Bantah Iran Pasok Drone ke Rusia, Presiden Ebrahim Raisi: Kami Menentang Perang Ukraina

Iran tidak hanya diduga mengirimkan drone ke Rusia, namun juga membantu membangun pabrik untuk memproduksinya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Sep 2023, 08:05 WIB
"Saya ingin gunakan kesempatan ini untuk menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Presiden Jokowi atas undangan beliau saya dapat hadir di tengah Anda semua dan berkunjung secara kenegaraan ke Indonesia," ujar Raisi di depan jemaah salat zuhur. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Washington - Presiden Ebrahim Raisi pada Senin (18/9/2023), buka suara tentang posisi negaranya terkait perang Ukraina. Dia juga menjawab tuduhan bahwa Iran memasok senjata ke Rusia.

"Kami menentang perang Ukraina," ujar Presiden Ebrahim Raisi seperti dilansir AP, Rabu (20/9), saat bertatap muka dengan sejumlah eksekutif media di sela-sela Majelis Umum PBB 2023.

Pernyataannya tersebut muncul hanya beberapa jam setelah lima warga Amerika Serikat (AS) yang ditahan di Iran tiba di Qatar. Mereka dibebaskan melalui kesepakatan pertukaran tahanan, di mana salah satu poinnya adalah AS setuju mencairkan aset Iran senilai hampir USD 6 miliar.

Iran tidak hanya diduga mengirimkan drone ke Rusia, namun juga membantu membangun pabrik untuk memproduksinya.

Presiden Ebrahim Raisi mengakui bahwa Iran dan Rusia telah lama memiliki hubungan yang kuat, termasuk kerja sama pertahanan. Namun, dia membantah soal pengiriman senjata setelah perang Ukraina meletus.

"Jika mereka memiliki dokumen yang menunjukkan Iran memberikan senjata atau drone kepada Rusia setelah perang maka mereka harus menunjukkannya," tegas Presiden Ebrahim Raisi.

Sebelumnya, para pejabat AS dan Eropa menyebutkan bahwa banyaknya drone Iran yang digunakan dalam perang Ukraina menunjukkan bahwa aliran senjata tidak hanya terus berlanjut, namun juga meningkat setelah invasi Rusia ke Ukraina dimulai.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Ebrahim Raisi mengulangi tawaran untuk menengahi perang Ukraina dan dia meyakini bahwa kesepakatan pertukaran tahanan Iran-AS membantu membangun kepercayaan di antara dua musuh lama.


Iran: Jangan Terlalu Dekat dengan Israel

Juru Bicara Masjid Istiqlal Abu Hurairah mengatakan, setiba di Masjid Istiqlal, Ebrahim Raisi langsung dibawa ke Ruang VIP untuk mengobrol santai dengan Nasaruddin Umar. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Terlepas dari pernyataannya tentang kepercayaan, sikap Presiden Ebrahim Raisi terhadap AS tetap tegas.

Ebrahim Raisi mengatakan bahwa negaranya menginginkan hubungan baik dengan semua negara tetangga di Timur Tengah, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

"Kami percaya bahwa jika AS berhenti melakukan campur tangan di negara-negara Teluk Persia dan wilayah lain di dunia, serta mengurus urusan mereka sendiri … Situasi negara-negara tersebut dan hubungan mereka akan membaik," tutur Raisi.

Hubungan Iran dengan sejumlah negara kawasan memang pulih belakangan.

Setelah bertahun-tahun, ketegangan Iran-Uni Emirat Arab yang dipicu serangan kapal yang dikaitkan dengan Iran mencair. Peristiwa itu ditandai dengan penunjukan pertama duta besar Iran untuk Uni Emirat Arab setelah hampir delapan tahun absen.

Dengan bantuan China, Iran-Arab Saudi pun membangun kembali hubungan diplomatik mereka yang diwarnai ketegangan akibat sejumlah isu selama bertahun-tahun.

Pada saat bersamaan, Ebrahim Raisi tidak lupa mengingatkan agar negara-negara di kawasan tidak terlalu dekat dengan sekutu AS: Israel.

"Normalisasi hubungan dengan rezim zionis tidak menciptakan keamanan," ujarnya.


Soal Perempuan, HAM, dan Nuklir Iran

Presiden Republik Islam Iran Ebrahim Raisi. (Dok. AFP)

Soal perlakuan terhadap perempuan, program nuklir, dan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat yang ditunjukkan Iran, Presiden Ebrahim Raisi mengabaikan kritik Barat. Dia membandingkan protes di negerinya seperti halnya demo buruh dan demo minoritas di AS dan Eropa Barat.

Presiden Ebrahim Raisi mengingatkan bahwa ada banyak orang terbunuh setiap tahunnya di tangan polisi di AS. Dia mengkritik media Barat karena tidak fokus pada isu tersebut.

"Masalah perempuan, jilbab, hak asasi manusia dan masalah nuklir," katanya, "Semuanya adalah dalih AS dan Barat untuk merusak Republik Islam Iran sebagai negara merdeka."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya