begitu besar sehingga jadi sumber leverage (manfaat) yang luar biasa,” jelas Gus Yahya.
Sebagai Nahdliyin, lanjut Gus Yahya, keinginan yang berharap bisa dicapai adalah bisa menjadi seorang yang mardhatillah atau semata-mata khusus mencari ridha Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Caranya, adalah taat kepada para guru dan para masyayikh atau alim ulama untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
“Jadi ini soal bagaimana membangun, memelihara dan mengembangkan peradaban yang ikhlas dan sudah diwariskan kepada kita,” dia menandasi.
Namun demikian, Gus Yahya tidak hendak menyingungg siapa pun. Tidak ada nama yang disebut terkait celoteh tersebut.
PBNU Tidak Dukung Salah Satu Capres di Pilpres 2024
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya memastikan organisasinya tidak mendukung salah satu calon presiden untuk pilpres 2024. Dia menyebut, PBNU juga tidak menggelar rapat-rapat yang bertujuan memutuskan dukungan ke capres tertentu.
"Apakah ada rapat membicarakan dukungan kepada calon (presiden) saya pastikan tidak akan ada," kata Gus Yahya di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (15/9/2023).
Dia menerangkan, secara aturan organisasi tidak diperbolehkan pengurus PBNU terlibat politik praktis. Jika terlibat, maka mengkhianati amanat.
"Kenapa? Karena tidak boleh secara norma AD ART dan lain lain tidak boleh. Kalau kami lakukan apa namanya mengkhianati amanat," ujar dia.
Gus Yahya menjelaskan, bila ada pengurus membuat pernyataan politik tidak boleh mengatasnamakan PBNU. Kecuali hal itu menjadi keputusan rapat yang diambil secara permusyawaratan.
Yahya mencontohkan dirinya yang masih bagian dari PKB, tetapi tidak menyeret PBNU terkait sikap politik.
"Saya enggak pernah keluar dari PKB sampai hari ini. Tapi sebagai ketum PBNU saya tidak boleh menyeret NU dalam PKB, partai lain, untuk dukung calon ini itu, karena tidak diperbolehkan oleh norma organisasi," kata dia.
Gus Yahya bercerita bahwa dirinya salah satu yang ikut mendirikan PKB. Bahkan, pembicaraan awal soal PKB bahkan dilakukan di rumahnya di Rembang, Jawa Tengah.
Gus Yahya menyatakan, PBNU tak bisa 'menyuapi' PKB secara politik. Sebab, hubungan PBNU dan PKB tidak spesial, melainkan sama saja dengan kelompok lain.
"PBNU tidak bisa lagi kemudian diharuskan untuk menyuapi partai yang dibentuk ini. Silakan jalan. Berkompetisi dengan yang lain secara rasional. Kami juga persilakan masyarakat untuk menilai partai yang ada secara rasional," tandas dia.
Advertisement