HEADLINE: Waspada Virus Nipah Sebabkan Kematian di India, Antisipasi Indonesia?

India laporkan dua orang meninggal akibat infeksi virus Nipah. Sebagai kebijakan menghadapi infeksi virus Nipah, sejumlah sekolah dan perkantoran di Kerala pun ditutup.

oleh Dyah Puspita WisnuwardaniBenedikta DesideriaFitri Haryanti HarsonoAde Nasihudin Al Ansori diperbarui 20 Sep 2023, 00:00 WIB
Kematian virus Nipah pertama telah dilaporkan di negara bagian Kerala India setelah hampir 3 tahun. (unsplash/todd cravens).

Liputan6.com, Jakarta - Infeksi virus Nipah menyebabkan dua pasien meninggal dunia di Kerala, India seperti disampaikan pemerintah setempat pada Rabu pekan lalu. Virus ini termasuk langka namun menyebabkan infeksi serius.

Sebagai kebijakan menghadapi infeksi virus Nipah, sejumlah sekolah dan perkantoran di Kerala pun ditutup. Tak hanya itu, ratusan warga ikut dites. Langkah ini dilakukan guna mengetahui penyebaran penyakit tersebut. Dari 700 orang yang menjalani tes, 153 di antaranya merupakan pekerja kesehatan.

"Kami fokus melakukan pelacakan pada orang yang melakukan kontak dan terinfeksi. Serta melakukan isolasi pada siapapun," kata Menteri Kesehatan bagian Kerala, Veena George.

Menteri Utama Kerala Pinarayi Vijayan menyatakan, pemerintah menyediakan fasilitas isolasi bagi masyarakat terkait penanganan infeksi virus Nipah India.

Mengutip laman Hindustan Times, kali ini merupakan outbreak keempat virus Nipah di Kerala sejak 2018. Dari orang yang dites, total ada enam kasus yang telah dilaporkan per tahun ini sehingga membuat pemerintah bersiaga seperti ketika pandemi COVID-19. Dengan dua pasien meninggal, maka kasus aktif infeksi virus Nipah turun menjadi 4.

Pemerintah setempat mengambil sampel termasuk dari 61 kontak berisiko tinggi-- di dalamnya ada perawat. Namun hasil tes menunjukkan para kontak berisiko tinggi itu negatif.

Terlepas dari tindakan pembatasan ketat, pemerintah pun fokus pada pengobatan. Pemeritah India telah menghubungi Australia untuk mendapatkan antibodi monoklonal guna pengobatan infeksi virus tersebut.

Apa Itu Virus Nipah?

Virus Nipah adalah virus yang ditularkan dari hewan ke manusia (zoonosis). Virus Nipah termasuk ke dalam genus Henipavirus dan famili Paramyxoviridae.

Penyakit ini dapat ditularkan dari hewan, baik hewan liar atau domestik. Kelelawar buah yang termasuk famili Pteropodidae merupakan host alamiahnya, seperti mengutip lembar keterangan Kementerian Kesehatan RI.


Kasus Infeksi Virus Nipah di Kerala

Infografis Waspada Virus Nipah Sebabkan Kematian di India. (Liputan6.com/Abdillah)

Sebenarnya, infeksi virus Nipah bukan penyakit baru. Infeksi virus ini pertama kali diidentifikasi berdasarkan laporan wabah yang terjadi pada peternak babi di sebuah desa di Sungai Nipah, Malaysia pada tahun 1998-1999. Efeknya berdampak hingga Singapura.

Dari wabah tersebut, dilaporkan 276 kasus konfirmasi dengan 106 kematian.

Sementara itu, outbreak Nipah pertama terjadi di Kerala pada tahun 2018. Sebelum 2018, ada dua wabah Nipah di India, namun keduanya terjadi di Benggala Barat.

Setelah tahun 2018, semua wabah Nipah dilaporkan hanya terjadi di Kerala. Satu kasus dilaporkan di Ernakulam pada tahun 2019. Pada tahun 2021, terjadi kematian akibat Nipah di Kozhikode.

Meski demikian, belum diketahui bagaimana orang pertama terinfeksi Nipah.

"Wabah pertama virus Nipah di Kerala terjadi pada Mei 2018. Terpenting adalah kita masih belum tahu bagaimana kasus utama tertular penyakit ini. Itu adalah aspek utama yang harus kita atasi saat ini," kata Ketua Komite Tetap Kesehatan Masyarakat Asosiasi Medis India Dr A Althaf.

Infeksi pertama menyebar dari alam tetapi tidak diketahui apakah itu berasal dari kelelawar atau hewan lain atau dari buah-buahan.

Mantan Menteri Kesehatan KK Shailaja mengatakan wabah saat ini tidak semengerikan tahun 2018, ketika negara bagian tersebut tidak memiliki pengalaman dalam memerangi infeksi virus Nipah.

 


Virus Nipah dan Gejalanya

Infografis Virus Nipah, Gejala dan Pencegahannya. (Liputan6.com/Abdillah)

Virus Nipah yang ditemukan di Kerala, India teridentifikasi sebagai Indian Genotype atau I-Genotype dan serupa dengan strain yang ditemukan di Bangladesh. Diketahui ada dua macam strain virus Nipah yakni yang berasal dari Malaysia dan lainnya dari Bangladesh.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Profesor Tjandra Yoga Aditama yang pernah menjabat sebagai Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara punya pengalaman tentang penyebaran virus ini. Saat Tjandra ditempatkan di India, ia beberapa kali melihat wabah virus Nipah di negara tersebut.

“Kantor WHO Asia Tenggara itu di India, di India juga beberapa kali ada outbreak Nipah termasuk yang sekarang ada di selatan India namanya Kerala,” ujar Tjandra dalam video wawancara bersama Liputan6 SCTV yang dibagikan ulang kepada Health Liputan6.com, Selasa, 19 September 2023.

Dia memperkirakan, hingga saat ini sudah ada ratusan kasus infeksi virus Nipah di dunia. Negara-negara yang sempat melaporkan kasus tersebut adalah Malaysia, Singapura, India, dan Bangladesh.

Gejala Virus Nipah 

Seseorang yang terinfeksi virus Nipah akan mengalami gejala yang berbeda-beda. Ada yang tanpa gejala (asimptomatis) tapi ada juga yang alami infeksi saluran napas akut (ISPA) hingga ensefalitis fatal.

Seseorang yang terinfeksi awalnya akan mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, mialgia (nyeri otot), muntah, dan nyeri tenggorokan.

Gejala ini dapat diikuti dengan pusing, mudah mengantuk, penurunan kesadaran dan tanda-tanda neurologis lain yang menunjukkan ensefalitis akut.

Beberapa orang pun dapat mengalami pneumonia atopik dan gangguan saluran pernapasan berat. Pada kasus yang berat, ensefalitis dan kejang akan muncul dan dapat berlanjut menjadi koma dalam 24-48 jam hingga kematian.  

Adapun waktu timbul gejala (masa inkubasi) umumnya 4-14 hari setelah terpapar virus Nipah. Akan tetapi, terdapat laporan masa inkubasi hingga 45 hari.


Bagaimana Potensi Penyebaran Virus Nipah di Indonesia?

5 Fakta tentang Virus Nipah yang Perlu Anda Tahu (Independent Birds/Shutterstock)

Ahli epidemiologi Dicky Budiman mengatakan, virus Nipah sangat patogenik atau sangat mungkin menyebabkan penyakit dan berpotensi menimbulkan wabah baik endemi maupun pandemi.

"Potensi (menyebabkan wabah) ini dimiliki karena belum ada obat, belum ada vaksin dan sulit untuk dikendalikan, dikontrol,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, Senin (18/9/2023).

Potensi kematian akibat infeksi virus Nipah juga dinilai tinggi yakni 75 persen.

“Nipah virus ini kematiannya bisa 75 persen possibility-nya, artinya dari empat ya tiga bisa meninggal,” ujar Dicky.

Sedangkan mengenai potensi penyebaran virus Nipah di Indonesia, Dicky menyinggung soal kemampuan deteksi yang masih rendah di Tanah Air. 

“Di Indonesia ya potensinya ada, tapi ini tentu dalam konteks Indonesia cukup sulit karena kemampuan deteksi kita ini masih cukup lemah dalam deteksi infeksi khususnya infeksi baru.”

Pasalnya, sistem deteksi di Indonesia belum diperbaiki dengan memadai sejak pandemi COVID-19. Dan ini menjadi titik lemah atau titik rawan Indonesia sebagai negara yang begitu luas dan kaya akan habitat liar, kata Dicky.

Lalu, jika berbicara di lingkup Asia Tenggara, Dicky melihat potensi penularan virus Nipah cukup besar.

“Sebetulnya penularan di wilayah ASEAN (Asia Tenggara) cukup besar untuk terdeteksinya kasus virus Nipah ini. Karena kelelawar buahnya ada di wilayah kita, artinya potensinya juga terbuka.”

Mengingat potensi tersebut, Dicky mengingatkan bahwa Indonesia perlu memperkuat deteksi.

“Yang harus kita tingkatkan adalah deteksinya. Karena beda dengan Hendra virus, Nipah virus ini sudah bisa ditularkan dari manusia ke manusia dan ini yang membuat Nipah virus ini begitu tinggi potensinya menjadi epidemi atau bahkan pandemi,” jelas Dicky.

 


Indonesia Tingkatkan Kewaspadaan di Pintu-Pintu Masuk Negara

Ilustrasi virus Nipah. (Photo created by rawpixel.com on www.freepik.com)

Indonesia melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pun meningkatkan kewaspadaan di pintu-pintu masuk negara terkait kasus infeksi virus Nipah yang menyebabkan dua orang meninggal dunia di Kerala, India. 

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan bahwa kewaspadaan perlu dilakukan lantaran ada peningkatan kasus virus Nipah di India. Selain itu, negara tetangga pernah pula melaporkan kasus infeksi virus Nipah pada 1998-1999.

"Sebagaimana kita ketahui, Malaysia dan Singapura pernah melaporkan kasus ini di tahun 1998. Juga saat ini, Bangladesh dan India melaporkan peningkatan kasus. Tentunya kewaspadaan kita di pintu masuk negara perlu ditingkatkan," kata Nadia lewat pesan tertulis ke Health Liputan6.com, Selasa 19 September 2023.

Fasilitas kesehatan, termasuk Kantor Kesehatan Pelabuhan, pun sudah diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap orang dengan gejala-gejala potensi virus Nipah. Selain itu memastikan rujukan antar fasilitas kesehatan berjalan lancar.

"Meningkatkan kewaspadaan faskes terkait gejala-gejala potensi virus nipah ini serta juga memastikan rujukan antar faskes," kata Nadia.

Cegah Infeksi Virus Nipah

Nadia juga mengingatkan masyarakat untuk tidak makan daging mentah. Pastikan daging yang dikonsumsi dimasak hingga matang.

Hal ini lantaran penularan virus Nipah bisa terjadi ketika mengonsumsi daging hewan yang terinfeksi virus Nipah. Khususnya yang dimasak kurang matang.

Selain itu, pastikan juga mengonsumsi buah yang tidak terdapat gigitan hewan. Sebab, virus Nipah bisa menular dari cairan tubuh hewan terinfeksi seperti air liur.

"Tidak mengonsumsi buah yang mungkin tercemar dari hewan seperti kelelawar buah yang terinfeksi (virus Nipah)," ujar Nadia.

Hal senada juga disampaikan oleh Tjandra Yoga, “Masalahnya bukan hanya binatangnya saja tapi juga produk yang berhubungan dengan binatang. Misalnya si kelelawar makan buah maka di buah itu juga ada (faktor) penularannya (urine dan liur kelelawar),” ujarnya.

Setelah kelelawar dan babi menularkan virus Nipah ke manusia, maka yang dikhawatirkan selanjutnya adalah penularan dari manusia ke manusia. Ini seperti sifat penyakit zoonosis pada umumnya.

“Seperti flu burung, dari unggas ke manusia dan dari manusia ke manusia lainnya. Hal yang sama juga terjadi pada virus Nipah,” kata Tjandra.

Tidak Semua Penyakit Jadi Pandemi

Tjandra melanjutkan, berbagai penyakit yang muncul tidak semuanya menjadi pandemi. Begitu pula dengan Nipah, perlu ada pemantauan dan pengendalian agar tidak berujung jadi pandemi.

“Jangan selalu mengaitkan kalau ada penyakit baru yang muncul pasti jadi pandemi. Justru itu yang harus diamati, bagaimana penyebaran selanjutnya supaya memang jangan sampai menjadi pandemi,” tutup Tjandra.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya