PBNU Haramkan Umat Islam Gunakan AI Jadi Rujukan Mencari Fatwa

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengharamkan umat Islam menggunakan Artificial Intelligence (AI) sebagai rujukan meminta fatwa.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 19 Sep 2023, 20:58 WIB
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML). Kredit: Gerd Altmann from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengharamkan umat Islam menggunakan Artificial Intelligence (AI) sebagai rujukan meminta fatwa.

Hal itu disampaikan oleh Penanggung Jawab Komisi Bahtsul Masail Waqi'iyah, KH Hasan Nuri Hidayatullah dalam poin rekomendasi hasil Musyawarah Nasional dan Konferensi Besar (MuNas-KonBes) tahun 2023.

"Kaitan dengan kecerdasan buatan tentang suatu hal yang dibahas mengenai bolehnya bertanya kepada AI. Dalam hal ini untuk dijadikan sebagai pedoman atau pedomani. Jadi kalau disimpulkan, dilarang atau diharamkan atau tidak boleh. Dia belum bisa dijadikan sebagai objek untuk memohon fatwa, karena unsur kebenarannya belum bisa dijamin," tegas Kiai Hasan saat jumpa pers di Kompleks Asrama Haji Jakarta Timur, Selasa (19/9/2023).

Kiai Hasan beralasan, meski AI adalah kecerdasan buatan yang dapat melampaui apa yang dimiliki manusia, namun AI diyakini masih memiliki keterbatasan dan bersifat halusinasi.

"Masih ada halusinasi dan ketergantungan kepada informasi-informasi yang diterima oleh AI tersebut," kata Kiai Hasan.

Apalagi, lanjut Kiai Hasan, Artificial Intelligence mayoritas diproduksi oleh perusahaan digital milik asing yang basisnya nonmuslim. Sehingga, pada hasil rekomendasi MuNas-KonBes kali ini PBNU masih menyatakan hal tersebut sebagai sesuatu yang diharamkan dalam tujuan khusus mencari rujukan fatwa.

Kendati demikian, jika di kemudian hari AI sudah dapat didominasi oleh para cendekia muslim dan para ahli fatwa di dalamnya, maka PBNU tidak menutup kemungkinan untuk mempertimbangkan ulang hasil rekomendasi dari MuNas-KonBes yang menjadi keputusan di tahun ini.

"Kira-kira nanti ke depan, PBNU bisa melahirkan kecerdasan digital yang dibangun dan diisi konten-kontennya oleh orang-orang yang mempunyai otoritas dalam hal-hal yang bersifat fatwa dan lain-lain," kata Kiai Hasan.

"Insyaallah, kalau kita berharap mudah-mudahan dengan adanya AI yang dibangun oleh NU bisa isinya steril, tidak bisa bercampur dengan paham-paham yang di luar daripada Ahlus Sunah wal Jamaah," ucap Kiai Hasan.

Sebagai informasi, MuNas-KonBes PBNU digelar sejak tanggal 17 September 2023. Presiden Jokowi sempat membuka acara ini secara resmi pada 18 September 2023. Nantinya acara ini akan ditutup secara resmi hari ini usai hasil rekomendasi dari tiap komisi di PBNU selesai dibacakan dan disahkan.

 


Jokowi Minta Masyarakat Tidak Khawatir dengan AI

Pernyataan Presiden Joko Widodo (Dok Biro Pers Sekretariat Presiden RI)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat tak takut dengan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Jokowi meyakini manusia tetap lebih unggul dibandingkan teknologi canggih.

"Jangan takut dengan mesin cerdasi, dengan AI. Teknologi tidak akan bisa mengalahkan manusia. Percaya itu," kata Jokowi saat menghadiri Dies Natalis ke-60 Institut Pertanian Bogor (IPB) di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/9/2023).

Dia mengatakan mesin tidak memiliki hal yang dipunyai manusia yakni, hati dan rasa. Jokowi percaya manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa akan selalu lebih unggul.

"Teknologi tak akan bisa mengalahkan manusia karena mesin cuma punya chip, tapi manusia punya hati, punya rasa. mesin nggak punya dan saya percaya bahwa ciptaan Allah SWT akan selalu lebih unggul dan lebih mulia," ujar Jokowi.

Jokowi menyampaikan perkembangan teknologi dan AI menjadi salah satu hal yang ditakuti oleh semua negara. Dalam pertemuan KTT G7, KTT G20, dan KTT ASEAN, masalah perkembangan teknologi menjadi pembahasan yang serius.

"Semuanya berbicara mengenai AI, takut sekali semua negara mengenai AI. Regulasinya belum ada, aturan mainnya belum ada, AI-nya terus lari terus, ubah-ubah terus. Semua dibicarakan," jelas Jokowi.

Jokowi menyampaikan semua negara memang harus mengantisipasi dan bersiap diri dengan perkembangan teknologi. Namun, kata dia, masyarakat tak perlu alergi dengan perubahan teknologi yang ada.

"Ini saya minta sekali lagi jangan alergi dengan teknologi. Jangan hindari perubahan teknologi," ujar dia.

Jokowi mengaku tidak pernah khawatir dan takut dengan disrupsi teknologi yang akan datang. Dia menilai masyarakat tak perlu khawatir mesin akan mengambil pekerjaan manusia.

"Banyak yang menyampaikan ini nanti urusan ketenagakerjaan akan diambil alih oleh mesin-mesin cerdas. Enggak seperti itu. Jadi tidak perlu takut dan tidak perlu khawatir," tutur Jokowi.

 

Infografis Journal 8 Aplikasi Milik Pemerintah yang Membantu Berikan Informasi. (Liputan6.com/Trie Yasnie).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya