Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin dan mayoritas aset kripto menguat di tengah sikap wait and see pelaku pasar menunggu kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).
Kenaikan sebagian harga aset kripto salah satunya karena meningkatnya kepercayaan pelaku pasar The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan minggu ini. Meski data pekan lalu menunjukkan inflasi AS mengalami peningkatan.
Advertisement
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha, menjelaskan secara teknikal pergerakan Bitcoin, sempat berupaya breakout dari resistance USD 26.800 atau setara Rp 412,5 juta (asumsi kurs Rp 15.392 per dolar AS) hingga naik mencapai ke harga USD 27.411 atau setara Rp 421,6 juta.
“Namun belum mampu breakout MA-50 yang saat ini menjadi area dynamic resistance, sehingga kembali turun di bawah USD 26.800 atau setara Rp 412,5 juta pada Selasa,” kata Panji dalam siaran pers, dikutip Rabu (20/9/2023).
Pekan lalu, terdapat rilis data tingkat inflasi Amerika Serikat di mana adanya lonjakan inflasi pada Agustus disebabkan dari krisis pasokan bahan bakar minyak (BBM) usai sejumlah negara OPEC+ memperketat kebijakan ekspor minyak mentah.
“Pekan ini, pelaku pasar akan mencermati keputusan The Fed yang akan merilis tingkat suku bunga acuannya atau Fed Funds Rate pada Rabu. Sekaligus, pada hari yang sama, para pengamat pasar juga akan menantikan Proyeksi Ekonomi FOMC, pernyataan FOMC,” jelas Panji
Konferensi Pers FOMC. Menurut CME FedWatch Tool menunjukan peluang sebesar 98 persen bank sentral akan mempertahankan suku bunga acuannya di angka 5,25 persen hingga 5,50 persen pada pertemuan bulan ini.
Dampak Rapat The Fed untuk Harga Kripto
Hasil FOMC akan berdampak secara langsung yang berpotensi menyebabkan volatilitas signifikan ke harga Aset Kripto.
Sementara jika melihat pada Juni 2023 lalu, The Fed juga sempat menahan suku bunganya dimana ketika itu suku bunga acuan berada di kisaran 5,00 persen hingga 5,25 persen dan berhasil mendorong Bitcoin hingga mencapai harga USD 31.400 atau setara Rp 483 juta pada Juni lalu.
“Maka tidak menutup kemungkinan, jika pekan ini The Fed kembali menahan suku bunga acuannya di kisaran 5,25 persen hingga 5,50 persen seharusnya berdampak positif ke harga kripto,” ujar Panji.
Sentimen Dalam Negeri
Sementara dari dalam negeri pertumbuhan adopsi Aset Kripto di Indonesia mengalami peningkatan meski pada 2022 lalu dibayangi berbagai sentimen negatif di industri seperti kegagalan FTX serta tekanan dari sisi ekonomi global terutama inflasi yang tinggi pada tahun 2022 lalu yang menyebabkan anjloknya harga mayoritas kripto.
Pertumbuhan adopsi Aset Kripto di Indonesia menurut Indeks Adopsi Kripto Global 2023 Chainalysis menunjukkan Indonesia berada di peringkat ke-7. Dalam Indeks Adopsi Kripto Global Chainalysis tahun lalu, Indonesia menempati peringkat 20.
Pertumbuhan adopsi tersebut juga mendongkrak naik jumlah investor kripto di Indonesia. Per Juli 2023 data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat jumlah investor kripto di Indonesia telah mencapai 17,67 juta orang.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Cuma dalam Sepekan, Dana Keluar di Aset Kripto Capai Rp 830,6 Miliar
Sebelumnya, meskipun ada sentimen kemenangan perusahaan kripto melawan Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) dan pengajuan ETF Bitcoin baru, investor telah menarik hampir setengah miliar dolar dari produk mata uang kripto selama sembilan minggu terakhir.
Pasar kripto mengalami arus keluar sebesar USD 54 juta atau setara Rp 830,6 miliar (asumsi kurs Rp 15.382 per dolar AS) minggu lalu, menjadikannya aksi jual minggu kelima berturut-turut, menurut laporan baru oleh CoinShares. Bitcoin mencakup 85 persen arus keluar, mencapai USD 45 juta atau setara Rp 692,1 miliar.
Kepala strategi pasar di Miller Tabak + Co, Matt Maley mengatakan banyak investor khawatir pasar kripto telah melihat kabar baik dalam beberapa bulan terakhir dan hal itu tidak membantu Bitcoin dan lainnya untuk menguat sama sekali.
“Minggu lalu, Bitcoin memperoleh kenaikan mingguan pertama sejak Agustus setelah penurunan empat minggu, naik sekitar 2 persen pada minggu sebelumnya. Keuntungan mingguan terjadi ketika Bitcoin membangun kembali korelasinya dengan saham-saham teknologi. Bitcoin naik sebanyak 3,7 persen pada Senin,” jelas Maley, dikutip dari Yahoo Finance, Selasa (19/9/2023).
Ethereum melihat arus keluar sebesar USD 4,8 juta atau setara Rp 73,7 miliar pada minggu lalu, meskipun fundamental investasi tampaknya menarik dan permintaan yang tinggi untuk hasil taruhannya. Koin alternatif seperti Binance dan Polygon mengalami arus keluar kecil masing-masing sebesar USD 300.000 atau setara Rp 4,6 miliar.
“Ketika investor institusi mencari kelas aset yang akan membantu mereka dalam hal kinerja dalam tiga atau empat bulan terakhir tahun ini, mereka tidak lagi melihat cryptocurrency,” pungkas Maley.
Minat Investasi Kripto Besar, Investor Pilih Exchanger Mudah dan Aman
Sebelumnya, kehadiran teknologi blockchain mendorong munculnya aset investasi baru yaitu aset kripto. Salah satu aset kripto terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasarnya, Bitcoin bahkan digadang-gadang sebagai aset lindung nilai hingga emas digital.
Di Indonesia sendiri, investasi aset kripto terus menunjukkan perkembangan. Data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) per Juli 2023 mencatat jumlah investor kripto di Indonesia telah mencapai 17,67 juta orang.
Jumlah tersebut meningkat sebanyak 13 ribu orang atau naik 0,74 persen dibandingkan dengan Juni 2023, yang sebelumnya mencapai 17,54 juta orang. Meskipun berada dalam siklus Crypto Winter jumlah investor kripto terus meningkat yang menunjukkan minat tinggi dalam investasi kripto.
Data baru-baru ini dari Chanalysis juga menunjukkan, 6 dari 10 negara dengan adopsi kripto tertinggi berada di Asia Tengah dan Selatan serta Oseania, termasuk India, Vietnam, Filipina, dan Indonesia.
Secara khusus, Indonesia berada pada posisi tujuh dalam indeks Adopsi Kripto Global 2023 Chainalysis. Indonesia berhasil mengalahkan Brasil di posisi 9, Thailand di posisi 10, Rusia di posisi 13, dan Inggris di posisi 14.
Advertisement
Indodax Jadi Exchanger Tertua di Indonesia
Besarnya minat investasi kripto di Indonesia mendorong banyaknya pelaku industri yang muncul, per September 2023, ada 32 pedagang aset kripto terdaftar di Bappebti, salah satunya Indodax.
Indodax menjadi perusahaan marketplace aset kripto pertama di Indonesia yang mendapatkan dua sertifikasi internasional sekaligus pada 2019, yaitu 9001: 2015, 27001:2013. Kemudian pada Juli 2021 Indodax kembali mendapatkan satu sertifikat ISO yaitu ISO 27017:2015.