Cara Membuat Racun Serangga Organik dari Kulit Manggis

Selain memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh manggis juga dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat racun serangga organik.

oleh Winda Syifa Sahira diperbarui 01 Okt 2023, 04:00 WIB
Ilustrasi buah manggis (foto: Unsplash/Art Rachen)

Liputan6.com, Jakarta - Manggis adalah buah yang bercita rasa manis dan sedikit asam. Selain rasanya yang enak, buah manggis juga memiliki segudang manfaat. Buah yang kaya antioksidan tersebut bermanfaat bagi kesehatan jika dikonsumsi, seperti mencegah kanker, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengontrol gula darah, dan menjaga kesehatan kulit.

Selain bermanfaat bagi tubuh, manggis juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat racun serangga organik. Dilansir dari MStar, Selasa, 19 September 2023, racun organik yang dihasilkan secara alami ini disebut lebih aman dan mampu mengatasi permasalahan tanaman yang terserang hama tanaman, seperti lalat putih, ulat buah, kumbang pemakan daun, dan semut.

Seorang pengguna Facebook bernama Mie Othman, berbagi cara untuk membuat racun serangga organik dari kulit manggis tersebut. Jadi, setelah memakan buahnya, kulit manggis yang tersisa sebaiknya dikumpulkan untuk diolah menjadi racun serangga. Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat racun serangga organik dari kulit manggis.

1. Ambil kurang lebih 10 buah kulit manggis, jemur hingga kering.

2. Setelah kering, rendam dengan seember air atau sekitar 6–7 liter air. Rendam kulit manggis tersebut selama satu minggu.

3. Setelah itu, saring dan ambil air rendaman kulit manggis.

4. Cara penggunaannya, ambil 10 mililiter air rendaman kulit manggis lalu campurkan dengan satu liter air bebas klorin.

5. Masukkan ke dalam botol semprot. Dapat disemprotkan pada tanaman dengan frekuensi dua kali seminggu.


Potensi Ledakan Hama di Sumatera Selatan

Serangan hama wereng dalam stadium sedang dan berat menyebabkan tanaman padi gosong. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Sementara itu, potensi ledakan hama terjadi di Sumatera Selatan akibat dari kemarau panjang yang terjadi. Fenomena El nino menjadi ancaman terbesar bagi sektor pertanian di Indonesia.

Kemarau panjang yang terjadi berakibat pada kerugian besar yang akan dihadapi para petani. Dilansir dari kanal Regional Liputan6.com, Selasa, 19 September 2023, periode panjang tanpa hujan dan kekeringan tanah yang berkepanjangan juga akan dihadapi oleh para petani di seluruh daerah di Sumatera Selatan (Sumsel).

Akademisi Universitas Sriwijaya (Unsri) Yulian Junaidi menuturkan, risiko terburuk yang akan dihadapi para petani Sumsel adalah gagal panen dan potensi ledakan hama yang semakin memperburuk keadaan.

"Di beberapa wilayah yang harusnya bisa menanam, seperti di sawah, lebak, tempat pasang surut, bisa terlambat menanam. Harusnya bisa menanam, karena kering, jadi tidak bisa," ucap dosen di Fakultas Pertanian Unsri itu, Jumat (15/9/2023).

Pergeseran musim tanam akan berisiko dan membuat ledakan hama penyakit. Ketika menanam di luar masa tanam sangat berisiko terhadap hama penyakit. 


Penanaman di Luar Musim Menyebabkan Ledakan Hama

Ilustrasi hama ulat bulu (Istimewa)

Jika jadwal menanam tanaman harus diundur di luar musimnya dan menanti saat hujan turun, saat itulah akan terjadi ledakan hama. Direktur Spora Institut ini berujar, program-program pertanian terkait pengairan dari Kementerian Pertanian (Kementan) dan pemerintah, menjadi solusi terbaik untuk mengantisipasi fenomena El Nino, karena El Nino terkait sumber air.

"Diharapkan dengan perbaikan irigasi, embung, bisa mengatasi persoalan karena situasi (El Nino) sedang kita hadapi sekarang ini," ujarnya.

 Menurutnya, langkah Kementan untuk menghadapi kekeringan sebagai dampak El Nino sudah tepat, seperti koordinasi, pendataan atau pemetaan wilayah, penyediaan sumber pengairan alternatif, dan gerakan percepatan tanam.

"Diharapkan dengan perbaikan irigasi, embung, bisa mengatasi persoalan. Tapi kalau baru sekarang akan dilakukan, takutnya terlambat karena situasi sedang kita hadapi sekarang ini. Seringkali program-program pemerintah terlambat dalam mengantisipasi situasi. Harusnya sudah disiapkan sebelum El Nino terjadi," katanya.

Program lain juga yang tak kalah penting, yakni asuransi pertanian yang dapat membantu permodalan bagi petani yang gagal panen. Saat petani menghadapi gagal panen, akan sulit bangkit lagi menghadapi periode tanam berikutnya, ditambah dengan modal yang minim. Dengan mengikuti asuransi pertanian, petani bisa mendapatkan pembiayaan darurat, saat gagal panen melanda.

 


Varietas Berbeda

Hama dan Penyakit Tanaman (Sumber: Pixabay)

Petani juga harus mencari alternatif kearifan lokal, seperti menanam varietas yang tahan kekeringan, atau tanaman yang bisa tahan dalam berbagai situasi. Petani juga harus punya strategi dalam menghadapi El Nino, berdasarkan pengalaman dan kearifan lokal mereka.

Petani juga bisa menanam tanaman hutan, seperti kayu yang bernilai ekonomis dan juga menjadi sumber pangan ketika padi tidak bisa diandalkan.

Jaring pengaman sosial di desa-desa juga masih ada, seperti sistem tolong menolong, gotong royong dan mungkin harus dihidupkan kembali tradisi lumbung. "Padi yang sudah dipanen disimpan kembali di lumbungnya, jangan dijual semua. Ini bisa menjadi tabungan mereka ketika musim gagal panen dan menjadi antisipasi dari dampak kekeringan," ujarnya.

Diakuinya, tradisi lumbung padi kini sudah mulai ditinggalkan oleh para petani. Padahal, lumbung padi bisa digerakkan oleh kelompok petani di daerah masing-masing.

Perlawanan Satu Dekade Petani Kendeng (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya